Menggapai selembar ijazah tanda tamat belajar sekolah dasar tak mudah. Setidaknya bagi anak-anak di Desa Mungguk, Kecamatan Sekadau Hilir. Saat ini, wilayah tersebut digenangi air cukup tinggi. Termasuk di Jalan Penanjung Tanjung, akses menuju ke sana.
Abdu Syukri, Sekadau
Beberapa hari terakhir, menuju maupun pulang sekolah, Sandi harus membuka sepatu, menyingsingkan celananya, demi mengarungi air setinggi lutut. “Ndak jauh, itu rumah saya. Setiap hari lewat banjir terus, kalau sekolah kami tidak libur tetap masuk seperti biasa,” ujar siswa SDN 47 Mungguk tersebut sambil menunjukkan rumahnya kepada sejumlah wartawan, Kamis (3/3).
Layaknya bocah, mereka tidak terlalu pusing dengan banjir yang terjadi, justru sangat senang bermain air yang semakin tinggi tersebut. Sekolah Sandi yang berada tak jauh dari Jembatan Penanjung, memang tidak tergenang air karena berada di dataran tinggi. Jalan menuju sekolahnya lah yang terendam.
Banjir juga menggenangi Jalan Kemawan. Akibatnya, sejumlah pelajar SD di Kemawan yang bersekolah ke SDN 18 Seladan terpaksa menjalani ujian lebih awal, mengarungi air untuk menuntut ilmu.
Nia, salah seorang pelajar kelas 5 di sana menyatakan jalan menuju sekolah mereka tergenang banjir beberapa hari terakhir. Ada satu titik Jalan Kemawan yang terendam air paling parah, yakni di dekat jembatan Kemawan. Ketinggian air di situ mencapai 80 centimeter.
“Untuk lewat, kami biasanya buka sepatu dan celana,” tukasnya.
Hal serupa juga terjadi di SMPN 10 Sekadau Hilir, Jalan Penanjung.
Kepala Sekolah Sabinus Binus telah meliburkan siswanya tiga hari. Lokasi sekolah yang dibangun sejak 2013 itu memang aksesnya tak luput dari banjir.
Namun, tak mau banjir bikin semangat belajar siswa-siswinya down, Binus memindahkan kegiatan belajar mengajar dengan menumpang sekolah lain. Setelah tiga hari diliburkan, mulai kemarin sekolahnya aktif kembali.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan,” kata dia.
Dikatakan Binus, langkah tersebut diambil agar siswa tidak ketinggalan pelajaran terlalu lama, terlebih anak didiknya akan menghadapi ujian. “Kami menumpang sementara di SMP PGRI. Kebetulan mereka masuk siang dan kami paginya, jadi tidak mengganggu,” tandasnya.
Terpisah, Matius Jon, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sekadau menuturkan, sudah tiga sekolah yang terkena dampak banjir. Memang, ia meminta pengurus sekolah melapor kepadanya jika banjir menghambat proses belajar mengajar.
Mengenai peminjaman gedung sekolah seperti yang dilakukan oleh SMPN 10 Sekadau Hilir, Jon sangat setuju.
“Kalau ada alternatif lain, silahkan. Misalkan banjir di suatu desa mau meminjam balai desa atau sebagainya bisa saja. Intinya kami tidak meliburkan sekolah,” tegasnya. (*)