eQuator – Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan efek samping penggunaan kertas non kemasan menjadi salah satu penyebab maraknya peredaran kemasan pangan berbahaya. Di samping itu, ada sebagian masyarakat yang lebih mempertimbangkan harga murah daripada kesehatan.
“Sebenarnya tahu kalau kertas coklat kurang baik digunakan untuk membungkus makanan tapi tidak terpikir kalau dampaknya seburuk itu,” ujar Vina, 23, salah satu karyawati gerai baju di Jakarta, Jumat (6/11).
Muhammad Adjidarmo, pengamat industri kertas, mengungkapkan, masyarakat harus selektif memilih kemasan pangan yang aman. Yaitu jenis kemasan pangan primer berbahan kertas lainnya adalah karton virgin fiber dan karton food grade.
“Secara kasat mata, tidak terlihat perbedaan yang mencolok karena keduanya terbuat dari bahan dasar virgin fiber (serat alami) yang membuat tampilannya berwarna putih,” tuturnya.
Namun, perbedaan akan terlihat di saat penggunaan, dimana karton virgin fiber akan tembus minyak, sedangkan karton food grade tidak akan tembus minyak.
“Kemasan pangan berkategori food grade aman dan layak digunakan karena 100 persen terbuat dari serat alami sehingga berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, serta bebas dari kandungan bakteri dan senyawa berbahaya seperti benzene dan styrene (bahan baku styrofoam) Dari segi lingkungan juga bersifat eco-friendly lantaran terbuat dari serat alami yang mudah terurai,” jelas Adjidarmo.
Oleh karena itu, masyarakat dapat lebih waspada ketika membeli produk makanan yang masih menggunakan kertas daur ulang dan beralih menggunakan kemasan pangan berbahan food grade yang dapat menjamin kualitas makana. Ini agar tidak rusak serta menjaga kesehatan tubuh agar terhindar dari bahaya pencemaran hasil produksi kemasan pangan berbahan dasar kertas bekas. (jpnn)