Para jurnalis memulai rangkaian Explore Karimata 2015 dengan menikmati keindahan bawah laut Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara. Tak semua punya pengalaman menyelam. Ujung-ujungnya, ya Fundive (menyelam suka-suka) atau cuma snorkeling saja.
Ocsya Ade CP, Kepulauan Karimata
Arus laut di sana memang kerap berubah. Kadang kalem, kadang menghanyutkan bikin hati berdebar. Yang pasti, Karimata memiliki pesona lebih dari cukup untuk menggelar kegiatan berskala nasional maupun internasional.
Kawasan berstatus Cagar Alam Laut (CAL) seluas 77 ribu hektar itu menjanjikan keindahan bawah laut yang belum banyak dikenal pehobi kehidupan bawah laut di Indonesia. Tiga puluh delapan penyelam atau peserta fundive ikut memeriahkan Explore Karimata 2015 ini. Empat penyelam dari Jakarta dan Yogyakarta, sisanya dari Kalimantan Barat.
“Saya tahunya hanya dari media, jadi saya penasaran dengan Karimata. Kenapa kita tidak terjun langsung. Makanya ke Karimata dan lihat sendiri,” ujar Anisa yang jauh-jauh datang dari Jogjakarta.
Menurut dia, pemandangan bawah laut Karimata sangat indah. Terumbu karang masih terawat, kekayaan biota laut pun luar biasa. Bagi Anisa, transportasi menuju Karimata memang agak sulit. Namun, bagi traveler seperti dirinya, itu merupakan tantangan tersendiri.
“Ini pertama kali saya ke Kalbar. Dan tujuan saya langsung ke Pulau Karimata,” kata pehobi selam (diver) sejak 2010 ini.
“Pulau Karimata sudah terkenal di mana-mana. Semua teman sebut Karimata terus. Jadi saya penasaran, makanya ke sini,” sambung Rini, peserta fundive dari Jakarta, yang sebelumnya sering menyelam di laut Lemukutan, Bengkayang.
Eksotisnya bawah laut perairan Karimata diamini Ketua Rombongan Penyelam Explore Karimata 2015, Irwan Dirgantara. Ia mengatakan, untuk saat ini, keindahan bawah laut Karimata merupakan yang terbaik. Biota pun jauh lebih beragam dibanding pulau lain di Kalbar.
“Contohnya biota ikan seperti Napoleon, Barakuda, dan Hiu, masih ditemukan di Karimata. Di daerah lain, susah untuk ketemu biota jenis ini,” kata Irwan yang mulai menjelajahi bawah laut Karimata sejak 2001 silam.
Sebagai pemandu peserta fundive, dia menyebut, tantangan untuk menyelam di Karimata hanya soal arus laut. Aliran air laut di sana mudah berubah dari slow menjadi fast.
“Semua peserta, sebelum mendapat sertifikat, sudah diajarkan bagaimana menghadapi kondisi arus tiba-tiba itu,” ujar Irwan.
Panorama di kedalaman 25 meter dekat Pulau Kapak lah yang paling dinikmati para pecinta penorama bawah laut. Di kedalaman itu, kondisi bawah laut Karimata, Irwan menyatakan, terutama terumbu karangnya terjaga dengan baik.
“Ini yang bisa menjual wisata Karimata. Selain kondisi bawah laut masih bagus, jarak ke basecamp tidak terlalu jauh. Ini sangat memungkinkan,” terang Ketua Orca Diving Club (ODC) yang pernah menyelam di hampir semua perairan dekat pulau-pulau Kalbar.
Di samping taman lautnya yang eksotis, pesona dari landscape kepulauan yang dihuni lebih dari 1.400 jiwa ini pun menawarkan potensi wisata tersendiri. Tak heran jika fotografer dari luar Kalbar ikut ambil bagian dalam gawai menuju Sail Karimata 2016 tersebut.
Juru foto amatir maupun profesional mengabadikan Karimata. Selain untuk dokumen pribadi, juga untuk dilombakan dalam ajang Karimata Foto Hunt 2015. Sayangnya, kondisi kabut asap yang begitu pekat cukup menjadi kendala bagi mereka.
“Ancur-ancur sebagian besar hasil fotonya. Mungkin karena kabut asap atau fotografernya, kita juga belum tahu,” kata Nunung, salah satu juri Karimata Foto Hunt 2015 yang dihadirkan dari Jogjakarta.
Dewan Juri memutuskan foto bertajuk “Urat Nadi Karimata” besutan salah seorang fotografer media di Kalbar (perwakilan Journalist Trip), Yodi Rismana, sebagai pemenang. Disusul foto dari fotografer Jakarta dan dari salah satu komunitas fotografi Pontianak.
“Konsep penentuan juara dari hasil foto dengan disertai nomor peserta tanpa disertai nama fotografer. Karena teman-teman fotografer kita kenal semua. Jadi penentuan juara, berdasarkan hasil foto, bukan karena kenal atau mentang-mentang. Saya juga tidak tahu kalau foto yang juara satu itu hasil jepretan Yodi,” tutur Nunung.
Selain lomba foto, lomba mancing dan jukong juga digelar dalam festival tersebut. (*/bersambung)