Warga Ibukota Kabupaten Sintang Merasa Terisolir

ilustrasi. net

eQuator – Sintang-RK. Kendati tinggal di wilayah Ibukota Kabupaten Sintang, warganya merasa terisolir. Lantaran hingga kini, enam desa dan satu kelurahan di Kecamatan Sintang itu belum menikmati listrik negara.

“Kami merasa terisolir dengan belum adanya listrik ini. Padahal desa kami ini di Kecamatan Sintang yang merupakan Ibukota Kabupaten Sintang,” kata H Arifin, salah seorang tokoh masyarakat Desa Tebing Raya, Kecamatan Sintang kepada wartawan, Selasa (29/12).

Arifin mengaku sama sekali tidak mengetahui mengapa Desa Tebing Raya hingga kini tidak teraliri listrik. “Desa ini sudah sejak lama berdiri di tepian Sungai Melawi. Saya lahir dan besar di sini,” kata pria 57 tahun ini.

Lantaran tidak dapat menikmati aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), ungkap Arifin, warga di Desa Tebing Raya hanya bisa mengandalkan Generator Set (Genset) untuk penerangan. “Tetapi biayanya sangat besar,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, untuk menyalahan Genset tesebut setidaknya menghabiskan empat liter Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar per hari. “Harga satu liter solar di sini Rp11 Ribu. Kalau dikalikan satu bulan, lumayan besar biaya yang harus kami tanggung,” papar Arifin.

Kendati sudah mengeluarkan biaya sedemikian besar, kata Arifin, Genset tersebut tidak menyala 24 jam. Hanya dinyalakan sejak pukul 18.00 dan akan mati sendiri pada pukul 23.00 karena empat liter solarnya sudah habis. “Kalau sudah padam, desa kembali gelap gulita,” bebernya.

Terpisah, Camat Sintang, Ana Prihatina mengungkapkan, di wilayah kerjanya yang merupakan Ibukota Kabupaten Sintang terdiri atas 13 Kelurahan dan 16 Desa. “Enam Desa dan satu kelurahan hingga kini belum menikmati listrik,” katanya.

Keenam desa yang belum teraliri listrik tersebut terdiri atas Tabing Raya, Tanjung Klansam, Teluk Klansam, Kebiau Baru, Mail Jampung, dan Mungguk Bantuk. Sedangkan kelurahan yang belum teraliri listrik, yakni Batu Lalu. “Sebagian wilayah Desa Mekar Jaya juga,” ungkap Ana.

Keenam desa dan satu kelurahan di Kecamatan Sintang tersebut, kata Ana hanya mengandalkan Genset untuk mendapatkan penerangan. “Pengeluaran mereka untuk Genset tersebut sekitar Rp 800 ribu per bulanya,” ujarnya.

Ana mengaku, sudah beberapa kali menerima pengaduan dari masyarakatnya yang belum menikmati listrik negara sejak berpuluh-puluh tahun silam tersebut. “Mereka bilang tidak butuh apa-apa, hanya mintanya listrik dan infrastruktur jalan,” katanya.

Terkait kebutuhan masyarakat tersebut, Ana sudah berupaya untuk memperjuangkannya di antaranya melalui Musyarawah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan. “Kita tidak berpangku tangan terhadap persoalan ini,” tutupnya.

Laporan: Achmad Munandar

Editor: Mordiadi