Saatnya Kalimantan Barat Memiliki Gubernur Cantik (1)

Karolin bersama Megawati Soekarno Putri saat pengumuman kandidat yang diusung PDIP di Lenteng Agung.
Karolin bersama Megawati Soekarno Putri saat pengumuman kandidat yang diusung PDIP di Lenteng Agung.

eQuator.co.id – Provinsi Kalimantan Barat dibentuk pada 1957 di masa Orde Lama di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Sejarah panjang hingga 60-an tahuh setelahnya, belum ada gubernur “cantik” yang memimpin provinsi seluas 147.307 kilometer persegi itu.

Ya, tentu, kesepuluh gubernur yang pernah menjabat, semuanya “tampan”, alias dari kaum pria. Belum satu pun dari kaum perempuan. Bahkan sekadar menjadi calon gubernur pun belum pernah ada.

Karolin Margret Natasa, 36, seorang dokter dan ibu dua anak, seorang istri, telah merambah dunia politik dengan segala risikonya. Kursi DPR RI di Senayan telah dia duduki selama dua periode, disambung kursi Bupati Landak di Kalimantan Barat, juga sebagai wanita pertama di posisi itu.

Kini, kursi Gubernur Kalimantan Barat menjadi target, dengan paket kepemimpinan bersama Suryadman Gidot selaku wakil, yang berpengalaman menjadi Bupati Bengkayang dua periode. Diusung PDIP, Demokrat, dan sejumlah koalisi partai, derap langkap keduanya optimis membawa Kalimantan Barat semakin maju.

Tak sedikit yang meragukan aspek keperempuanan Karolin di kancah politik yang terlanjur dikenal keras. Tapi Karolin menjawab semua itu dengan lantang.

“Secara biologis, saya memang perempuan. Tapi jangan ragukan kejantanan saya,” tegas Karolin saat mendeklarasikan pasangannya di hadapan ribuan pendukung di Rumah Radakng—replika rumah panjang khas Dayak—di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu.

Dia satu-satunya kandidat perempuan, di tengah pertarungan politik melawan kandidat laki-laki untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat periode 2018-2023.

Tak kurang dari tokoh senior PDIP, Megawati Soekarno Putri, mengapresiasi “mental baja” yang dimiliki Karolin, saat mengumumkan partainya mengusung duet Karol-Gidot.

“Saya bilang Karol itu Cornelis perempuan, lebih galak dari bapaknya. Bapaknya itu gubernur dua kali, Pak Cornelis,” kata Putri Proklamator itu di Kantor Pusat PDIP di Lenteng Agung. (*)