Sejak berdirinya Mempawah Mangrove Concervation (MMC) medio 2011. Hingga terbentuknya Mempawah Mangrove Park (MMP) yang resmi dibuka untuk umum 2016. Destinasi wisata yang mengusung tema ecotourism itu kerap dibanjiri wisatawan dari berbagai daerah. Mulai dari wisatawan lokal, domestik hingga mancanegara.
Ari Sandy, Mempawah
eQuator.co.id – Keberadaan MMP yang dimotori oleh Sang Founder, Radja Fajar Adzansyah berhasil mencuri perhatian masyarakat luas. Sehingga kawasan tersebut tak henti-hentinya dibanjiri pengunjung yang sekadar ingin melepas penat bersama keluarga. Sekaligus sebagai tempat riset serta pembelajaran mengenai mangrove secara lebih luas. Kehadiran MMP sekaligus menyatukan berbagai komunitas yang ada. Melalui aksi menanam bibit mangrove yang secara rutin dilakukan bersama.
Founder MMC, Radja Fajar Adzansyah mengungkapkan, sebelum adanya MMP yang berlokasi di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah, dirinya telah aktif dalam kegiatan mangrove concervation. Yang rutin melakukan penanaman bibit mangrove di pesisir laut Kabupaten Mempawah.
“MMC sudah aktif dalam aksi menanam bibit mangrove di kawasan pesisir laut Mempawah,” ujar Radja Fajar Adzansyah, Sabtu (23/9).
Tak hanya itu, berbagai komunitas maupun organisasi hingga masyarakat turut andil. Dalam aksi penanaman bibit mangrove yang rutin digelar hingga saat ini. Di antaranya, Komunitas OI, WWF, Komunitas Vespa, kelompok pengajian, mahasiswa, pemerintahan, Perbankan, kepolisian dan lain sebagainya.
“Banyak pihak yang telah turut andil dalam kepeduliannya terhadap kelestarian ekosistem pesisir laut yang saat ini semakin tergerus. Karena pengikisan bibir pantai akibat air laut,” ulasnya.
Menurutnya, sejauh ini MMC bersama berbagai komunitas dan masyarakat telah berhasil menanam sebanyak 200 ribu lebih pohon mangrove. Dengan capaian wilayah hingga 21 hektar ditarik lurus pada bibir-bibir pantai.
“Untuk 1 hektar lahan, kami targetkan menanam sebanyak 10 ribu pohon mangrove,” ungkapnya.
Penanaman sebanyak 210 ribu pohon mangrove tersebut tersebar di sejumlah wilayah pantai di Kabupaten Mempawah. Di antaranya, Pantai Desa Sungai Purun Kecil, Desa Sungai Bakau Besar Laut, Desa Sungai Bakau Kecil, Desa Penibung dan Desa Pasir.
Sementara itu, mengenai kendala dalam konservasi mangrove, Fajar menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan di lapangan. Yakni, geografis pesisir pantai Kabupaten Mempawah yang berhadapan dengan laut lepas sehingga pada waktu tertentu akan menghadapi cuaca buruk.
“Badai dan ombak yang menghantam pantai akan menyebabkan kerusakan terhadap pohon mangrove yang baru ditanam atau belum mampu bertahan. Sedangkan kendala lain, sampah kayu dan sejenisnya yang kerap merusak tanaman mangrove,” paparnya.
Meskipun demikian, Fajar menyebut berbagai kendala itu bukanlah halangan bagi MMC dalam melaksanakan aktivitas konservasi. Bahkan, pihaknya justru semakin tertantang untuk mengembangkan hutan mangrove di ‘Bumi Galaherang’.
“Dan MMC telah membuktikannya dengan mewujudkan MMP. Kami juga senang dengan perkembangan sudut pandang masyarakat tentang mangrove. Kalau dulu mereka masih belum peduli dengan kondisi lingkungannya. Kalau sekarang masyarakat sangat aktif membantu kami melakukan konservasi. Karena, dampak positifnya tidak hanya menjaga lingkungan pantai, melainkan juga manfaat langsung bagi masyarakat,” tuturnya.
Oleh karena itu, Fajar menjelaskan, tahun ini pihaknya akan melanjutkan program konservasi mangrove di Kabupaten Mempawah. Bahkan, MMC bekerja sama dengan sejumlah pihak telah mencanangkan penanaman sebanyak 44 ribu lebih pohon mangrove.
“Lokasi penanamannya di Desa Pasir, Desa Sungai Bakau Besar Laut dan Desa Sungai Bakau Kecil. Kegiatan konservasi harus terus ditingkatkan. Sebab dari data yang ada luas hutan mangrove di Kabupaten Mempawah mencapai 739, 3 Ha. Jadi masih perlu kerja keras serta dukungan dari semua pihak,” ucapnya.
Sejauh ini antusiasme masyarakat terus meningkat dalam kunjungan ke MMP sehingga menjadikan kawasan tersebut sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Mempawah.
“Seperti saat lebaran Idul Fitri. Berdasarkan karcis jumlah pengunjung dalam seminggu mencapai 5.000 orang. Dan karcis tersebut hanya berlaku untuk orang dewasa saja. Sedangkan pengunjung usia anak-anak serta SMP di bawahnya gratis,” ungkapnya.
Dengan banyaknya penambahan fasilitas di MMP serta peningkatan pengelolaan yang ada saat ini semakin menambah minat wisatawan untuk melancong.
“Kami akan terus meningkatkan pengelolaan MMP agar semakin menarik serta mengedukasi para pengunjung yang datang,” ujar Radja Fajar Adzansyah.
Redaktur: Andry Soe