eQuator.co.id – Pokemon Go yang booming tentu bisa mendatangkan keuntungan tersendiri bagi sejumlah pengusaha. Seperti cerita berikut ini.
Sekilas, cara bermain Pokemon Go ini bisa dianalogikan dengan berburu binatang di dunia nyata. Yaitu mencari lokasi yang terindikasi memiliki ’monster’ atau karakter pokemon, datangi, lalu ditangkap. Tentu, tangkap yang dimaksud bukan dengan jaring, apalagi menggunakan senapan angin. Namun dengan memanfaatkan telepon seluler (ponsel). Tentu ponsel yang masuk kategori smartphone dengan fitur global positioning system (GPS) dan kamera.
Ada 150 lebih karakter pokemon. Diantaranya Pikachu, monster imut berwarna kuning menjadi karakter yang paling terkenal. Nah, setiap kali mampu menangkap karakter pokemon, pemain mendapatkan tambahan poin.
Semakin banyak poin yang didapat, maka semakin tinggi pula level yang bisa digapai. Ini menjadi semacam prestise di kalangan gamer. Karena itu, mereka rela berjalan hingga berkilo-kilometer demi mendapatkan pokemon buruannya. Lokasi keberadaan monster-monster imut itu pun beragam. Mulai dari fasilitas umum seperti taman, stasiun, hingga di tempat-tempat bisnis seperti kafe maupun hotel.
Sejumlah pelaku usaha di Kota Malang, Jawa Timur, mulai memanfaatkan demam Pokemon Go. Mereka sadar jika Pokemon Go bisa mengundang banyak orang untuk datang ke tempat bisnisnya.
Seperti yang dilakukan tempat kuliner Cheese Bury Kopitiam. Lewat akun Instagram-nya, mereka memasang gambar pokemon yang muncul di Cheese Bury. Kemudian ada caption begini: Hunting di Cheese Bury Kopitiam, yuk!
Marketing Cheese Bury Kopitiam Malang Astrid Retinasari mengatakan, orang-orang yang datang ke kafe demi memburu pokemon memang ada. ”Beberapa spot di bangunan kami memang ada pokemonnya,” ujar Astrid.
Meski berapa jumlah persisnya tidak pernah dihitung, mereka melihat fenomena Pokemon Go menjadi sebuah peluang bisnis. Minimal untuk promosi keberadaan Cheese Bury Kopitiam sebagai tempat makan dan tempat nongkrong.
Hal yang sama juga dilakukan Swiss Bel Inn Hotel Malang. Sabtu (16/7), lewat akun Instagram-nya, Swiss Belinn mengunggah gambar Charmander, pokemon berwujud kadal yang sedang ’nangkring’ di pinggir kolam.
Kemunculan pokemon di hotel itu membuat Swiss Belinn kepikiran membuat event yang melibatkan penggemar Pokemon Go. Bayangkan ada acara hunting, mirip hunting fotografi. Tapi yang diburu dan juga dipotret bukan fotomodel, melainkan pokemon! ”Rencana sih ada. Tapi masih kami godok,” ujar Assistant Public Relations Manager Hotel Swiss Belinn Malang Izaun Nurin.
Bergeser ke Kota Batu, demam Pokemon Go juga dimanfaatkan Jatim Park Group. Manajemen Jatim Park mulai menyadari ada banyak pokemon berkeliaran di tempat wisatanya. Baik itu Jatim Park 1 & 2, Museum Angkut, hingga Eco Green Park.
Bahkan, pokemon yang paling diminati, Pikachu ada di salah satu objek wisata Jatim Park (JTP). ”Kami langsung survei titik-titik pokemonnya,” ujar Manager dan Public Relation JTP Group Titik Sunariyati Ariyanto.
Bahkan, bukan hanya karakter pokemon saja yang muncul di JTP. Namun juga dua gym, tempat di mana pemain Pokemon Go bisa ’mengadu’ pokemon yang dimiliki. Tentu saja, ini secara virtual.
Peluang bisnis pun langsung ditangkap manajemen JTP Group. ”Karena sedang demam (Pokemon Go). Kami memberikan reward kepada masyarakat yang menemukan keberadaan pokemon di JTP dan mengunggahnya ke Instagram,” ujar dia. Bentuk reward-nya mulai dari voucher tiket masuk wahana hingga merchandise.
Harapannya, makin banyak orang yang berkunjung ke JTP. Kalau sudah begitu, pundi-pundi keuntungan pun bertambah. Karena itu, tidak salah bila menyebut monster-monster imut pokemon sama dengan tuyul. Minimal, keduanya sama-sama mendatangkan keuntungan finansial.
Efek Pokemon Go ternyata tidak hanya dirasakan kafe, hotel, maupun pengelola tempat wisata. Gerai handphone Indocell juga mendapatkan berkah dari Pokemon Go.
Owner Indocell Jimmy Etmada mengatakan, setiap hari ada 20–30 orang yang membeli smartphone hanya demi Pokemon Go. ”Mereka (pembeli, Red) biasanya tanya dulu tipe apa yang bisa untuk download aplikasi itu. Baru kami berikan informasi merek serta harga-harganya,” paparnya.
Dia menjelaskan, spesifikasi smartphone yang bisa digunakan untuk memainkan game itu minimal memiliki RAM 2 GB. ”Lebih besar spesifikasinya, maka lebih bagus,” lanjut dia. Selain itu, untuk Android minimal bersistem operasi 4.4 Kitkat. Sementara iPhone, minimal iOS 8.
Tak hanya membeli ponsel, mereka juga sekalian install Pokemon Go di Indocell. Sebab, game ini memang belum secara resmi dirilis di Indonesia. Jadi, belum tersedia di Android Play Store. Karena itu, butuh cara khusus untuk meng-install aplikasi ini di smartphone.
Soal dampak untuk bisnis, sejatinya bukan hanya sektor swasta saja yang bisa mengambil keuntungan. Pemerintah bila mau, juga bisa memanfaatkan Pokemon Go.
Pemerintah DKI Jakarta bahkan sudah ancang-ancang menggandeng pengelola Pokemon Go untuk menaruh pokemon-pokemon di spot-spot tujuan wisata. Lalu, bagaimana dengan Kota Malang? ”Belum saya pelajari. Saya sendiri belum tahu pokemon itu seperti apa,” kata Kepala Dinas Pariwisata Ida Ayu Made Wahyuni. (*)
Radar Malang, JPG