eQuator – Mempawah. Tidak hanya sebatas tradisi yang digelar pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriah, acara Robo-robo penuh makna. Mulai dari acara makan bersama, budaya dan adat istiadat, serta kesempatan bagi para fotografer untuk hunting foto.
“Saya bisa merayakan Robo-robo sambil hunting foto, bertemu teman sesama fotograper dan fotograper profesional dari luar negeri,” jelas salah satu fotografer Mempawah, Ahmad Khoiruddin, Kamis (3/12).
Momen ini tak hanya diminati masyarakat, kata Ahmad, tapi hadirnya raja-raja dari Kalbar, nusantara, bahkan dari wilayah Asia sangat menarik bagi para fotograper. “Saat raja-raja datang, itu momen kami untuk mengambil foto, yang pasti menambah koleksi kami,” ujar pria yang akrab disapa Mad Boros.
Sedangkan warga Kelurahan Tanjung Berkat, Ridho mengatakan, Robo-robo merupakan upacara tolak bala yang digelar masyarakat setempat. “Semoga momen ini bisa meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Mempawah,” harapnya.
Sementara itu, tokoh agama asal Desa Terusan, H Boy menjelaskan, Robo-robo merupakan adat istiadat yang tetap terjaga kelestariannya hingga saat ini. “Tidak semua daerah ada adat istiadat ini. Selama tidak ada hal negatif, semuanya sah-sah saja,” ujarnya.
Dia berharap, acara Robo-robo yang digelar di Pelabuhan Kuala Mempawah meningkatkan sektor pariwisata. “Semoga terus menumbuhkan hal-hal positif ke depan,” pungkasnya.
Reporter: Ari Sandy
Redaktur: Yuni Kurniyanto