eQuator – Masa depan industri e-commerce di Indonesia diperkirakan akan cerah. Hal ini karena dalam beberapa tahun ke depan ada tiga faktor utama yang mendukung perkembangan industri e-commerce di Indonesia.
Pertama, penetrasi internet di Indonesia akan mencapai 250 juta pengguna, setara dengan di Amerika Serikat saat ini
“Faktor kedua, Indonesia akan termasuk ke dalam 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, di mana 60 persennya berasal dari level UKM. Faktor Ketiga, mayoritas dari penduduk Indonesia (300 juta dalam beberapa tahun ke depan) akan terkoneksi dengan menggunakan smartphone,” jelas Fajrin Rasyid, CFO & Co-founder Bukalapak.com di Jakarta, (8/11).
Fajrin mengatakan, beberapa fakta terkait industri e-commerce Indonesia saat ini adalah classified website (iklan baris online) masih memiliki pengguna yang besar. Selain itu berdasarkan data yang ada, transaksi e-commerce di Indonesia paling besar masih melalui media sosial.
“Jadi orang-orang yang belanja dan jualan melalui media social, seperti facebook, instagram, twitter, bbm group, whatsapp dan lain sebagainya diperkirakan masih lebih besar dibandingkan mereka yang belanja melalui platform e-commerce yang sudah ada,” jelas Fajrin.
Selain itu, penetrasi mobile internet di Indonesia sangat besar, karena banyak orang yang terhubung ke internet dengan menggunakan smartphone.
Akan tetapi masih ada masalah dalam hal infrastruktur mobile internet yang belum merata sehingga mobile dan desktop masih sama-sama penting. Hal ini karena ada beberapa orang yang takut menggunakan perangkat mobile untuk transaksi e-commerce, khawatir koneksinya putus-putus dan mereka memilih menggunakan mobile untuk browsing (berselancar) tetapi menggunakan desktop untuk transaksi e-commerce.
Fajrin menyatakan, saat ini pengunjung platform e-commerce (khususnya e-commerce besar) yang menggunakan perangkat mobile berkisar 50–75 persen, baik melalui mobile web maupun menggunakan mobile aplikasi.
Diungkapkan, dalam hal pembayaran transaksi e-commerce, saat ini orang Indonesia masih banyak menggunakan transfer bank sebagai sarana pembayaran.
“Sementara debit card dan credit card penetrasinya masih kecil sehingga diperkirakan sekitar 60–70 persen transaksi pembayaran dikebanyakan e-commerce di Indonesia masih menggunakan transfer bank,” paparnya.
Tantangan lain dalam industri e-commerce di Indonesia adalah logistik, karena kondisi geografis Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau baik besar dan kecil sehingga pengiriman keluar daerah atau pulau bisa memakan waktu yang lama, bahkan bisa berhari-hari baru sampai di tangan penerima.
“Terakhir dalam hal regulasi bidang e-commerce, Pemerintah semakin terbuka, ada beberapa peraturan seputar e-commerce yang masih dalam bentuk draft dan belum diputuskan sehingga kita perlu menunggu sama-sama, seperti RPP Perdagangan Elektronik dari Kementerian Perdagangan, Roadmap e-commerce dari Kemenkominfo, National Payment Gateway dari Bank Indonesia dan OJK serta wacana perubahan Daftar Negatif Investasi bidang e-commerce dari Badan Koordinasi Penanaman Modal,” ulasnya. (jpnn)