“… Pontianak kote kamek,
Pontianak sunggoh cantek,
Aman damai dan menarek,
Pontianak yang cantek…”
eQuator.co.id – Pontianak-RK. Penggalan lagu “Kote Pontianak” ini mengiringi kekompakan hampir tiga ribuan orang yang menarikan jepin secara serentak pada peringatan Hari Jadi (Harjad) ke-246 Kota Pontianak, Senin (23/10). Bertajuk ‘Pontianak Berjepin’, aparatur sipil negara (ASN), pelajar, dan masyarakat umum memadati ruas Jalan Rahadi Usman, depan Kantor Wali Kota Pontianak.
Tari Jepin adalah salah satu kesenian tradisional Kalimantan Barat (Kalbar) yang diadaptasi dari kesenian Melayu, Islam, dan budaya lokal. Tarian ini salah satu media penyebaran agama Islam di Kalbar. Jepin merupakan kesenian tari gerak dan lagu yang memiliki arti di setiap gerakannya.
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, beserta istri, Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, beserta istri, serta para undangan berbaur menari jepin bersama. Pakaian telok belanga dan baju kurung yang mereka kenakan penuh warna. Menambah suasana semarak.
Sutarmidji menyatakan, tidak tahu persis jumlah peserta yang ikut menari jepin. Ia memperkirakan lebih dari 2 ribu, hampir mencapai 3 ribuan. Diyakininya, seandainya luas lapangan memadai, jumlah itu bisa membludak.
“Kedepan, saya inginnya jepin massal ini sepanjang Jalan Ahmad Yani dengan menutup satu jalur. Dari mulai Bundaran Untan hingga perempatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pontianak. Saya yakin itu bisa melibatkan puluhan ribu masyarakat Pontianak, dengan demikian kreasi jepin semakin baik,” ujar pemilik akun Twitter @Bang Midji itu.
Melalui momentum Harjad Kota Pontianak yang berdiri pada 1771 ini, ia berpesan kepada masyarakat Pontianak untuk selalu menjaga toleransi dalam keberagaman. Menurutnya, semua pihak tidak perlu mempermasalahkan perbedaan antar pemeluk agama, antaretnis, dan lainnya.
“Yang beragama, ya jalankan agamanya masing-masing dengan baik. Yang punya budaya etnisnya, ya kembangkan budayanya dengan baik untuk dinikmati bersama,” tuturnya.
Keberagaman, dalam kacamata Wali Kota dua periode ini, merupakan nilai tambah bagi Pontianak dan masyarakatnya untuk lebih maju. Untuk mendatangkan nilai tambah itu, keberagaman harus dikelola dengan baik untuk kepentingan masyarakat Pontianak sendiri.
“Kalau keberagaman itu kita buat menjadi masalah, maka kita tidak akan maju. Tapi kalau kita buat itu jadi nilai tambah, budayanya, kemudian interaksinya anatara satu dengan yang lain, maka itu akan menjadi satu hal yang bisa membuat Pontianak jauh lebih maju,” sebut Midji.
Lebih kurang senada, Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono. Ia mengapresiasi animo masyarakat memeriahkan puncak peringatan Harjad Kota Pontianak. Bagi Edi, peringatan Harjad bisa menjadi pemacu semangat bagi siapapun yang hadir untuk lebih mencintai serta membangun Kota Pontianak.
“Sehingga suasana kekeluargaan serta silaturahim antarmasyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama di Pontianak ini akan semakin harmonis,” tuturnya.
Edi menyatakan sebagai salah satu bagian proses pembangunan kota Pontianak sejak 1982 sampai saat ini. “Sehingga saya paham dan mengetahui program Pontianak di masa depan yang infrastrukturnya, kita harapkan berkualitas, indah, humanis, teduh, hijau, bersih, dan adat budaya istiadat masyarakatnya kental dengan kearifan lokal,” papar dia.
Dalam perayaan Harjad Kota Pontianak yang ke 246 ini, pemerintah kota mengadakan upacara dan serangkaian kegiatan lainnya. Hal tersebut dipuji Sultan Pontianak IX, Sultan Syarif Machmud Melvin Alkadrie. Ia berterima kasih kepada pemerintah kota Pontianak yang selalu mengambil peran dalam memeriahkan peringatan hari jadi setiap tahunnya.
