-ads-
Home Features Super Santai, Tetap Teratur, dan Tepat Waktu

Super Santai, Tetap Teratur, dan Tepat Waktu

Laporan Wartawan Jawa Pos Candra Wahyudi, Ainur Rohman, dan Angger Bondan dari Rusia

Keisuke Honda (tengah), pemain timnas Jepang saat berlatih di tempat pelatihan FC Rubin, Kazan, Rusia, Sabtu (30/6). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos

Timnas Jepang, untuk kali ketiga, sukses menembus babak knockout Piala Dunia. Sebelum ini, tim berjuluk Samurai Biru itu melangkah ke 16 Besar Piala Dunia 2002 dan 2010. Siklus rupanya. Nah, dini hari nanti (3/7), Makoto Hasebe dkk bakal menghadapi Belgia di Rostov Arena. Jawa Pos sempat mampir ke latihan terakhir mereka di Kazan sebelum berangkat ke Rostov-on-Don.

SELAMA di Rusia, timnas Jepang berlatih di kompleks latihan milik klub Rubin Kazan. Ada empat lapangan di sana. Anak buah Akira Nishino memilih lapangan terbaik, yang biasa dipakai berlatih tim utama Rubin. Sesuai jadwal, latihan timnas Jepang pada Sabtu lalu (30/6) dimulai pukul 11.00. Tet. Tidak ngaret. Sekitar 30 menit sebelumnya, semua perlengkapan latihan sudah siap di lapangan.

Nishino tiba sekitar 10 menit kemudian. Satu demi satu penggawa tim Samurai Biru –julukan timnas Jepang—mulai berdatangan pada pukul 10.45. Mereka berjalan kaki dari asrama yang berjarak hanya sekitar 50 meter dari lapangan.

-ads-

Setelah semua pemain sudah berkumpul, latihan tidak langsung dimulai. Mungkin karena waktu memang belum pukul 11.00. Para pemain mengisi waktu dengan bercanda. Suasananya sangat santai. Mereka berinteraksi diselingi canda tawa. Ada yang juggling, melakukan peregangan, dan berlatih passing.

Nah, tepat pukul 11.00, latihan dimulai. Nishino mengumpulkan semua pemain dan ofisial di tengah lapangan. Sang pelatih mengawali dengan memberikan pengarahan. Cukup lama. Sekitar 10 menit. Selesai brifing, seluruh skuad berlari mengelilingi lapangan. Tidak hanya pemain, tapi juga tim pelatih. Termasuk Nishino yang berusia 63 tahun. Setelah tiga putaran, mereka beristirahat. Beberapa pemain memanfaatkan waktu untuk minum dan mengatur napas.

Beberapa saat kemudian, latihan dimulai lagi. Mereka kembali berlari. Namun, kali ini berlawanan arah. Nishino, tampaknya, memanfaatkan sesi latihan ini untuk mengembalikan kondisi fisik para pemainnya.

”Para pemain tidak banyak berlari pada 10 menit terakhir pertandingan melawan Polandia (28/6). Nah, sekarang mereka harus banyak berlari,” kata Nishino kepada wartawan setelah sesi latihan.

Apa yang dilakukan para pemain Jepang saat itu memang bagian dari strategi Nishino untuk meminimalkan pelanggaran. Meski kalah 0-1 oleh Polandia, Hasebe dkk tetap melenggang ke babak 16 besar karena catatan kedisiplinan yang lebih baik daripada Senegal.

Sesi latihan terbuka timnas Jepang hanya berlangsung pada 15 menit awal. Setelah itu, para wartawan dipersilahkan keluar. Ada ruang khusus di bagian depan kompleks latihan FC Rubin Kazan yang digunakan sebagai media center. Tenda berukuran sekitar 15×15 meter dengan pendingin udara itu didirikan khusus selama timnas Jepang tinggal di sana.

