Sekadau Diserang Wabah DBD

FOGGING. Petugas melakukan pengasapan (fogging) di Asrama dan Mapolres, serta Terminal Sekadau, Rabu (16/11). Abdu Syukri-RK

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai mewabah di Kabupaten Sekadau. Hanya dalam sepekan terakhir, sudah 13 korban yang terpaksa dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekadau.

“Pasien DBD ini didominasi anak-anak. Saat ini masih ada yang dirawat inap,” ungkap Henri Alpius SKM, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Sekadau kepada sejumlah wartawan, Rabu (16/11).

Henri memprediksikan, jumlah pasien DBD ini akan terus meninggkat hingga Desember mendatang. “Jumlahnya akan menurun setelah memasuki Februari, sesuai dengan pola perubahan cuaca,” katanya.

RSUD Sekadau, tambah dia, terus memantau kasus-kasus DBD tersebut. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah kasusnya. Jangan sampai status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terulang kembali seperti pada 2014 silam.

Upaya tersebut, kata Henri, di antaranya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sekadau, untuk segera melakukan pengasapan (fogging) di sejumlah kawasan endemik DBD.

Seiring dengan upaya meminimalisir jumlah pasien tersebut, RSUD Sekadau juga sudah siap menangani pasien DBD. Mulai dari sisi obat maupun tenaga medis dan lainnya.

Sejauh ini, ungkap Henri, belum ada obat khusus untuk DBD. Namun, penanganan medis yang cepat, bisa menghindarkan pasien dari kematian akibat penyakit yang disebabkan Nyamuk Aedes Aegipty ini.

Olehkarenanya, Henri berharap kepada masyarakat, jika ada anggota keluarga yang demam, sebaiknya segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan, guna memastikan apakah itu gejala DBD atau bukan.

Untuk memastikan apakah seseorang terserang DBD atau tidak, harus melalui pemeriksaan darah di laboratorium. “Cek darah ini bisa dilakukan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas,” ujar Henri.

Menyegerakan pemeriksaan ini, menurut Henri, merupakan upaya antisipasi sedini mungkin. Apabila positif DBD diketahui sejak awal, dapat segera diberikan penangan medis, sebelum terlanjur masuk masa kritis.

“Jangan sampai demam itu dianggap demam biasa. Biasanya, demam pada hari ketiga masuk hari keempat dan kelima itu masuk masa kritis. Kalau itu dibiarkan, tentu akan membahayakan,” papar Henri.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan di lingkungannya masing-masing. “Bisa dengan Menguras bak air, Mengubur sampah yang dapat menampung air, Menutup tempat penampungan Air (3M), tidur menggunakan kelambu, mengunakan lotion antinyamuk, membasmi jentik dan sarang nyamu, serta lainnya,” jelas Henri.

Terpisah, salah seorang ibu rumah tangga di Sekadau yang ditemui Rakyat Kalbar, Wati mengaku sangat khawatir dengan wabah DBD ini. “Soalnya anak saya pernah terkena DBD. Untungnya bisa sembuh,” katanya.

Olehkarenanya, Wati sangat berharap instansi terkait segera mengambil langkah pencegahan, guna mengantisipasi semakin meluasnya wabah DBD ini. “Mungkins sudah saatnya untuk fogging. Bila perlu, pemerintah turun langsung membagikan abate kepada warga,” harapnya.

 

Laporan: Abdu Syukri

Editor: Mordiadi