-ads-
Home Bisnis Tahu Bahasa Inggris Saja Tidak Cukup

Tahu Bahasa Inggris Saja Tidak Cukup

Klinik Bisnis Bersama Elisa Yuzar, Owner Excellence English Studio

MEMBANGUN MIMPI. Elisa Yuzar (kanan), owner Excellence English Studio, dalam acara Klinik Bisnis di Reys Cafe, Pontianak, Kamis (27/10). Kursus Bahasa Inggris itu adalah mimpinya yang dibangun dari nol. Iman Santosa-RK

eQuator.co.id – Mengejar kesempurnaan. Mungkin ini yang menjadi filosofi seorang Elisa Yuzar ketika pertama kali membangun Excellence English Studio. Ia berharap mereka yang belajar bersama dengannya bukan hanya ‘tahu’ bahasa Inggris, namun benar-benar menguasai.

Iman Santosa, Pontianak

Mendirikan sebuah sekolah gratis adalah cita-cita Elisa sedari SMA. Karenanya, ia merasa hidupnya tidak akan jauh-jauh dari dunia pendidikan. Kegemarannya pada bahasa Inggris membawanya melanjutkan pendidikan ke FKIP Bahasa Inggris Universitas Tanjungpura (Untan). Dari sanalah mimpi membangun Excellence English Studio bermula.

-ads-

“Oke kita tahu arti dari kata ini, tapi kalau kita disuruh ngomong nggak bisa, artinya kita belum menguasai skillnya,” tutur Elisa, di event Klinik Bisnis besutan Rakyat Kalbar dan Pon TV, bertempat Reys Cafe, Jalan Pattimura, Kamis (27/10).

Dan, asanya tersebut tercermin dari pemilihan nama bisnisnya itu sendiri. “Studio itu kalau diterjemahkan artinya sanggar, jadi yang diajarkan bukan pengetahuan tapi skill,” ujarnya.

Tidak cukup sampai di situ, pengalamannya menjalani pertukaran pelajar di Kanada memberinya kesempatan mempelajari sistem pendidikan di negara tetangga Amerika Serikat tersebut. “Sekolah di sana mengajarkan pendidikan kepada anak-anak dengan cara yang sangat menyenangkan,” ujar Elisa.

Karena itulah, ia berencana menerapkan apa yang sempat ia pelajari ketika kembali ke Indonesia yang bermuara pada lahirnya Excellence English Studio pada 2010. Sekolah ini bukanlah project Elisa seorang diri. Ia memulainya bersama dua orang rekan. Namun formasi pendiri awal tersebut hanya bertahan enam bulan.

“Yang satu dapat perkerjaan lain, sementara yang satunya ingin fokus mengejar beasiswa ke luar negeri,” kisahnya. Namun, kepergian kedua temannya itu tidak membuat semangat Elisa surut.

Hanya saja, me-manage kursus bahasa sendirian jelas tidak mudah. Terlebih, ia berlatar belakang pendidikan. Cukup keteteran ketika harus menangani manajemen bisnis sendirian. Elisa merasa perlu mencari partner untuk berbagi ide dan mau dibawa ke mana bisnisnya itu kedepan.

Elisa lantas mengajak salah seorang temannya untuk bergabung. “Saya lihat anaknya bertanggung jawab, kalau ngobrol dengan saya pun nyambung, dan tampaknya kita bisa jadi tim yang solid,” ungkapnya.

Gayung bersambut, rekannya itu bergabung. Sejak saat itulah, Dwi Sasta Kanaya bersama Elisa membangun Excellence hampir enam tahun berjalan. Walhasil, dia membagi usia Excellence ke dalam tiga tahap.

Tahap pertama adalah tahap ‘benih’, ketika usaha direncanakan hingga kemudian lahir sebagai sebuah produk. Pada tahap ini, menurutnya, tantangan terbesar adalah bagaimana melahirkan sebuah produk yang bahkan saat baru di-launching langsung menarik.

“Karenanya saat masih dalam rencana pun kita rancang semuanya lengkap dalam company profile. Sudah ada nama, jargon, bahkan sampai ke harga dan teknis. Juga kurikulum pembelajaran,” beber Elisa.

Tahap kedua, lanjut dia, start-up. Menurut Elisa, Excellence menjalani tahap ini cukup lama. Sampai tahun kelima.

“Di tahap ini, bisnis sudah jalan, murid sudah ada, orang sudah mulai percaya, tapi sistemnya yang belum ada,” tukasnya.

Di Excellence, ia memulai dengan merekrut marketing. “Saat kita hire (rekrut) marketing sendiri yang full time dan fokus di sana, hasilnya ternyata benar, ada peningkatan yang daftar,” terang Elisa.

Tahap ketiga, adalah tahap growing, dimana sistem sudah ada dan terbentuk. Sudah saatnya untuk mulai melatih orang-orang untuk membagi peran serta terus berinovasi.

“Di tahap ini, permintaan makin besar, murid-murid sudah ramai. Namun di saat yang sama, pesaing juga makin banyak, sehingga inovasi harus terus dilakukan,” paparnya.

Mentraining orang juga penting karena di tahap ini bisnis sudah menuntut untuk ekspansi. Excellence sendiri, hingga saat ini, telah memiliki tiga cabang di Pontianak dan Kapuas Hulu.

Bagi Elisa, jeli melihat kebutuhan pasar adalah kunci kesuksesan usaha termasuk kursus Bahasa Inggris yang ditekuninya. Ia mencontohkan bagaimana produk-produk yang hari ini ditawarkan Excellence merupakan bentuk inovasi yang memang mengikuti kebutuhan pasar.

Saat awal didirikan misalnya, Excellence hanya punya kelas speaking sebagaimana cita-cita awalnya agar yang belajar di sana benar-benar menguasai skill berbahasa Inggris. “Nah saat tahun kedua, kita lihat TOEFL itu kebutuhan terutama mahasiswa yang kuliah, kita bentuk kelas TOEFL,” ucap Elisa.

Saat ini, minat orang-orang untuk belajar ataupun mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri begitu tinggi. Excellence kemudian membentuk kelas IELTS yang menjadi syarat untuk berkuliah atau mendaftar beasiswa keluar negeri.

“Alhamdulillah responnya cukup baik, bahkan ada beberapa dosen yang juga ikut di kelas kita,” tambahnya.

Kesempurnaan mungkin jadi sesuatu yang tidak terukur. Namun bagi Elisa Yuzar, mengejar kesempurnaan adalah sebuah cara untuk terus berlari kedepan. Dengan begitu, kesuksesan akan dengan sendirinya mengikuti.

Membangun Excellence English Studio adalah mimpi perempuan kelahiran 28 tahun silam ini yang kini terwujud. Tentu masih jauh dari sempurna, meski ia percaya sudah berada di jalur yang benar. (*)

Exit mobile version