-ads-
Home Rakyat Kalbar Sambas Sebulan Ini Warga Tak Melihat Tanah

Sebulan Ini Warga Tak Melihat Tanah

Banjir di Sambas Capai 2,2 Meter

BELANJA NAIK SAMPAN. Warga setempat, Fatilah, dan anaknya terpaksa menggunakan sampan untuk berbelanja di warung milik Edi yang tergenang air setinggi 90 cm di Desa Semangak, Kecamatan Sejangkung, Sambas, Kamis (25/2). M. RIDHO
KEMANA-MANA BERSAMPAN. Warga Dusun Satai (anak-anak maupun dewasa), Desa Sepantai, Kecamatan Sejangkung, Sambas, selama sebulan ini beraktivitas menggunakan sampan, Kamis (25/2). M. RIDHO
KEMANA-MANA BERSAMPAN. Warga Dusun Satai (anak-anak maupun dewasa), Desa Sepantai, Kecamatan Sejangkung, Sambas, selama sebulan ini beraktivitas menggunakan sampan, Kamis (25/2). M. RIDHO
SEMENTARA TAK SEKOLAH. SMPN 4 Satu Atap, Dusun Senabah, Desa Semangak, Kecamatan Sejangkung, Sambas, terendam air setinggi 1,3 meter, Kamis (25/2). M. RIDHO
TAK NONTON TV. Rumah warga di Dusun Satai, Desa Sepantai, Kecamatan Sejangkung, Sambas, yang tergenang air hingga mencapai 1,2 meter, Kamis (25/2). Parabola penangkap sinyal tv pun ikut terendam.

eQuator.co.id – Sambas-RK. Air di Dusun Satai, Desa Sepantai, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, telah mencapai ketinggian 1,2 meter di dalam rumah dan 2,2 meter di jalan dusun, Kamis (25/2). Terhitung sebulan ini warga di sana tidak melihat bentuk tanah. Gara-gara banjir itupun, gardu penghasil setrum setempat terendam air sehingga masyarakat tak bisa menikmati listrik.

“Kalau dengan besok (hari ini,red), sudah tiga Jumat kami kena banjir. Ketinggian air mencapai puncak pada 9 Februari 2016. Meski kemudian sempat surut, kami memperkirakan banjir akan terjadi lebih dari sebulan,” tutur warga setempat, Aliya (73) yang didampingi istrinya Hadimah (63), di Dusun Satai, kemarin.

Dari pantauan, sejumlah warga yang memilih bertahan sudah membuat panggauan (panggung tinggi di dalam rumah). Beberapa pun telah mengungsi ke rumah keluarganya di kecamatan lain. Banjir ini merupakan kiriman dari Sungai Ledo, Kabupaten Bengkayang, yang turun ke Sungai Sepantai menuju sungai Sambas Besar dan meluap ke pemukiman masyarakat.

-ads-

“Kalau bicara banjir, yang terparah tahun 1986. Kala itu, banjir sampai atap rumah. Untuk menyelamatkan barang dan tidur, saat itu kami membuat lanting berukuran kecil. Karena air tinggi, lanting bisa berada di atap rumah, kalau sekarang masih bisa menggunakan panggauan,” cerita Aliya.

Putrinya, Sumarni, menimpali. Banjir saat ini sangat tinggi dan panjang, banyak kebun warga yang rusak. Selain itu, rawan penyakit sebab setiap hari kaki selalu terendam air.

“Kedua anak saya sempat demam, sekarang sudah baikan. Anak pertama Nursafa, umurnya 5 tahun. Anak kedua Aura, 2,5 tahun, ia mengalami sesak nafas mungkin karena uap air yang dingin. Walau begitu, beruntung perawat di Puskesmas standby,” ujar perempuan berusia 28 tahun itu. Kalau ada bantuan, imbuh Sumarni, yang dibutuhkan warga adalah Sembako dan obat-obatan.

Kepala Desa (Kades) Sepantai, Herlin, mengamini. Banjir kali ini cukup tinggi, bahkan berpeluang terus naik. “Saat ini, rumah yang tergenang air sebanyak 195, KK (kepala keluarga) 212 dengan jumlah jiwa 688. Dari jumlah tersebut, ibu hamil 11, Balita 49, Lansia 16, dan orang sakit 14,” papar Herlin.

Menurutnya, banjir terparah terjadi di Dusun Sepandak. “Untuk Dusun Sepandak, ada 147 rumah yang tergenang air dari 1 hingga 1,3 meter, sedangkan di Dusun Satai sebanyak 48 rumah yang terendam air dengan kedalaman 80 sampai 1,2 meter,” ungkap Herlin.

Terpisah, Kades Semangak, Kecamatan Sejangkung, Jube Herzami mengatakan, kondisi banjir di desanya merendam empat dusun, diantaranya Dusun Semakuan, Setambah, Senabah, dan Sajingan Kecil. “Banjir lanjutan hari ketiga ini, sebanyak 781 rumah dari 784 KK dengan jumlah jiwa 3320 orang terendam air. Untuk kedalaman beragam, sekitar 50 cm-1 meter. Sedangkan di jalan mencapai 1,5 meter, dan wilayah terendah mencapai 2 meter,” tulisnya kepada Rakyat Kalbar via Whatsapp (WA).

Bupati Sambas, dr. Hj. Juliarti Djuhardi Alwi MPH, menjelaskan banjir terjadi karena kiriman dari Kabupaten Bengkayang yang disertai pasang sungai dan hujan. “Daerah Sepantai memang pemukiman di dataran rendah. Biasanya banjir tidak separah ini, yang kali ini cukup parah,” ungkapnya prihatin, ketika ditemui di kediaman, Kota Sambas.

Ia mengakui Sambas tidak memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun, pihaknya telah membentuk Tim Tanggap Darurat dan membentuk Pos Komando (Posko) melalui Puskesmas Pembantu (Pustu) di lokasi kecamatan yang terendam banjir.

“Kita terus memantau dan memberikan bantuan kepada mereka yang dilanda musibah banjir, termasuk pelayanan kesehatan,” jelas Juliarti.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sambas, Juliarti melanjutkan, sebenarnya telah menyiapkan langkah evakuasi. Anggaran untuk itu sudah dibahas dan siap, namun masyarakat setempat sepertinya masih memilih bertahan dengan membuat panggauan.

“Makanya kita membentuk Posko di setiap Pustu lokasi banjir. Langkah lainnya, di Sepantai kita menyediakan lokasi penampungan di Sepandak. Sedangkan di Semangak telah kita bangun sekolah di tempat yang lebih tinggi yang juga disiapkan untuk menampung mereka yang didera banjir,” tandasnya.

Laporan: Muhammad Ridho

Editor: Mohamad iQbaL

Exit mobile version