Putra Daerah Harus Berani Jadi Pengusaha

GAGASAN. Wakil Presiden Lions Group (berbaju batik), Ur- gyen Rinchen Sim, memaparkan ide-ide bisnisnya kepada Rakyat Kalbar, di Q-Gold Meeting Room, Graha Pena Kalbar, Kamis (2/12). DENY

eQuator – Menyongsong pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan, kawula muda Indonesia dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, serta energik. Wakil Presiden Lions Group, Urgyen Rinchen Sim, pun menyempatkan diri bertandang ke Kantor Harian Rakyat Kalbar, Rabu (2/12) siang.

Rinchen merupakan pengusaha muda Indonesia yang sukses di berbagai sektor bisnis. Mengenakan batik, ia disambut Pemimpin Redaksi Hamka Saptono dan Manager Pemasaran Mohamad Qadhafy.

Kompartemen Hubungan Internasional dan Pariwisata BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu berpandangan, masyarakat di Bumi Pertiwi ini belum siap menghadapi MEA. “Sekarang ini yang perlu dibuka adalah pola pikir. Sumber daya alam dan culture Kalbar termasuk kaya. Anak-anak muda harus punya pemikiran yang lebih baik,” serunya.

Rinchen yang juga personal coach Daud Yordan ini berpesan, alangkah baiknya putra-putri daerah berani menjadi seorang pengusaha. “Jangan takut untuk gagal, kalau gagal ya dicoba lagi. Selama Anda punya pola yang baik, kenapa harus takut. Menjadi pengusaha membawa banyak keberuntungan,” tuturnya.

Saran dia, “Kalau mau menjadi pengusaha besar dan hebat, belajarlah membuat jaringan (network). Bersosialisasilah seperti masuk organisasi, dengan begitu akan banyak punya jaringan”.

Dengan bumi yang kaya, ia menyarankan pengusaha-pengusaha Kalbar lebih berinovasi dalam berusaha. “Misalnya membuat packing yang lebih unik sehingga bisa menarik daya tarik orang untuk membeli,” ulas Rinchen.

Ia menyesalkan karakter generasi muda saat ini yang ingin serba instan. Termasuk dalam berbisnis. Pasalnya, Rinchen menganalisa, sebagian besar anak muda di Indonesia masih agak lemah dalam hal daya juang.

“Semua orang ingin sukses dalam waktu cepat. Padahal gak ada yang instan di dunia ini. Kalau mau sukses, anda harus berusaha dan melalui proses,” ingatnya.

Menurutnya, karakter untuk menjadi pengusaha tidak tertanam di negeri ini. Rinchen menilai, anak-anak Indonesia sejak dahulu kala, belajar kurikulum di sekolah lebih banyak mengarah sebagai pekerja.

“Ini yang perlu kita rubah,” tutup dia.

 

Reporter: Deska Irnansyafara

Editor: Andry Soe

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.