Begitu latihan selesai sejam kemudian, beberapa pemain dihadirkan di mixed zone untuk bertemu media. Ada Keisuke Honda, Maya Yoshida, Yuya Osako, dan Gen Shoji. Tapi, yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris hanya Yoshida.

Menurut dia, suasana tim menjelang laga melawan Belgia sangat kondusif. Jepang memang tidak diunggulkan. Namun, Yoshida menegaskan bahwa mereka tidak akan menyerah.

”Kami pasti akan memberikan perlawanan. Belgia punya pemain hebat seperti (Eden) Hazard dan (Kevin) De Bruyne. Tapi, kami akan menghadapi secara tim,” jelas bek yang membela klub Premier League Inggris Southampton itu.

Yoshida mengatakan, semangat para penggawa Jepang semakin berlipat karena mereka adalah satu-satunya wakil Asia yang tersisa di babak 16 besar. Meski banyak kalangan lebih menjagokan Belgia, hal itu tidak membuat timnas Jepang tertekan. ”Kami tahu situasi seperti itu. Tapi, semua hal bisa terjadi. Ini sepak bola,” tandas pemain 29 tahun itu.

Jepang kali pertama lolos ke putaran final Piala Dunia pada edisi 1998 di Prancis. Sejak itu, mereka selalu lolos. Namun, pencapaian terbaik mereka hanya sampai babak 16 Besar. Jika berhasil mengalahkan Belgia dan melenggang ke perempat final, maka itu akan menjadi prestasi besar yang layak dicatat di buku sejarah Negeri Matahari Terbit.

TELADAN DARI

PELATIH ANYAR  

Akira Nishino didapuk sebagai pelatih Jepang hanya dua bulan sebelum Piala Dunia 2018. Dia menggantikan pria Bosnia, Valid Halilhodzhic, yang dipecat karena rumor ketidakharmonisan dengan pemain.

Belajar dari kesalahan pelatih lama, Nishino tahu benar bagaimana memimpin skuad Samurai Biru. Dia membawa spirit Jepang. Tegas, santun, dan displin. Hal itu ditunjukkan Nishino saat memimpin latihan. Ketika para pemain belum datang, dia sudah muncul di lapangan. Dia juga tidak segan ikut berlari bersama pemain ketika pemanasan.

Nishino memegang prinsip luhur yang dijunjung warga Jepang. Yakni, tanggung jawab. Dia mengaku sengaja menginstruksikan kepada pemainnya untuk ”tidak menyerang” saat ketinggalan 0-1 melawan Polandia pada laga pemungkas fase grup di Volgograd (28/6). Hal itu untuk mengamankan posisi Jepang karena pada laga lainnya Senegal tertinggal oleh Kolombia.

”Saya bertanggung jawab dengan hal itu,” katanya menjawab pertanyaan wartawan setelah latihan di Kazan (30/6). ”Apa yang kami lakukan pada 10 menit terakhir itu mungkin mengecewakan penonton. Kami tidak akan mengulanginya saat melawan Belgia,” janji Nishino.

Strategi pria yang pernah menangani Gamba Osaka dan Nagoya Grampus itu terbukti jitu. Jepang memang akhirnya kalah. Demikian juga Senegal. Meski mengemas poin sama (4), Jepang yang berhak lolos ke babak 16 besar karena pelanggaran kedisiplinan yang lebih rendah. Meskipun sebenarnya tetap riskan. Buktinya, Keisuke Honda dkk belum bisa berselebrasi sebelum mendengar kabar soal rekor kedisiplinan Senegal.

Jurnalis freelance asal Jerman Frank Hellmann meyakini Jepang berpotensi melangkah lebih jauh. Menurutnya, Jepang punya modal untuk melewati Belgia. ”Belgia mengandalkan kualitas pemainnya. Tapi, mereka bermain individualistis. Sebaliknya, Jepang bermain secara tim. Itu keunggulan Jepang,” katanya. (Jawa Pos/JPG)

Exit mobile version