eQuator.co.id – SINGKAWANG, RK- Predikat Kota Singkawang sebagai kota tertoleransi nasional ternyata mendapat perhatian serius dari Universitas Gajah Mada (UGM) untuk melakukan studi penelitian dan pembuatan film dokumenter.
“Sebenarnya kita belajar di Kota Singkawang, dan kami dari UGM mengakomodir dalam film dokumentasi, jadi orang di luar perlu belajar di Singkawang, bahwa ini toleransi di Singkawang sebuah proses dan bukan barang mati serta bukan langsung jadi,” ujar DR Rizal Mustansyir, Kepala Laboratorium Filsafat Nusantara Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) usai pertemuan dengan Wakil Wali Kota Singkawang, Drs Irwan, MSi dan jajarannya serta bersama organisasi lainnya di Kantor Wali Kota Singkawang, Senin (1/7).
Dia menjelaskan bahwa Kota Singkawang luar biasa kemajemukannya yang bisa dilihat dari multi etnis dan sebagainya. “Kita angkat aura Singkawang secara nasional, kalau perlu internasional yang nanti kita sebar di youtube seperti yang kita lakukan di Minangkabau,” katanya.
“Saya tahu bahwa disini banyak sekali suku dan etnis yang luar biasa, Kota Singkawang terkenal dengan julukan amoy,” ujarnya.
Komposisi penduduk kota Singkawang yang terdiri diantaranya dari suku Tionghoa serta berbagai suku lainnya, kata Rizal, yang dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai tentu itu tidak mudah.
Di tempat yang sama, Wakil Wali Kota Singkawang, Drs Irwan, MSi mengatakan bahwa pihaknya merasa bersyukur ada universitas ternama di Indonesia seperti UGM yang tertarik ingin mengetahui lebih dalam kebhienekaan dan keberagaman multi kulturak baik etnis dan budaya di Kota Singkawang.
“Tentunya masyarakat Singkawang patut berbangga bahwa Singkawang menjadi pusat studi penelitian, diantaranya menyangkut soal nilai-nilai khususnya kota tertoleransi Se Indonesia,” katanya.
Dia menjelaskan seharusnya diketahui masyarakat luas bahwa bersama-sama dalam menjaga situasi tetap damai dan bahagia. “Kita harus menjadi rule model bagi yang lain dalam hal memiliki sifat toleran, tanpa melihat suku dan agama,” katanya.
“Sebenarnya kita tidak pernah berpikir Kota Singkawang menjadi Kota Tertoleran, dan kita didik orangtua kita sejak lama untuk bertoleransi dan akhirnya Kota Singkawang menjadi triger untuk memacu Pemkot Singkawang untuk menjadikan daerahnya hidup,” ujarnya.
Menurut Irwan, sudah menjadi kebutuhan daerah atau bangsa ini menjadi bangsa yang damai, tenteram dan tertuang dalam RPJMD.”Kalau bicara ekonomi dan soal perdagangan paling fundamental dalam harmonisasi, keberagaman, agama, etnis dan budaya,” katanya.
“Kerukunan ini menjadi modal dasar, apalah gunanya kalau ada ketidakharmonisan, saling curiga dan harmonis serta sinergisitas sampai generasi bawah harus menjadi sebuah kehidupan yang harmonis,” ujarnya.
Hadir dalam kegiatan itu diantaranya Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Singkawang, Baharudin, Ketua FKAPELA Singkawang, Rabuansyah serta organisasi lainnya. (hen).