
eQuator.co.id – SINTANG-RK. Warga Sintang berbondong-bondong membawa tabung gas elpiji 3 kg, sehingga mengakibatkan antrean panjang.
Tak butuh waktu lama, sebanyak 560 tabung yang disediakan saat Operasi Pasar (OP) langsung habis dalam waktu tiga jam saja di halaman GKE Petra, Sintang, Minggu (9/12).
OP digelar Pemerintah Kabupaten Sintang ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Natal dan tahun baru. Tak hanya menyediakan gas melon yang dijual sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Tapi juga terdapat barang-barang kebutuhan pokok lainnya di OP tersebut.
Junior Sales Eksekutif Elpiji Wilayah VI Kalbar, Herdiansyah mengatakan, gas melon di OP kemarin merupakan permintaan dari Pemkab Sintang. Bagi masyarakat yang ingin menukarkan gas, harus membawa identitas berupa Kartu Keluarga (KK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP). “Satu KK maksimal membeli dua tabung gas melon,” jelasnya.
Pihaknya juga menyediakan bright gas (gas pink) yang bisa ditukarkan dengan ukuran 3 kg. “Dua tabung gas melon dapat satu tabung bright gas,” jelasnya.
Menanggapi keluhan masyarakat perihal langkah dan mahalnya gas melon di Sintang ditegaskannya, pengecer di toko-toko bukan mitra Pertamina untuk pendistribusian gas melon ke masyarakat.
“Di luar pangkalan itu, seperti pengecer memang jadi masalah, sebab tidak diakui sebagai penyalur resmi oleh lembaga Ditjen Migas,” katanya.
Namun toko-toko memang diperbolehkan atau dilegalitaskan menjaual. Karena melihat dari sisi lainnya, yakni dari merekalah terkadang yang bisa menyalurkan gas tersebut ke wilyah jauh atau di pedalaman. Namun banyak oknum yang memanfaatkan itu untuk mencari keuntungan.
“Seperti banyak pengecer dadakan, mereka beli dari pangkalan, lalu dijual lagi ke toko, dan toko jual ke masyarakat. Itulah yang menyebabkan harganya tinggi, banyak perpanjangan tangan,” terangnya.
Langkahnya gas melon ini, menurut dia bisa jadi ada penimbunan oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Apalagi ini menjelang Natal dan tahun baru, makanya memanfaatkan moment-momen seperti ini.
“Sebab dari pertamina ke agen tidak pernah ada hambatan. Suplai jalan terus. Untuk di tingkat agen dan pangkalan juga belum ada temuan yang nakal. Memang dari oknum-oknum pengecer memanfatkan ini,” tuturnya.
Dia meminta hal seperti ini mesti segera dilakukan penindakan dari instansi terkait. Karena itu merupakan tanggung jawab mereka.
“Sebelum saya tugas di sini, SR yang lama sudah ada diskusi untuk pembuatan HET di tingkat eceran. Nah bagaimana tindak lanjutnya itu,” kata dia.
Memang, dikatakannya, pantauan langsung di lapangan menjadi tugas pihaknya. Namun diakuinya belum maksimal, karena pangkalan banyak. Apalagi pihaknya membawahi 7 kabupaten di Kalbar.
“Total pangkalan 800 lebih. Di Sintang ada 122. Jadi sulit untuk optimal melakukan pantauan. Cuma kita optimalkan dari laporan atau Info yang masuk ke kita,” jelasnya.
Apabila ada laporan, maka pihaknya akan terjun langsung ke lapangan untuk mengecek. Maka dari itu, ia juga minta masyarakat proaktif untuk melaporkan apabila terjadi kejanggalan di pangkalan.
“Setiap pangkalan kita ada plang kontak center kita. Laporkan saja ke kita apabila ada pelanggaran yang dilakukan pangkalan,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Sintang Terry Ibrahim mengatakan, sebagai wakil rakyat dan juga jemaat GKE Perta Sintang, dirinya berterimakasih atas kepedulian pemerintah yang menggelar OP untuk membantu masyarakat. OP ini sangat membantu, mengingat Natal dan tahun Baru semakin dekat. “Ketersedian sembako yang cukup dan murah sangat dinantikan. Begitu juga ketersediaan gas melon yang saat ini mahal dan langka,” ucapnya.
Di pasaran, kata Terry, gas melon dijual sangat tinggi bahkan hingga Rp30 ribu per tabung. Sementara dalam OP dijual Rp16,500/tabung atau sesuai HET. Dengan harga ini, masyarakat pasti sangat terbantu.
“Masyarakat juga harus memahami bahwa pembelian gas melon dibatasi dua tabung saja. Karena harus berbagi dengan masyarakat lain yang sama-sama memerlukan,” terangnya.
Ia mengakui, dirinya banyak menerima keluhan mengenai mahalnya gas melon dan kelangkaan yang terjadi di pasaran. Pangkalan ada, tapi elpijinya tidak ada.
“Ini yang jadi pertanyaan kami. Kemana elpijinya? Tolong pihak terkait mengawasi ketat. Agar elpiji subsidi ini tidak diselewengkan,” terangnya.
Masyarakat sangat berharap distribusi elpiji tetap lancar dengan harga terjangkau. Kalau distribusi elpiji terputus, apakah mau menggantinya dengan minyak tanah? Sementara minyak tanah tidak ada lagi. “Ini yang harus jadi perhatian bersama,” tegasnya.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UKM) Sintang Sudirman mengatakan, dalam OP kali ini pihaknya memang meminta agar elpiji juga disiapkan. Karena, selain harga gas mahal, di lapangan juga terjadi kelangkaan.
“Makanya dalam OP kali ini, kami bersama Pertamina menyediakan elpiji untuk masyarakat,” singkatnya. (pul)