eQuator.co.id – SINGKAWANG-RK. Setara Instute menetapkan Kota Singkawang sebagai peringkat pertama kota toleran di Indonesia tahun 2018. Penghargaan itu diserahkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo kepada Wakil Wali Kota Singkawang, Irwan di Ashley Hotel, Jakarta Pusat, Jumat (7/12).
“Kebutuhan terhadap keharmonisan ini adalah menjadi kebutuhan kita seperti yang diungkapkan Pak Menteri dan Ketua Setara Institute, bahwa pemerintah dan masyarakat sipil harus mampu memelihara dan mewujudkan kualitas toleransi dalam rangka kita mewujudkan kehidupan yang harmonis dalam keberagaman,” kata Irwan dalam press rilis yang diterima Rakyat Kalbar, Minggu (9/12).
Irwan mengungkapkan, bahwa masyarakat Kota Singkawang sangat unik dan plural sekali serta tidak ada yang dominan di Singkawang. “Nah, pemikiran ini yang selalu kami tanamkan. Jangan menjadi individu yang merasa dominan. Sehingga kita bisa saling menghargai,” ujarnya.
Dengan Kota Singkawang mendapatkan predikat ini, tentu akan menjadi tricker bagi Pemkot Singkawang untuk memberikan setiap dalam pertemuan-pertemuan. Sehingga masyarakat Singkawang ikut bertanggungjawab secara moril guna menjaga kotanya.
“Ketika kami ada sedikit konflik atau debat yang panas, maka dengan atas nama toleran, Alhamdulillah semua sejuk,” katanya.
Ditambah lagi, pada visi misi Pemkot Singkawang telah menetapkan yang paling atas adalah harmonisasi dalam keberagaman agama, budaya dan etnis.
“Jadi itu visi misi kami, dan kami berjanji akan mempertahankan predikat ini melalui visi misi kami,” katanya.
Menurutnya, dalam hal ini, negara harus hadir dan jangan tanggung-tanggung. Karena kebutuhan keharmonisan dan toleran ini bukan hanya kebutuhan 10 kota dan bukan 98 kota, tapi seluruh negeri butuh kehidupan yang damai, tentram, harmonis dan bisa saling menghargai dalam keberagaman satu sama lain.
“Sehingga Pancasila, NKRI, keberagaman dan Kebhinekaan Tunggal Ika tetap terpelihara di bumi Indonesia,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Mendagri, Tjahjo Kumolo juga memberikan selamat kepada daerah yang terpilih. Predikat ini, kata dia, harus terus dipertahankan agar kedepan bisa lebih baik.
Dia mengatakan, bahwa Setara Institute cukup konsisten memperjuangkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah toleransi.
Negara Indonesia, katanya, memberikan kebebasan kepada seluruh warga negaranya untuk berserikat, berormas, berpartai dan berkelompok. Dalam konteks ideologi, kata Tjahjo Kumolo, silakan rakyat membentuk ormas baik itu ormas agama ataupun yang lainnya. Tetapi berbicara masalah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kemajemukan maka itu harusnya sudah final.
“Indonesia harus maju dan modern, tapi tidak boleh meninggalkan jati diri kita sebagai masyarakat yang gotong royong, majemuk dan bantu membantu, sehingga toleransi ini akan selalu kita inginkan bersama,” katanya.
Sementara itu, Ketua Setara Instute, Hendardi mengatakan, dalam konteks ke Bhinnekaan Indonesia, toleransi akan memberikan penguatan bahwa keberagaman agama, bahasa, budaya, etnisitas dan sub sosial cultural lainnya merupakan kekayaan bersama bangsa Indonesia.
“Dengan toleransi maka akan dipermudah hidup harmonis di tengah keberagaman dan perbedaan RAS, etnis, agama dan identitas diri serta lainnya,” katanya.
Menurutnya, ke Bhinnekaan adalah untuk menyatukan bukan mencerai beraikan. Perbedaan bukanlah dalih untuk berkonflik antar warga negara. Berdasarkan hasil penilaian Setara Institute pada Indeks Kota Toleran (IKT) tahun 2018, bahwa 10 kota dengan skor tertinggi adalah sebagai berikut, peringkat 1 Kota Singkawang dengan skor 6,513, peringkat 2 Kota Salatiga dengan skor 6,477, peringkat 3 Kota Pematang Siantar dengan skor 6,280, peringkat 4 Kota Manado dengan skor 6,030, peringkat 5 Kota Ambon dengan skor 5,960.
Sementara peringkat 6 Kota Bekasi dengan skor 5,890, peringkat 7 Kota Kupang dengan skor 5,857, peringkat 8 Kota Tomohon dengan skor 5,833, peringkat 9 Kota Binjai dengan skor 5,830 dan peringkat 10 Kota Surabaya dengan skor 5,823.
Laporan: Suhendra
Editor: Ocsya Ade CP