Sedang Mandi, Bocah 8 Tahun Disambar Buaya

Reptil Tersebut Juga Sering Muncul di Sungai Singkawang

DIGIGIT BUAYA. Hafiz mendapat pertolongan medis di rumah sakit usai disambar buaya, Rabu (21/2). Polisi for RK

eQuator.co.idKubu Raya-RK. Buaya semakin sering muncul dekat pemukiman warga di Kalbar. Kehadiran buaya-buaya tersebut naasnya memakan korban manusia.

Hafiz, bocah lelaki yang berusia 8 tahun ini disambar seekor buaya ketika sedang mandi bersama ayahnya, Hamzah di Sungai Simpang Punggur Dusun Garuda Desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, Rabu (21/2) sekitar pukul 17.30 WIB. Akibat gigitan buaya itu, Hafiz mengalami luka di paha dan pinggang kirinya.

“Saat itu Hafiz sedang berendam di sungai tak jauh dari rumahnya, saat mandi sama ayahnya. Tiba-tiba dia ditarik oleh sesuatu yang belum nampak wujudnya,” ungkap Kapolsek Sungai Kakap, AKP Prayitno kepada sejumlah wartawan, Kamis (22/2).

Kala itu, Hafiz masih memegang anak tangga. Karena melihat ada sesuatu yang menarik anaknya, Hamzah langsung menggapai dan menarik tangan Hafiz. “Kemudian ayah Hafiz melihat ada luka pada paha dan pinggang seperti gigitan buaya. Hafiz langsung dibawa ke Puskesmas Sungai Kakap,” tutur Prayitno.

Setelah mendapatkan penanganan awal dari Puskesmas, Hafiz kemudian dirujuk ke RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. “Korban saat ini sudah kembali ke rumahnya. Ada sembilan jahitan di paha kiri dan lima jahitan di pinggang korban akibat gigitan buaya itu,” tutur Prayitno.

Sementara Ilham warga setempat mengatakan, jika dilihat dari lukanya, buaya yang menggigit Hafiz diperkirakan masih berukuran atau berusia anak-anak. “Kejadian yang dialami Hafiz ini merupakan yang pertama kalinya,” tutur dia.

Ilham mengatakan, memang beberapa minggu terakhir warga sering melihat buaya timbul di sungai yang mereka sebut Parit Simpang Punggur itu.

“Warga di sini memang memanfaatkan air parit untuk mandi dan mencuci. Apalagi pada musim kemarau. Setelah ada kejadian ini, warga tambah merasa resah,” jelasnya.

Dengan ini, kata Ilham, warga setempat meminta pihak terkait untuk mengambil tindakan agar warga dapat beraktivitas seperti biasanya. Apalagi, setelah adanya korban.

Ilham menuturkan, diperkirakan buaya di sungai itu lebih dari satu ekor. “Jadi kami berharap pihak terkait dapat mengambil tindakan sebelum korban bertambah,” harapnya.

Terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta mengatakan, pihaknya akan mendatangi lokasi untuk mencari penyebab dan solusi terkait adanya serangan buaya ini.

“Besok (hari ini) ada tim dari Balai KSDA Kalbar akan datang ke lokasi. Tim akan diskusi dengan masyarakat untuk mencari penyebab apa kira-kira yang menyebabkan buaya tersebut sampai menyerang warga,” kata Sadtata kepada Rakyat Kalbar, Kamis malam.

Karena, sambung dia, selama ini buaya-buaya tersebut dikatakan sering muncul dan dilihat warga di sana namun tidak mengganggu. “Nah, dari situ baru nanti akan dibicarakan solusinya seperti apa,” tutur dia.

Bahkan, lanjut Sadtata, pihaknya akan mengundang ahli atau orang yang mengerti mengenai buaya untuk memberikan pelatihan terkait penanganan buaya dalam upaya peningkatan kapasitas bagi gugus tugas penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) BKSDA Kalbar.

