eQuator.co.id – Sintang-RK. Sebagai bentuk nyata untuk mengurangi angka kelahiran, Bupati Sintang, dr Jarot Winarno mengajak kaum ibu memakai implan, alat kontrasepsi bawah kulit.
“Memakai implan ini untuk menekan angka kelahiran secara dini. Sehingga jarak kelahiran bisa tiga hingga lima tahun,” jelas dr Jarot ditemui di ruang kerjanya, Rabu (19/10).
Menurut Jarot, menggunakan implan ini sangat penting bagi kaum ibu, agar bisa fokus menjaga kesehatan bayinya, mulai dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD), memberikan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.
IMD merupakn merupakan proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu dalam satu jam pertama sejak lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin contact) antara kulit ibu dengan kulit bayinya. Sedangkan ASI Eksklusif diberikan hingga bayi berusia enam bulan.
Selanjutnya anak juga harus dijaga dengan baik. Hal ini tentunya membutuhkan ketekunan seorang ibu. Selain itu, bayi yang sedang tumbuh tersebut juga harus diberi imunisasi secara lengkap.
Semua itu akan sangat sulit terpenuhi, bila si bayi terlalu cepat memiliki adik. Pasalnya, jarak antara kelahiran yang satu dengan berikutnya, minimal tiga hingga lima tahun.
Agar bayi tidak terlalu cepat memiliki adik itulah, Jarot mengajak ibu-ibu yang baru melahirkan untuk mengenakan implan. Alat kontrasepsi ini dipasang di bawah kulit lengan atas sebelah dalam.
Bentuk implan untuk mangatur jarak kelahiran tersebut, semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Di dalamnya terdapat zat aktif berupa hormon, yang akan dikeluarkan sedikit demi sedikit. Hormon inilah yang menghalangi ovulasi (pembuahan) atau menghalangi migrasi sperma.
Implan ini dapat diganti setiap tiga atau lima tahun, dan tidak menutup kemungkinan diganti setiap tahun. Pencabutan dapat dilakukan sebelum waktunya, jika ibu ingin hamil lagi.
Jarot mengakui, tidak mudah mengajak kaum ibu memakai implan untuk mengatur jarak kelahiran. Sehingga dibutuhkan sosiasialisasi atau pemberian pemahaman secara terus menerus.
Mengatur jarak kelahiran ini, kata Jarot, erat kaitannya dengan kualitas kesehatan anak. Hal ini tentunya sesuai dengan visi misi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang, yakni mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, maju, religious dan sejahtera.
“Tentunya masyarakat harus sehat, maka dari itu semua, dari hal kecil kita mulai yaitu dari dalam ruang lingkup keluarga. Jika keluarga kecil, sehat, dan sejahtera tentu semua akan berjalan dengan baik,” tutup Jarot.
Laporan: Achmad Munandar
Editor: Mordiadi