“Artinya Wali Kota Pontianak tidak melupakan jasa dari pendiri Kota Pontianak,” tuturnya. Ia berharap kedepannya acara hari jadi Kota Pontianak bisa bersinergi dengan Kesultanan dalam pelaksanaannya.
Kepedulian Wali Kota Sutarmidji, dinilainya luar biasa dalam mengangkat budaya dan tempat-tempat bersejarah Pontianak. Ia berharap seluruh warga Pontianak yang terdiri dari berbagai macam golongan, suku, dan budaya, untuk bersama-sama menjaga pembangunan yang sudah baik saat ini.
“Marilah kita sama-sama menjaga Kota Pontianak ini untuk generasi kita ke depannya,” ucap Sultan.
Pun, ia mengakui, kota Pontianak saat ini sudah sangat berkembang. “Alhamdulillah dengan kemajuan di kota Pontianak ini,” pungkasnya.
Sebelum ‘Pontianak Berjepin’ dihelat, ribuan warga Pontianak juga memadati jalan Rahadi Oesman. Berkumpul dalam upacara khusus memperingati Harjad Pontianak.
Usai upacara, Wali Kota Sutarmidji menyatakan pelayanan publik dari pihaknya sudah dalam puncak prestasi. Meski begitu, masih bisa ditingkatkan.
“Dalam artian mempertahankan, membuat lebih nyaman, cepat, dan transparan,” ujarnya.
Yang menjadi tantangan kedepan, kata dia, adalah menyelesaikan pembangunan kembali Pontianak sebagai kota baru. Karena, anggaran Rp4 triliun lebih sudah disiapkan untuk itu. Pontianak sebagai kota baru akan menampilkan Sungai Kapuas sebagai sentral pembangunan.
“Tapi yang sudah terealisasi, kalau dengan jembatan Landak lebih dari Rp2 T. Dan akan terus ditambah untuk tahun depan. Tahun depan kita sudah mendapat pagu yang cukup besar dari pusat,” beber Midji.
Ia menambahkan, sambungan air bersih sekitar 3 ribu sampai 5 ribu gratis untuk masyarakat. MBR juga dibayarkan oleh pusat. Kemudian, lanjutan pembangunan waterfront sampai ke jembatan Kapuas 1 dan Banjar Serasan. Parit Tokaya juga ditata ulang, kemungkinan akan mengkoneksikan 7 saluran primer kota Pontianak.
“Kalau yang lain kita berupaya dengan APBD untuk membuat jalan. Dua lagi jalan yang harus dibuat, yaitu jalan Pemda dan jalan Kebangkitan Nasional,” jelasnya.
Juga disiapkan penataan jalan Gajahmada, kawasan pedestrian, dan penataan taman-taman. Semua akan dilakukan pada 2018.
“Kemudian saya juga masih bisa merencanakan untuk tahun 2019, walaupun wali kotanya udah baru tapi perencanaannya masih tetap bisa di masa saya,” terang Midji.
Kegiatan-kegiatan percepatan penataan Pontianak sebagai kota baru, diklaimnya tanpa kendala. Kota Baru, lanjut Midji, artinya menata kembali dan menjaga keaslian kota. Ia menyatakan, Keraton Kadriah dan Masjid Jami’ tetap direstorasi, tapi tidak mengubah sedikitpun tampilan awal. Karakter awalnya tidak dirubah, justru diperkuat dan dipercantik.
“Alhamdulillah, selama inikan penataan Beting itu kekhawatiran kita. Ternyata Beting itu penataannya sangat didukung oleh masyarakat dan hampir tidak ada kendala. Malah tempat lain yang kita perkirakan tidak ada kendala, malah ada,” ungkapnya.
Hal tersebut, dikatakannya, menunjukkan edukasi aparat kecamatan, kelurahan, dan kota berhasil dengan baik. “Mudah-mudahan kawasan Beting imagenya bisa dirubah sebagai kawasan wisata rumah di atas air. Di Brunei kan terkenal itu. Kalau Beting itu ditata, lebih bagus dari Brunei,” demikian Sutarmidji.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Mohamad iQbaL