eQuator.co.id – Pontianak-RK. Tahun ajaran baru tentu menjadi momen yang berharga. Utamanya bagi anak yang baru memasuki dunia sekolah. Orang tua, terutama kaum ibu akan disibukkan dengan hal-hal kebutuhan sekolah anaknya.
Selain kebutuhan sekolah, hal lain yang harus dipersiapkan oleh Bunda yakni bagaimana mempersiapkan anak untuk beradaptasi di dunia barunya. Ini penting, sebab tidak semua anak memiliki karakter yang sama.
Untuk itu, dalam menghadapi situasi seperti ini, tentu dimulai di dalam lingkungan keluarga. Yang mana keluarga menjadi tempat pertama bagi anak untuk beradaptasi. Maka, perlu pendekatan yang betul-betul cukup baik untuk menangani hal semacam ini.
Seperti yang dilakukan Annisa. Ibu dua anak ini baru pertama kali merasakan momen antar-jemput anak ke sekolah. Putrinya, Najwa Khairil Muna, baru masuk Sekolah Dasar (SD).
Sebagai orang tua, ibu 29 tahun ini pada awalnya merasa khawatir terhadap lingkungan baru yang akan dihadapi putri sulungnya. Namun kekhawatiran tersebut tidak serta merta membuat Annis mengurungkan niatnya untuk tetap memberikan pendidikan kepada Najwa.
“Awalnya khawatir, karena dunia pendidikan SD berbeda dengan PAUD yang disana dia hanya bermain dan sambil belajar namun tidak begitu serius layaknya di SD,” ujar Annisa saat diwawancarai Rakyat Kalbar, Kamis (19/7).
Akan tetapi, dukungan dari keluarga serta pengalaman yang ia peroleh dari beberapa kerabatnya yang mengalami hal serupa, membuat kekhawatiran itu bisa dibendung.
“Sebetulnya bukan lebih kepada khawatir yang bagiamana, ketakutan tidak siap dengan lingkungan baru saja, sebab di SD bukan hanya bertemu dengan teman seusianya, namun ada yang lebih besar seperti kakak kelasnya, guru baru, lalu persolan belajar tentu yang berbeda ketika ia masih di TK,” ungkapnya.
Dari dukungan yang ada, Annisa akhirnya memiliki pengalaman dan trik khusus menghadapi anak yang baru menginjakkan kaki ke sekolah. Pertama, menurutnya, peran serta ayah dan ibu dalam mendorong semangat anak untuk belajar menjadi hal yang paling utama.
Seperti dalam belajar ilmu agama. Anak dimasa balita dan menjelang sekolah, ilmu agama sudah perlu diterapkan.
“Seperti salat dan mengaji. Malau bisa ayah dan ibu yang mengajarkan, namun memang awalnya sulit yang namanya anak-anak kalau dengan orang tua tentu sifat manjanya akan muncul, namun disinilah kita dilatih,” katanya.
Kemudian, dalam mendampingi anak belajar, karena masih baru, tentu tidak banyak yang dipelajari. Akan tetapi orang tua harus memberikan pendampingan terlebih dahulu kepada anaknya.
“Kita dampingi arahkan apa-apa saja nanti yang dipelajari, seperti pengenalan huruf, angka, cara yang mendasar, yang tidak membebani anak sehingga mereka juga tidak merasa bosan,” paparnya.
Tidak hanya dari sisi belajar saja, namun dalam bermain anak pun, orang tua juga perlu melakukan pendekatan. Selain mengawasi, juga perlu ikut terjun bermain bersama anak. Bahkan dalam bermain, orang tua bisa sekaligus memberikan beberapa pelajaran menarik bagi anak.
“Seperti bermain sambil berhitung, bernyanyi sambil mengejakan huruf-huruf, hal-hal seperti ini simpel namun menarik dan merangsang anak untuk belajar,” tuturnya.
Orang tua juga jangan menahan kebebasan anak untuk bermain dengan teman di lingkungan sekitar. “Hal ini agar dapat bersosialisasi dengan lingkungan luar, namun tetap dalam pengawasan,” katanya.
Karena terbilang baru, orang tua juga perlu menanyakan apa saja aktivitas yang sudah dilakukan anak di sekolah. “Tanya apakah menyenangkan, lalu keluhan apa saja yang dihadapi. Seperti bagaimana pelajarannya hari ini, apakah ada tugas yang diberikan oleh guru, kemudian siapa saja teman yang sudah dikenali,” ujarnya.
Di samping itu, orang tua juga harus memantau, meski tidak secara langsung namun informasi bisa diperoleh dari guru.
“Koordinasi dengan guru dari sekolah anak harus dilakukan. Bahkan orang tua juga dapat saling berinteraksi dengan orang tua murid lainnya untuk berbagi informasi dan pengalaman,” katanya.
Menurut Annisa, hal-hal ini menjadi perlu. Agar dari setiap perkembangan anak baik dalam rumah, lingkungan sekitar serta sekolah dapat dipantau secara langsung.
“Dengan demikian, kekhawatiran terhdap anak yang baru masuk sekolah juga bisa dapat dihindari,” pungkasnya.
Laporan: Nova Sari
Editor: Ocsya Ade CP