Buaya juga sering muncul di sungai-sungai Kota Singkawang. Warga “Kota Amoy” diimbau agar selalu berhati-hati.

“Kita tinggal ditempat yang sama, dan juga di habitat yang sama, sehingga kita harus hati-hati, potongan daging jangan di buang di sungai tentu buaya akan datang, apalagi kalau ada darah,” pesan Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah III, Dani Arief di ruang kerjanya, Kamis (22/2).

Menurutnya, habitat buaya tergantung kondisi lingkungan alaminya. Buaya yang ditemukan di hulu, tentu memang habitatnya di penghuluan sungai. “Sedangkan buaya muara maka tempat habitatnya di muara,” katanya.

Seiring berkembangnya penduduk, ada habitat buaya yang dihuni manusia. Ini pada prinsipnya human waver. “Kita tidak mungkin juga mengusir masyarakat dan juga tidak mungkin juga mengusir buaya di habitat alami,” ujarnya.

“Saya cuma mengimbau agar berhati-hati ketika ada habitat buaya, dan kita melakukan perencanaan dalam melakukan rilis (melepaskan satwa ke habitatnya-red),” katanya.

Dani mencontohkan, saat melepaskan elang bondo yang habitatnya di dekat pantai, maka tidak mungkin dibawa ke Gunung Raya Passy. Karena hewan tersebut tidak akan sejahtera jika bukan ditempat aslinya. Tindakan yang sudah dilakukan pihaknya diantaranya memasang papan imbauan. “Plangnya pun juga sudah ada yang hilang,” tuntas Dani.

Terkait seringnya kemunculan buaya, membuat sejumlah warga khususnya ibu rumah tangga yang berada di bantaran sungai menjadi khawatir. Mereka meminta agar ada tindakan untuk mengevakuasi buaya tersebut.

“Kita khawatir juga dengan sering munculnya buaya, dulu sewaktu saya kecil tidak pernah melihat adanya buaya, namun sekarang sudah sering sekali. Belum sampai setahun ini, saya sering melihat buaya baik di dekat rumah ibu saya maupun di belakang rumah saya,” ujar Desi Eriani, warga Singkawang.

Kemunculan buaya itu kata Desi, sebelumnya pertama kali diinformasi petugas kebersihan saat membangun bendungan sampah-sampah di sungai. “Kemudian muncul lagi saat pengerjaan mulainya pembangunan jembatan agen baru, dan terakhir saya lihat di belakang rumah,” ceritanya.

Saat banjir sebelumnya, buaya sempat muncul di halaman rumah warga. “Jadi ketika air pasang, ternyata buayanya ke tepi dan tentu masuk ke lingkungan pemukiman warga, ini kan buat khawatir juga, apalagi anak-anak kan sering bermain air saat banjir,” ujarnya.

Seringnya kemunculan buaya membuat dirinya selaku pengurus RT, menyampaikan secara tertulis kepada pihak BKSDA Seksi Wilayah III Singkawang agar melakukan tindakan. “Bahkan surat secara tertulis itu tembusannya hingga ke Wali Kota Singkawang, dan sempat kita mendapat kabar bahwa Wali Kota berencana membangun tanggul di sekitar sungai Singkawang,” tukasnya.

Tidak berapa lama pihaknya juga mendapat balasan dari pihak BKSDA Seksi Wilayah III Singkawang, bahwa buaya tersebut termasuk hewan yang dilindungi dan akan dievakuasi ke arah hulu sungai. “Kita masih menunggu tindakan itu, karena keberadaan buaya ini membuat kami cemas, dan saya lihat buayanya,” jelasnya.

Senada disampaikan Jamaan, warga yang tinggal dekat bantaran sungai Singkawang. Menurutnya, buaya yang biasa muncul di sungai Singkawang ukurannya sekitar 2,5 meter. “Tapi dalam seminggu ini saya belum melihatnya, biasanya buayanya muncul,” ucapnya.

 

Laporan: Ocsya Ade CP, Suhendra

Editor: Arman Hairiadi