Siap Menjaga Langit Kalimantan dan Sekitarnya

Usia ke 68, Skadud I Elang KhatulistiwaTetap Eksis

Danlanud Supadio, Marsma Minggit Tribowo meneyerahkan tumpeng kepada Prada Ali Murdani, di home base Skadud I, Lanud Supadio Pontianak, Minggu (29/4)--Penerangan Lanud Supadio for RK
Danlanud Supadio, Marsma Minggit Tribowo meneyerahkan tumpeng kepada Prada Ali Murdani, di home base Skadud I, Lanud Supadio Pontianak, Minggu (29/4)--Penerangan Lanud Supadio for RK

eQuator.co.idSungai Raya-RK. Skadron Udara (Skadud) I, Pangkalan Udara (Lanud) Supadio Pontianak genap berusia 68 tahun. Peringatan hari jadi Skadud yang diperkuat pesawat tempur Hawk 100/200 tersebut, diselenggarakan dengan sederhana di home base Skadud I, Lanud Supadio Pontianak, Minggu (29/4).

Hadir pada peringatan ini, Komandan Lanud (Danlanud) Supadio, Marsekal Pertama (Marsma) Minggit Tribowo. Ia didampingi Komandan Wing (Danwing) Udara 7, Kolonel Pnb Setiawan, Kepala Dinas Personel (Kadispers) Kolonel Pnb Sidik Setiyono, dan Komandan Skadud (Danskadud) 1, Letkol Pnb Supriyanto.

Peringatan ini, Danlanud Supadio memotong tumpeng kemudian diserahkan kepada Prajurit Dua (Prada) Ali Murdani, yang merupakan anggota termuda di Skadud I.

“Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada Skadud I, yang telah berusia 68 tahun. Usia ini menandakan eksistensi terbaik dari satuan utama di Lanud Supadio ini,” papar Marsma TNI Minggit.

Bermarkas di Lanud Supadio Pontianak, lanjut Danlanud, Skadud I mengawaki Pesawat Tempur Hawk 100/200, keberadaannya sangat strategis dan vital, mengingat Kalbar dan kawasan seputar Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), yang berhadapan langsung dengan laut Natuna, Laut China Selatan. Juga berbatasan langsung dengan Malaysia, baik darat maupun laut.

“Oleh karena itu, Skadud 1 Elang Khatulistiwa harus terus meningkatkan profesionalitas,” harapnya.

Perwira tinggi TNI AU bintang satu, alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) 1991 ini menjelaskan, keberadaan satuan ini tidak hanya mencover wilayah darat dan laut. Tetapi juga untuk mem-backup pertahanan udara. Serta siap sedia menjaga wilayah udara Kalimantan dan sekitarnya.

“Kahadirannya juga menjadikan wilayah ini aman, sehingga masyarakatnya bisa tidur nyenyak. Skadud 1 selalu menyiapkan suatu flight pesawat yang stanby 24 jam untuk mengawasi wilayah udara, khususnya di Kalimantan. Keberadaannya jelas memberi rasa aman,” ungkap Marsma TNI Minggit.

Danskadud I, Letkol Pnb Supriyanto, yang baru resmi menjabat Rabu (25/4) kemarin, menjelaskan tradisi sederhana dalam peringatan hari jadi Skadud I ini menunjukkan bahwa seluruh personel siap sedia setiap saat. Dia berharap, agar Skadud 1 terus berkembang.
“Menandai HUT (hari ulang tahun) ke-68, kami siap untuk terus meningkatkan profesionalitas. Menjaga, agar Skadron ini bisa terus besar, karena menghargai sejarahnya,” tutur penerbang berjulukan “Beaver” alumni AAU 2000 ini.

Usia ke-68, papar Danskadron I, bermakna tugas dan kewajiban yang diemban semakin berat, sehingga perlu kerjasama dan dukungan dari seluruh personel. Untuk itu, ia berharap agar para personel semakin giat dalam berkarya.

“Banyak sekali tugas dan operasi yang diemban Skadron 1. Tentunya hal ini menuntut profesionalisme personel, khususnya penerbang. Sehingga tugas dan tanggung jawab yang dibebankan bisa lancar dan zero insiden,” ujarnya.

Secara historis, awal dibentuknya Skadud 1 ini pada 29 April 1950, di Lanud Cililitan, (sekarang Halim Perdanakusuma), Jakarta. Sebagai Skadron Bomber, diperkuat dengan dua jenis pesawat pembom ringan yakni North American B-25 Mitchell dan Douglas B-26 Invader, kemudian ditambah dengan pesawat pembom Tupolev Tu-2 (NATO: Bat) pesawat bermesin ganda kecepatan tinggi buatan Uni Soviet.

Pada fase kedua, sekitar 1958, kedudukannya dipindah ke Lanud Abdurrahman Saleh (ABD), Malang. Saat itu, Skadud 1 diperkuat dengan  pesawat serang ringan yaitu OV-10F Bronco sampai tahun 1998. Pada 1999, home base-nya berpindah ke Lanud Supadio, Pontianak.

“Dengan diperkuat pesawat Hawk 100/200, dan mendapat julukan Elang Khatulistiwa. Skadron 1 pernah dibekukan pada 1977, kemudian diaktifkan kembali pada 1990 di ABD,” tutur Letkol Pnb Supriyanto. (amb)