eQuator.co.id – Mempawah-RK. Puncak pelaksanaan tradisi Robo-robo yang dipusatkan di Pelabuhan Kuala, Kecamatan Mempawah Timur, Rabu (30/11), dipadati ribuan masyarakat dari seluruh penjuru Kalbar. Kegiatan ini juga menarik perhatian turis dari berbagai negara.
Raja-raja nusantara yang mempunyai ikatan darah dengan Daeng Manambon, pendiri kota Mempawah juga hadir dalam puncak acara. Tidak terkecuali, para petinggi Pemerintah Kabupaten Mempawah.
Prosesi Robo-robo yang dilaksanakan di Pelabuhan Kuala Mempawah diawali dengan ritual buang-buang. Kapal kerajaan yang dinaiki para raja diiringi puluhan kapal hias menuju tepian laut.
Raja Mempawah, Pangeran Ratu Mulawangsa Dr Ir Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim didampingi permaisuri Ratu Kencanawangsa Dr Ir Arini Mariam beserta seluruh pembesar kerajaan keluar dari Keraton Amantubillah mengenakan pakaian lengkap khas kerajaan untuk mengikuti setiap prosesi Robo-robo.
Tradisi ini terus dilakukan setiap tahun, layaknya sejarah yang telah tertulis, bahwa Opu Daeng Manambon bersama seluruh pengikutnya menggunakan 40 perahu bidar menggelar upacara serupa seperti yang dilaksanakan kemarin. Salah satunya, upacara tolak bala yang diyakini masyarakat pada bulan Safar diturunkan bala.
Masyarakat setempat meyakini prosesi Robo-robo banyak tersirat nilai-nilai religius. Prosesi buang-buang yang dilakukan bukan sekadar ritual budaya semata, namun keberadaan sungai dan laut merupakan pengimbang alam yang ada.
Banyak prosesi yang dilaksanakan sebelum hari puncak, yaitu pelepasan puake, pembersihan benda-benda pusaka milik Keraton Amantubillah dan ziarah ke makam Opu Daeng Manambon di Desa Sebukit Rama, Kecamatan Mempawah Hilir.
Sebelumnya saat diwawancarai, Raja Mempawah, Pangeran Ratu Mulawangsa, Dr Ir Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim menjelaskan, persiapan Robo-robo telah dilaksanakan sejak tiga bulan lalu. Meski dilakukan secara swadaya, namun peringatan rutin itu tetap terasa meriah, karena mendapat perhatian khusus dari seluruh kalangan. “Banyak raja-raja dan kerabat keturunan Opu berdatangan setiap tahun ke Mempawah, ada yang dari berbagai provinsi dan juga raja-raja dari negara lain, seperti Malaysia, Brunai Darussalam,” ungkapnya.
Selain itu, untuk mempertahankan identitas dan sejarah kerajaan yang didirikan oleh Opu Daeng Manambon, Raja Mempawah mengatakan, telah merencanakan membangun Lembaga Adat Budaya. Lembaga ini tidak hanya terpusat di lingkungan Keraton Amantubillah, namun juga di berbagai daerah. “Dengan adanya Lembaga Adat Budaya, semua suku apapun bisa bergabung di dalamnya untuk mempertahankan identitas dan sejarah yang ada, dan memperkokoh persatuan yang telah terjalin lama dengan mufakat bersama,” tuturnya.
Selain itu, cita-cita Raja Mempawah untuk membangun Kampung Budaya tak lekang oleh waktu. Lingkungan Keraton Amantubillah yang begitu luas akan dimanfaatkan untuk membangun kampong budaya. Sehingga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sejarah Kerajaan Mempawah. (sky)