eQuator – Singkawang-RK. Saat ini Indonesia menghadapi triple burden, yaitu kasus penyakit menular naik, demikian pula dengan penyakit tidak menular dan munculnya penyakit menular baru (new emerging infectious disease).
“Triple burden ini menjadi tantangan yang harus dihadapi Indonesia,” kata Supriati, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Singkawang saat membuka Seminar Kesehatan di Balairung, Kantor Walikota Singkawang, Sabtu (14/11).
Dalam seminar sehari dengan tema “Peran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Triple Burden” tersebut, Supriati mengungkapkan, pola penyakit saat ini mengalami transisi epidemi.
Dia menjelaskan, saat ini masih ada penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan seperti malaria, Tubercolusis (TBC), diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Namun kematian akibat penyakit tidak menular seperti hipertensi, jantung, diabetes dan kanker juga masih tinggi.
“Ditambah lagi dengan munculnya beberapa penyakit baru seperti HIV/AIDS, Sars, Aviant Influenza serta H1N1. Keadaan ini membutuhkan upaya kesehatan yang komprehensif dan berorientasi pada siklus kehidupan manusia,” kata Supriati.
Menurutnya, perubahan pola penyakit dewasa ini, dipengaruhi banyak faktor. Di antaranya, perubahan struktur masyarakat dari agratis ke industri, perubahan pola hidup dan pola konsumsi, serta lingkungan yang tidak sehat.
“Dalam menghadapi permasalahan kesehatan secara umum, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan memprioritaskan pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 melalui Program Indonesia Sehat,” ungkap Supriati.
Program Indonesia Sehat, terang Supriati, meliputi penguatan promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat, penguatan pelayanan kesehatan serta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
“Upaya tersebut difokuskan pada empat program prioritas yaitu percepatan penurunan kematian ibu dan bayi, perbaikan gizi, penurunan prevalensi penyakit akibat infeksi serta pencegahan penyakit tidak menular melalui perubahan perilaku keluarga dan masyarakat, khususnya dalam pengenalan dini terhadap risiko penyakit,” terang Supriati.
Dia mengatakan, JKN merupakan salah satu program Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan Revolusi Mental melalui gotong royong dalam pembiayaan kesehatan. “JKN merupakan solusi untuk menjamin dan memastikan masyarakat kurang dan tidak mampu untuk mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan,” kata Supriati.
Selain mendorong kepesertaan mandiri, lanjut Supriati, pemerintah juga menyediakan bantuan iuran untuk seluruh masyarakat miskin. Kemudian secara bertahap menggabungkan semua sistem pembiayaan kesehatan.
“Program ini telah berlangsung sejak 2014, dan secara bertahap cakupan JKN akan diperluas lagi. Sehingga target di 2019 seluruh masyarakat Indonesia terlindungi,” pungkas Supriati. (dik)