eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tidak melulu meningkatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah memiliki dampak negatif. Bagi sektor pariwisata, ini menjadi peluang untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.
“Sebab nilai tukar mata uang kita tentu lebih kecil, artinya mereka (wisman) yang memiliki mata uang dolar bisa memanfaatkan menurunnya nilai tukar rupiah untuk berwisata kemari, sebab jauh lebih murah,” ujar Ketua Asita Kalbar Nugroho Hendray Ekasaputra, kemarin.
Namun berbeda dengan warga Indonesia yang hendak melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Anjloknya rupiah menjadi pertimbangan WNI untuk melakukan perjalanan wisata ke keluar negeri. “Mereka pasti mikir-mikir untuk berwisata, sebab cost yang dikeluarkan pastinya lebih tinggi ketika mata uang rupiah ditukarkan ke dollar,” jelasnya.
Kondisi seperti ini seharusnya bisa dimanfaatkan pelaku ekonomi di bidang jasa wisata dalam negeri untuk lebih gencar mempromosikan destinasi di Indonesia. Sehingga dapat menarik minat wisman untuk berwisata ke negara ini.
“Harusnya momen seperti sekarang ini bagusnya kita lebih gencar lagi promosi wisata yang kita miliki. Sebab nilai uang kita yang kecil, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh orang sakit tentu sedikit dan pastinya mereka senang,” ungkapnya.
Namun berbicara terkait pariwisata di Kalbar, branding-nya masih belum memiliki kepastian. Salah satunya dalam penggunaan nama untuk Kalbar, apakah menggunakan kalimat Borneo atau West Kalimantan.
“Sebab kalau kita ambil Borneo, ini sudah jadi brand Malaysia, coba saja kita search di google, lalu tekan Borneo, pasti yang lalu banyak muncul tetang Sarawak dan Kalbar masih sangat kecil. Ini yang diperlukan, sehingga kita juga dapat menjualnya ke pasar yang lebih luas,” paparnya.
Kemudian, terkait pelemahan rupiah ini, selain dampak positif tentu juga dibarengi dengan hal negatif pula. Khususnya bagi agent travel. Dengan menguatnya dolar AS, sejumlah maskapai penerbangan mulai melakukan pengurangan insentif bagi travel agen.
“Memang ada maskapai yang melakukan pemotongan, dan ada yang memang pengeluaran mereka salah satunya insentif bagi travel yang ditiadakan,” ungkapnya.
“Namun memang dampak ini tidak terlalu parah, akan tetapi yang jelas pelemahan rupiah ini pasti imbasnya juga kemasyarakat,” sambung Hendray.
Laporan: Nova Sari
Editor: Arman Hairiadi