Toleransi Tak Retak, Saatnya Bersatu Melawan Teror

Para Tokoh Agama Bersuara

JPNN

eQuator.co.id – Aksi tak berperikemanusiaan kemarin (13/11) lekas menuai kecaman. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim Hamri Has mengecam keras tindakan terorisme di Gereja Oikumene, Samarinda. Menurutnya, Kaltim merupakan provinsi yang sangat kondusif. Umat beragama hidup tenteram dan saling menghargai.

“Teror adalah ancaman. Kejadian ini di luar prediksi sehingga perlu kewaspadaan dini. Jika ada aktivitas mencurigakan, laporkan kepada pihak keamanan,” imbau Hamri Has. Dia mengatakan, pelaku teror kerap membatasi diri dari pergaulan masyarakat. Mereka cenderung tertutup dan menyembunyikan identitas.

“Saya kaget di Kaltim bisa terjadi teror seperti ini. Apalagi menyasar rumah ibadah. Kaltim adalah yang terbaik dalam hal kerukunan beragama. Forum keagamaan lintas sektor akrab dan intens berkomunikasi,” tutur dia.

Dikatakan, umat muslim di Indonesia sebagai mayoritas dalam menjalani peribadatan sangat menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan. Islam sebagai agama yang mengajarkan rahmatan lil ‘alamin. Agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua. Pembawa kebaikan bagi seluruh alam.

Islam mengajarkan jihad sebagai tindakan kebaikan dengan mengedepankan akhlakul karimah. Bukan teror dengan cara-cara negatif. Bahkan membunuh demi melampiaskan ketidakpuasan.

“Dalam ajaran Islam, merusak rumah ibadah agama lain bahkan membunuh itu dilarang. Islam itu melindungi. Jika ada orang kafir yang menyerah, tidak boleh dibunuh. Apalagi wanita dan anak-anak, mereka harus dilindungi,” terangnya.

Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Kaltim Marson Apui turut menyampaikan keprihatinan. “Kami minta agar korban beserta keluarga diberikan kesabaran dan kesembuhan. Untuk hukuman bagi pelaku, kami serahkan sepenuhnya kepada aparat agar mengusut tindakan itu sampai tuntas,” ucap Marson, kemarin.

Umat Kristiani, lanjutnya, sangat menyesalkan kejadian itu. Aksi teror berjalan saat kondisi nasional tengah memanas. Hal itu dikhawatirkan menjadi biang keretakan toleransi antar umat beragama khususnya di Kaltim. “Kami minta kejadian ini tidak perlu dikait-kaitkan dengan isu lain. Ini murni tindakan oknum yang tidak bertanggung jawab,” sebutnya.

Dia berharap, aparat keamanan, umat Kristiani, serta masyarakat, bahu-membahu menciptakan suasana aman dan tenang. Sementara mengenai keamanan rumah ibadah, dirinya bakal berkomunikasi dengan kepolisian untuk membantu penjagaan di gereja. “Ini harus menjadi kejadian terakhir, jangan sampai terulang,” sebutnya.

Ketua Ikatan Pemuda Muhammadiyah Kaltim Mohamad Yuhdi turut mengutuk keras aksi teror bom di Gereja Oikumene. Teror, kata dia, merupakan tindakan yang tidak bisa ditoleransi. Apalagi, sudah menyasar umat beragama yang sedang beribadah.

“Kami mendesak kepolisian mengusut tuntas pelaku pengeboman. Harus ada efek jera bagi pelaku teror,” tegas Yuhdi. Dia mengapresiasi masyarakat setempat yang membantu menangkap pelaku yang mencoba melarikan diri ke Sungai Mahakam.

“Kami berharap seluruh elemen masyarakat harus bersatu melawan gerakan radikal agar tidak berkembang menjadi gerakan terorisme,” tuturnya.

Ketua KAMMI Kaltim Samsul Alam turut mengutuk keras teror yang dialamatkan kepada umat Kristiani. Dikatakan, teror atas nama apapun wajib dilawan. “Kami berharap, kepolisian menelusuri aktor intelektual yang menjadi dalang tindakan tidak bertanggungjawab tersebut. Usut sampai tuntas,” katanya. (*/him/fel/rom)