Sentap, Pasar Ikan yang Disulap Jadi “Pasar Wanita”

SENTAP. Kafe remang-remang kawasan Sentap yang menjadi kawasan prostitusi terkemuka di Ketapang. ACHMAD MUNDZIRIN

Di Kota Ketapang, Sentap Pasar Ikan, Jalan Imam Bonjol, sangat dikenal. Inilah kawasan remang-remang yang dihinggapi kupu kupu malam.

 

Oleh: Acmad Mundzirin

 

Tidak seperti kawasan prostitusi lainnya, lokasi Sentap terbilang aman, karena berdekatan dengan pos polisi. Meskipun banyak yang resah, namun kupu-kupu malam di wilayah ini masih berjaya dari tahun ke tahun.

Dulunya, Sentap dikenal dengan kawasan pasar ikan. Ketapang merupakan daerah pesisir yang kaya akan hasil lautnya, khususnya ikan dan sejenisnya. Kini pasar ikan itu disulap menjadi “pasar wanita” malam. Bertahun-tahun sudah Sentap menjadi kawasan prostitusi. Para wanita penghibur ini mangkal di kafe remang-remang yang lebih dikenal dengan sebutan Kopi Pangku.

Masyarakat sudah jenuh maupun resah dengan aktivitas hiburan malam di Sentap. Terutama kaum ibu yang khawatir akan kenakalan suaminya. Begitu juga tokoh agama maupun masyarakat yang tak ingin daerahnya menjadi sarang maksiat. Apalagi Ketapang memiliki sejarah yang kental dengan keagamaan maupun budayanya. Parahnya lagi, aktivitas di Sentap dikhawatirkan meracuni anak-anak atau generasi muda yang di Bumi Ale-ale.

“Setahu saya, prostitsi di sana berlangsung sejak 2005 silam,” ungkap Rahmat Kartolo, Tokoh Pemuda Ketapang kepada wartawan, Sabtu (12/3).

Menurut Rahmat, banyak dampak buruk, jika Sentap terus dibiarkan. Tidak hanya rusaknya moral, juga rentan dengan penyebaran penyakit. “Kita minta pemerintah menata kembali. Ini tanggungjawab semua pihak, prostitusi itu harus dihilangkan,” harapnya.

Apa yang dikatakan Rahmat, tak meleset. Wanita malam di Sentap tak malu-malu. Bahkan tak perlu menggunakan bahasa khusus untuk jatuh di pangkuan pria hidung belang yang datang. Mereka langsung berbicara soal tarif.

“Untuk short time Rp500 ribu. Kita sudah siapkan kamarnya. Kita jamin puas. Kita di sini ada dua belas wanita. Saya germonya,” ungkap Lia terang-terangan di depan cafenya di Sentap, Sabtu (12/3) malam.

Mengundang kedatangan pria hidung belang, wanita yang dilacurkan dipajang di depan café dengan alunan musik house. Di Ruko lainnya, terdengar alunan musik house dangdut. “Silakan pilih. Kita ada gadis dan janda. Usia mulai dari 19 ke atas. Dan kita tak ada usia 30-an,” sambung Lia memperlihatkan wanita-wanita yang dapat menghasilkannya uang.

Wanita yang sudah lima tahun menjadi germo salah satu cafe di Sentap ini juga meyakinkan, wanita-wanitanya aman dari penyakit HIV/AIDS. “Aman. Anak-anak saya selalu saya cek kesehatannya,” ujarnya yang menyebut pekerja seks komersial dengan sebutan anak.

Selain itu Lia juga menawarkan, jika tidak ingin menikmati tubuh anak-anaknya itu di tempatnya, pengunjung juga bisa membawa mereka keluar. Misalnya ke hotel-hotel yang ada di Ketapang.

“Bisa bawa keluar, tapi harga beda. Karena itu hitungannya long time,” ungkapnya.

Tidak hanya Lia, ada juga germo atau mami-mami lainnya di sana. Deretan kafe menggunakan bangunan Ruko dua lantai di pasar ikan itu, masing-masing ada germonya. Mereka sudah menyiapkan lebih dari lima wanita untuk menjaring pria hidung belang. (*)