Sakatan Berujung Viralnya Kekerasan

Soal Video Pemukulan Siswa SMK Bina Utama Pontianak

DILARANG MASUK. Sejumlah awak media dilarang masuk oleh sekuriti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Utama, Jalan H. Rais A. Rachman, No. 15 A, Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota, Selasa (7/11) pagi. Para pemburu berita ini hanya bisa merekam suasana sekolah yang sedang viral itu dari luar area yayasan. Ocsya Ade CP-RK

eQuator.co.id-Pontianak-RK. Tanda tanya terkait video kekerasan di sebuah sekolah yang kemudian viral se-Indonesia terjawab. Kekerasan itu memang terjadi di Pontianak. Tepatnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Utama, Jalan H. Rais A. Rachman, No. 15 A, Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalbar, Alexius Akim telah mengadakan pertemuan dan mengundang sejumlah pihak terkait. Akhirnya diketahui bahwa tindakan kekerasan yang terjadi itu dilakukan sesama siswa.

Diceritakan Akim, peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (2/11) pukul 11:30 WIB tepatnya di Kelas X. Saat itu terjadi perkelahian sesama siswa sekelas di dalam ruang kelas ketika jam pelajaran berganti. Diawali saling sakat (bergurau, saling  mengejek) oleh siswa berinisial AL, 17 tahun, dengan ALF, 15 tahun.

“Itulah, orang sudah tua dan sudah punya uban,” ujar Akim menirukan ALF saat menggelar jumpa pers, di kantornya, Selasa (7/10).

Tak terima disakat, lanjut dia, AL tersinggung dan langsung memukul bahu ALF. Salah seorang siswa lainnya berinisial H, 15 tahun, hendak melerai. Bukannya berhenti, H malah menjadi sasaran pemukulan AL juga.

“Pemukulan hanya di sekitaran bahu dan kejadiannya sesaat, tidak menimbulkan efek serius dari sisi fisik terhadap keduanya,” jelas mantan Kepala Dinas Pendidikan Sintang itu.

Pada saat itu juga, kata Akim, permasalahan di antara mereka telah diselesaikan. Bahkan kala guru Bimbingan Penyuluhan (BP) masuk ke dalam kelas untuk mengisi jam pelajaran berikutnya atau jam ke tujuh, keadaan ruang kelas dalam keadaan tenang dan rapi.

“Guru BP tidak mengetahui adanya kejadian tersebut. Artinya selesai di antara mereka,” ucapnya.

Hanya saja, pemukulan tersebut direkam teman sekelas mereka berinisial D, 16 tahun, menggunakan handphone. Video tersebut di share D kepada siswa Jer, 15 tahun. Selanjutnya, Jer mengirimkan video tersebut ke temannya, ALP.

“Kemudian ALP mengesharenya ke grup WA temannya di kampung bernama S di daerah Sambas. Hingga akhirnya video itu pun menyebar ke media sosial,” beber Akim.

Kasus perkelahian telah diselesaikan secara kekeluargaan. Pihak SMK Bina Utama telah memanggil siswa terkait dan orangtuanya.

“Permasalahannya sudah selesai dan mereka tetap berteman dan belajar seperti biasa,” terangnya.

Ditegaskan dia, kejadian sesungguhnya adalah perkelahian sesama pelajar. Bukan guru memukul siswa, bukan pula orangtua memukul siswa sebagaimana yang viral di media sosial. Untuk itu, dia berharap, masyarakat tidak terpancing isu-isu yang beredar di media sosial.

“Ini adalah sesama murid atau sesama siswa,” tegas Akim.

Konferensi pers tersebut dihadiri Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kalbar, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kalbar, Kepala Disdikbud Kota Pontianak, Pengawas Pembina SMK, Kepala serta guru SMK Bina Utama, pelajar terkait plus orangtuanya, dan Polresta Pontianak.

 

Kepala SMK Bina Utama, Ashar mengatakan, pihaknya akan meningkatkan pengawasan. “Terhadap seluruh warga sekolah kami, untuk lebih baik lagi kedepannya,” tuturnya.

Ia menyebut, pihak sekolah mengetahui viralnya video pemukulan itu pada Minggu (5/11). “Setelah kejadian itu anak-anak belajar seperti biasa tidak ada apa-apa. Makanya kami kaget juga dengan berita ini, menjadi viral seperti ini,” tutup Ashar.

Sementara itu, Komisioner KPAID Kalbar, Alik R. Rosyad menerangkan, Minggu malam sudah mendapat informasi kasus kekerasan di sebuah sekolah. Senin (6/11), pihaknya mendapatkan video yang viral tersebut. Namun diduga kejadiannya di Pangkal Pinang. Saat itu juga Wakil Ketua KPAID Pusat langsung ke Pangkal Pinang untuk memastikannya.

“Di sana memang ada kejadian kekerasan terhadap murid, tetapi bukan video itu,” jelasnya.

Ketika sudah ada kepastian bahwa video memang merekam kejadian di Kota Pontianak, Alik sore itu juga langsung mendatangi sekolah yang diduga menjadi lokasi kekerasan tersebut. Dirinya ingin memastikan apakah benar video yang viral itu terjadi di sekolah tersebut.

“Sekaligus memastikan informasi yang beredar kejadian itu melibatkan oknum guru atau orangtua murid,” jelasnya.

