Tak Melaporkan Stok di Gudang, Izin Distributor Dicabut

Ketersediaan Bahan Pangan di Pontianak Cukup Hingga Enam Bulan

Ilustrasi.Net

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Selama Ramadan, harga kebutuhan bahan pokok di Kota Pontianak masih stabil dan sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi). Bahkan stok pangan dipastikan aman hingga enam bulan ke depan.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak Haryadi S Triwibowo mengatakan, untuk menjaga ketersediaan dan mengendalikan harga, pihaknya saat ini memiliki neraca stok. Datanya didapat langsung dari gudang distributor. “Ada sekitar 30 distributor pangan di Kota Pontianak,” ujarnya, Rabu (23/5). Pemantauan dilakukan setiap minggu. Pelaporan disampaikan melalui WhatsApp atau surat elektronik. Data yang masuk kemudian dihimpun petugas Diskumdag Kota Pontianak.

“Sekarang kita punya strategi pengendalian harga dan stok melalui distributor, sehingga mereka tidak bisa menyembunyikan stok. Tiap minggu mereka wajib menyampaikan stok yang ada,” terangnya.
Para distributor pangan ini wajib menyampaikan ketersediaan stok barang yang ada di gudang mereka. Jika membandel, bisa-bisa izin usahanya dicabut. “Kita akan cabut izin usahanya. Kenapa? Informasi ini akan kita sampaikan ke provinsi dan Kementerian Perdagangan,” jelasnya.

Artinya kata dia, pemerintah pusat tahu stok yang ada di Pontianak itu berapa. Dari laporan tersebut, pemerintah pun bisa melakukan antisipasi jika terjadi kelangkaan barang di distributor. Entah itu lewat operasi pasar, atau cara lainnya.“Yang pasti, sampai hari ini stok enam bulan ke depan aman,” pungkas Haryadi.
Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Pontianak, Bintoro menyebutkan, sejauh ini harga daging ayam masih wajar. Artinya melebihi HET yang disepakati asosiasi, yakni antara Rp30 ribu-Rp35 ribu per kilogram.
“Saya cek sampai ke kandang, tapi malam kemarin sudah ada kenaikan seribu rupiah dari Rp25 ribu ke Rp26 ribu,” ujarnya.

Dari pembawa ada yang sudah jual Rp27.500 per kg. Nanti ketika sudah siap di pasar, ada dua harga. “Kalau orang beli utuh, Rp34 ribu per kilogram. Tapi kalau bersih, tanpa kepala, isi dan kaki itu Rp33 ribu,” katanya.
Dia menjelaskan, dalam hal ini “peracik” harga ada di penampung yang membawa ayam dari kandang ke pasar. Namun dia memastikan harganya tak akan lebih dari HET yang sudah ditetapkan bersama Asosiasi Agribisnis Perunggasan.
“Ada kesepakatan dari asosiasi HET ayam Rp30-35 ribu. Apabila sampai lebih itu, saya akan lapor ke Satgas Pangan, Kapolres Pontianak,” tegasnya.
Sementara untuk telur, harganya Rp23 ribu per kilogram. Dia menyayangkan, banyak pedagang saat ini menjual telur per butir.  Sudah jarang pakai kilogram. Padahal, beli per kilogram harganya lebih murah.
“Tapi sekarang penjual tidak pernah menjual pakai kilo, pasti per buah, ada Rp1.500 ada yang Rp1.800. Ini yang menjadikan variasi dan kenaikan harga,” katanya.
Jika menggunakan satuan kilogram, standarnya hanya seharga Rp1.200-an. Dalam hal ini, dia juga mengajak masyarakat dan pedagang untuk membeli telur secara kiloan.
Untuk komoditas lain yang dikhawatirkan terjadi kenaikan, seperti daging sapi, gula dan bawang merah. Namun saat ini harga semua masih stabil. Lahan pertanian bawang merah di Kota Pontianak seluas 4 hektar dalam waktu dekat akan panen. Ditaksir bisa menghasilkan 100 ton. Jumlah ini mencukupi untuk operasi pasar jelang hari raya.
“Kita sambil menunggu, bila beras naik, sudah siap cadangan pangan 200 ton,” ucapnya.

Ayam Kota Pontianak siap broiler 219 ribu ekor. Ayam jelang lebaran juga ada penambahan 130 ribu ekor. “Sebetulnya tidak ada kenaikan harga yang signifikan, masih sesuai kesepakatan di bawah Rp35 ribu,” tukasnya.
Dalam hal ini, pihaknya terus melakukan antisipasi melalui pengawasan di empat bidang, yakni pangan, perikanan, peternakan dan pertanian. Mulai dari jumlah hingga kelayakan konsumsi komoditi dipantau terus. Untuk memberikan layanan terbaik pada masyarakat, pihaknya juga bekerja sama dengan asosiasi, Dinas Kesehatan, Diskumdag dan BPOM Kalbar.

 

Laporan: Gusnadi

Editor: Arman Hairiadi