eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada triwulan I 2018. Hal ini lantaran dipicu menguatnya harga dollar AS yang terjadi dalam skala global.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar Prijono mengatakan berdasarkan data yang diperoleh dari siaran pers RDG Mei 2018 BI, depresiasi terhadap rupiah ini terjadi secara poin to point.
“Rupiah melemah sebesar 1,47 persen pada triwulan I tahun 2018 dan 1,06 persen pada April 2018,” ujarnya
Sejauh ini kata Prijono, terkait perkembangan nilai tukar rupiah masih cukup terkendali. Sebab ditopang fundamental ekonomi Indonesia dan langkah stabilisasi secara terukur yang ditempuh BI.
“Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuiditas,” terangnya.
Ke depan kata Prijono, BI akan terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya. Kemudian menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
Di samping itu lanjut Prijono, terkait inflasi April 2018, juga masih tetap terkendali dalam kisaran sasaran yang ditopang harga pangan. Sehingga ekspektasinya terjaga.
“Dimana Aplil 2018, inflasi IHK mencapai 0,10 persen (mtm) melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat 0,20 persen (mtm),” tandasnya.
Sementara itu, di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi, pemerintah tetap memasang target optimistis. Ekonomi tahun depan diproyeksikan tumbuh 5,4 persen hingga 5,8 persen. Target itu lebih optimistis daripada proyeksi tahun ini 5,4 persen.
”Walaupun dihadapkan pada berbagai kendala dan ketidakpastian, pemerintah tetap berupaya keras mewujudkan peningkatan pertumbuhan yang lebih berkualitas dan inklusif,” kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati saat menyampaikan Pengantar dan Keterangan Pemerintah atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2019 di gedung DPR kemarin (18/5).
Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif, lanjut Sri Mulyani, pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu terus dijaga. Untuk itu, pemerintah berupaya menjaga inflasi pada tingkat yang rendah untuk menjamin daya beli masyarakat. Pada 2019, pemerintah akan menjaga inflasi pada rentang 3,5 persen plus minus 1 persen.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun depan diperkirakan berada dalam rentang Rp 13.700–Rp 14.000 per USD. Sementara itu, rata-rata suku bunga SPN tiga bulan pada 2019 diproyeksikan 4,6 persen–5,2 persen.
Sri Mulyani menambahkan, dinamika global juga berimbas pada harga minyak dunia. Asumsi harga minyak mentah Indonesia ICP pada 2019 diperkirakan USD 60–70 per barel. Sementara itu, asumsi lifting minyak diprediksi 722–805 ribu barel per hari.
Laporan: Nova Sari, JPG
Editor: Arman Hairiadi