Lantaran sudah jam 4 sore, ia tidak bertemu dengan kepala sekolah. Rupanya, kebetulan kepala sekolahnya dipanggil Disdikbud Kalbar. Selasa (7/11) pagi, Alik bersama Ketua LPMP Kalbar hadir di SMK Bina Utama untuk memastikannya. Ternyata memang benar video itu terjadi di sekolah tersebut, tetapi tidak melibatkan orangtua ataupun oknum guru. Melainkan sesama siswa.

KPAID Kalbar mengapresiasi apa yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menyelesaikan kasus siswanya ini. “Sebelum ini viral pihak sekolah juga sudah memanggil pihak terkait dalam menyelesaikan kasus ini,” sebut Alik.

Kemudian, kata dia, ada komitmen yang kuat dari pihak sekolah kalaupun dianggap sebuah kesalahan atau kenakalan anak-anak. Makanya sekolah tidak akan memberikan sanksi apapun.

“Artinya adek-adek ini tetap sekolah di sekolah tersebut seperti biasa dan tentunya akan mendapat pembinaan lebih lanjut,” jelasnya.

Menurutnya, KPAID selalu siap hadir jika diperlukan. Menurutnya, apa yang terjadi di SMK Bina Utama itu adalah sebuah kekhilafan. Kenapa kejadian tersebut bisa muncul, karena ada bully.

“Jadi ada satu yang dibullyng atau di sakat (dicandain) kemudian marah, saya harapkan ke teman-temannya jangan lagi seperti itu karena tingkat emosional setiap orang berbeda,” tutur Alik.

Ke depan, sambung dia, pihaknya akan tetap bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan hal-hal yang positif lainnya. Dia berharap, kejadian seperti ini pertama dan terakhir di sekolah di Kalbar.

Di sisi lain, Direktur Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar, Devi Tiomana menyatakan, pihak pengurus sekolah kecolongan dengan terjadinya peristiwa kekerasan tersebut.

Menurut Devi, tahun ini, Pemerintah Kota Pontianak sebenarnya sudah gencar masuk ke sekolah untuk kampanye sosial tentang sekolah dan kota ramah anak. Salah satu tujuannya adalah untuk menghindari bullying, kekerasan, baik antara guru dengan murid maupun sesama murid. Namun, sekolah – sekolah yang ada di Pontianak tidak semua mendapatkan sosialisasi tersebut.

“Mungkin sekolah swasta itu tidak tercover karena memang targetnya kan ke sekolah negeri dulu,” tuturnya.

Perilaku negatif itu masih terus terpelihara di kalangan pelajar, ditambah lagi dengan perkembangan sosial media saat ini begitu cepatnya. Hal-hal yang kecil karena saling ejek bisa memicu jadi perkelahian dan kekerasan.

Dikatakan Devi, Peran orangtua sudah jelas, sebab pembinaan anak di sekolah itu sangat erat dalam pembinaan anak di dalam keluarga. Jadi, bagaimana perilaku anak di dalam keluarga itu akan kelihatan saat anak itu di luar rumah, termasuk di sekolah.

“Intinya, kalau di keluarga itu baik, dia di luar dan di lingkungan akan baik,” ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, seharusnya pemerintah memberikan pembinaan-pembinaan yang fokusnya kepada keluarga. “Harus keluarga, tidak lagi berbasis komunitas atau individu,” ucap Devi.

Sementara itu, sekolah di bawah asuhan Yayasan Bina Utama tersebut dijaga ketat oleh sekuriti. Wartawan dilarangnya masuk.

“Langsung ke sana saja bang, ke Dinas Pendidikan. Semuanya sudah dibawa ke sana,” ujar salah seorang sekuriti yang berseragam hitam di depan pagar sekolah, Selasa (7/11) sekitar pukul 09.30 WIB.

Ia hanya menjalankan perintah dari pengurus yayasan. Sebelum melarang sejumlah wartawan masuk ke sekolah yang berada di Jalan H Rais A Rachman, No 15 A, Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota itu, kedua sekuriti mempersilakan dua pria berseragam hitam putih masuk ke area sekolah. Dua pria tersebut merupakan penyidik kepolisian.

“Langsung ke Dinas saja bang,” kata sekuriti itu lagi, masih melarang wartawan masuk.

Tak lama berselang, dua anggota Lantamal XII Pontianak juga mendatangi lokasi sekolah. Belum tahu tujuan pastinya. Namun, saat itu ada jadwal pengambilan rapor.

Dua penyidik tadi memasuki ruang Kepala SMK Bina Utama. Masih belum diketahui apa keperluan para penyidik berkunjung ke gedung berwarna biru muda tersebut. Tak lama berselang, mereka bergegas menuju mobil putih.

“Polresta yang menangani,” ucap penyidik sambil naik mobil tersebut.

Hingga pukul 10.45 WIB, dari luar pagar sekolah tampak aktivitas masih berjalan lancar seperti biasa. Awak media pun tidak diberi kesempatan bertemu dengan pihak sekolah untuk mengkonfirmasi.

Ada orangtua murid yang mengatakan, kejadian ini seakan disenyapkan. “Anak saya saja tidak tahu. Padahal video kejadian di sekolahnya sudah menyebar,” ucapnya singkat.

Laporan: Maulidi Murni, Ambrosius Junius, Ocsya Ade CP

Editor: Arman Hairiadi