eQuator.co.id – Trump balik kucing. Mau maju tapi mundur lagi. Begitu cepatnya. Presiden Amerika itu bikin twitter kejutan. Pagi-pagi. Hari Minggu kemarin.
Inilah bunyi twitter Donald J. Trump @realDonaldTrump itu. ”Presiden Xi dan saya bekerjasama untuk memberi jalan yang mudah bagi perusahaan telpon ZTE untuk kembali bisa bekerja, segera. Terlalu banyak lapangan kerja yang hilang. Kementerian perdagangan sudah diinstruksikan untuk melaksanakannya!”.
Inilah rupanya! Inilah jawabannya. Atas pertanyaan disway minggu lalu. Tentang memo direksi ZTE itu. Untuk seluruh karyawannya itu. Yang sangat optimistis itu. ”Semoga fajar segera menyingsing”. Begitu kurang lebih isinya.
Ada apa? Apakah direksi ZTE sudah dapat bocoran? Dari hasil pertemuan delegasi utusan Trump ke Beijing? Kok berani memberikan harapan yang begitu optimistis?
Memo itu memang penting. Karyawan ZTE yang 80.000 itu resah. Presiden Trump tiba-tiba membuat keputusan: melarang perusahaan teknologi AS kirim chips komputer ke ZTE. Selama 7 tahun. Sebagai sanksi atas kebandelan ZTE: tetap berdagang dengan Iran.
Dengan keputusan tersebut, ZTE kena Achilles Heelnya. Tidak siap dengan microprosessor dari dalam negeri. Belum bisa bikin. Tidak ada yang bisa bikin. Kecuali perusahaan-perusahaan Amerika itu. Padahal stok persediaan chips ZTE hanya cukup untuk dua bulan. ZTE di ambang kesulitan besar.
Lalu muncul memo angin segar itu. Publik tidak tahu. Deal apa yang telah terjadi. Di balik twitter Trump Minggu pagi kemarin.
Mungkin Presiden Xi Jinping sudah menjamin. Akan lebih banyak impor barang dari Amerika. Agar defisit perdagangan AS berkurang. Minggu ini, gentian delegasi Tiongkok yang ke Washington DC. Melanjutkan pembicaraan di Beijing itu.
Selasa hari ini mulai berunding. Apa pun pengalaman pahit ZTE akan membangkitkan percepatan program mandiri chips di Tiongkok. Tidak boleh lagi kemajuan Tiongkok hanya ibarat kehebatan mampu membangun gedung pencakar langit di atas tanah orang.
Tentu lawan politik Trump melihat dari kacamata lain. Menantu Trump, Jared Kushner, yang pengusaha itu, dikenal luas sebagai agen Trump untuk Tiongkok. Juga untuk Rusia. Juga Kazakstan. Juga untuk Indonesia. Kushner punya partner bisnis di masing-masing negara itu.
Adakah Trump juga bisa berubah dalam kasus Iran? Yang Trump keluar dari kesepakatan nuklir Iran? Yang tidak mempedulikan negara-negara Eropa, Rusia, dan Tiongkok? Yang kembali memberi sanksi berat untuk Iran? Kushner tidak punya partner bisnis di Iran. Atau bisa saja akan punya. Setelah ini.
Tapi gejala perubahan itu ada. John Bolton, penasehat keamanan Trump, semula ganas sekali. Ia memang orang Trump yang amat antiimigran, anti-Islam, anti-Tiongkok, anti-Korut, dan sangat pro Israel. Ia bilang: perusahaan Eropa pun akan diberi sanksi. Kalau tetap berbisnis dengan Iran. Tapi Bolton belakangan mereda. “Itu pendapat pribadi saya,” katanya.
Menlu Amerika yang sekandang dengan Bolton, juga mereda. “Masih ada waktu untuk mencari deal baru. Yang penting Iran mengakhiri program nuklirnya, peluru kendali jarak jauhnya dan mengakhiri sikap ganasnya,” ujar Menlu Mike Pompeo yang mantan direktur CIA itu.
Dengan twitter ZTE dari Trump, orang juga menunggu cuitan soal Iran. Dan orang memang suka menunggu twitter Sang Presiden. Untuk mencari kejutan. Untuk mencari informasi. Dan untuk mencari bahan olok-olokan. (dis)