-ads-
Home Pendidikan Tidak Muda Lagi, Tapi Masih Semangat Belajar Baca dan Tulis

Tidak Muda Lagi, Tapi Masih Semangat Belajar Baca dan Tulis

BELAJAR: Warga Dusun Payak Itam, Desa Sutera, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara yang buta huruf mengikuti kegiatan belajar dalam Program KF di Sukadana, Rabu (24/8). Kamiriluddin-RK

eQuator.co.id – Sukadana-RK. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Mungkin begitulah pikir warga Dusun Payak Itam, Desa Sutera, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Kendati sudah tidak muda lagi, mereka masih semangat untuk mulai belajar membaca dan menulis.

“Yang sulit saat mengajari mereka itu, apa yang diajarkan hari ini, saat pertemuan selanjutnya sudah lupa lagi. Jika ditanyakan kembali apa yang diajarkan kemarin, mereka lupa,” terang Dadang, salah seorang Tutor Keaksaraan Fungsional (KF) ditemui di sela kesibukannya mengajari warga Tuna Aksara tersebut, Rabu (24/8).

Kendati sulit mengingat pelajaran, warga yang belajar di usia yang tidak muda lagi itu, nampak sangat antusias. Kesederhaan media pembelajaran, tidak menyurutkan semangatnya. Mereka rela “melantai”.

-ads-

Mereka dengan seksama memerhatikan penjelasan demi penjelasa Tutor yang ditunjuk desa masing-masing sebagai bagian dari Program Keaksaraan Fungsional (KF) yang diprakarsai Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara.

Menurut Dadang, animo peserta didiknya cukup tinggi untuk bisa membaca dan menulis. Dengan bermodalkan papan tulis seadanya dan kapur yang dibeli secara pribadi, para peserta tidak merasa malu untuk mengeja dan menulis huruf. “Walaupun masih banyak yang salah dalam mengeja dan menulisnya,” ungkapnya.

Dadang mengungkapkan, peserta KF bimbingannya 15 orang. Padahal dalam ketentuannya, batas maksimal satu Tutor hanya 10 orang. “Kemarin saya sudah ke Dinas Pendidikan untuk mengajukan satu Tutor lagi, berhubung pengurus yang membidangi  KF belum ada di tempat, untuk sementara waktu saya masih mengajar 15 orang, walaupun sepertinya kurang efektif dalam proses belajar mengajarnya,” jelasnya.

Dengan metode homeschooling ini, Dadang membagi dua kelas untuk peserta didiknya, yakni Kelas I untuk warga yang belum bisa membaca dan Kelas II untuk yang sudah bisa membaca, namun belum bisa menulis.

“Ini sengaja saya bagi dua tingkatan. Aalaupun masih dalam satu ruangan juga. Agar yang sudah bisa membaca bisa lebih fokus untuk bisa menulis, dan juga agar yang belum bisa membaca bisa termotivasi untuk segera bisa membaca,” jelas Dadang.

Laporan: Kamiriluddin

Editor: Mordiadi

Exit mobile version