eQuator – Singkawang-RK. Sepertinya, isu eks Gafatar tidak salat cuma pepesan kosong. Kemarin (21/1), sejumlah mantan Gafatar Singkawang terlihat salat berjamaah di Musola Kantor Walikota di Jalan Firdaus.
Tidak ada yang aneh saat mereka mengambil air wudhu. Caranya sama dengan muslim lainnya. Usai mengambil berwudhu, mereka mendirikan saf untuk Salat Zuhur. Juga tidak ada gerakan yang berbeda dengan muslim lainnya saat salat.
Usai salat, mereka menuju Ruang Bumi Gayung Bersambut yang letaknya di lantai dasar kantor walikota untuk rapat bersama pemerintah setempat. Hasil pertemuan, mereka akan direlokasi keluar Singkawang.
“Kita sebenarnya kecewa, namun mau diapakan lagi sudah menjadi keputusan pemerintah. Saya masih bingung kalau pulang ke Jawa, tidak ada pengharapan lagi di Jawa,” ujar Wildan Nasution, satu diantara warga eks Gafatar yang berasal dari Jawa Barat, Kamis (21/1) ditemui usai salat.
Menurut Wildan, ada ketakutan yang luar biasa bagi dirinya ketika pulang ke kampung. “Di sana lebih anarkis lagi, saya khawatir ketika pulang nantinya,” tuturnya.
Senada, Lamda, yang baru tiga bulan tinggal di Singkawang. ”Sebelumnya saya di Pontianak mengikuti saudara saya, Yanto. Dia saat ini sudah pindah ke Kaltim mengembangkan usaha,” ujar pria berkaca mata yang berasal dari Bekasi, Jawa Barat, ini.
Lamda mengaku sempat masuk Gafatar lantaran tertarik dengan aktivitasnya bergerak di bidang sosial dan budaya. Ketika ditanya apakah di dalam Gafatar dilarang berpuasa maupun salat, Lamda membantah.
Dia juga mengaku datang ke Singkawang dengan biaya sendiri tanpa ada aliran dana dari Gafatar. Lamda membuka usaha di Jalan Pramuka, Kelurahan Condong, Singkawang Tengah. Dia sedih harus meninggalkan Singkawang. “Di sini sangat beda, masyarakatnya cukup ramah dan menerima siapapun pendatang,” pungkasnya.
Laporan: Suhendra
Editor: Mohamad iQBaL