eQuator – Jakarta-RK. Rencana Kementerian Sekretariat Negara (Setneg) membeli helikopter VVIP AW101 buatan pabrikan AgustaWestland untuk menunjang kunjungan Presiden Jokowi ke daerah terpencil mendapat perhatian serius dari DPR. Apalagi PT Dirgantara Indonesia (DI) menyayangkan sikap pemerintah yang tidak memilih produk karya putra bangsa.
Salah satu yang angkat suara adalah anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin. Dia sepakat bahwa helikopter jenis Super Puma yang digunakan presiden perlu diganti. Sebab, heli buatan tahun 2000 itu sudah digunakan 13 tahun.
“Menurut saya, demi keamanan, sudah selayaknya diganti,” ujar TB di kompleks Senayan, Jakarta, (23/11).
Namun, sebagai gantinya, dia menyarankan untuk menggunakan heli jenis Super Puma buatan PT DI.
Selain produk anak bangsa, harga produk PT DI jauh lebih murah, yakni hanya USD 35 juta (sekitar Rp455 miliar). “Heli AW101 Agusta menurut informasi mencapai 55 juta USD (Rp715 miliar dengan kurs Rp13.000 per dolar AS),” imbuhnya.
Secara kualitas, lanjut dia, kualitas Super Puma tidak jauh berbeda dengan AW101. Jika mau disetarakan, pemerintah tinggal menambahkan perangkat FLIR (forward looking infrared), chaff and flare dispenser (proteksi/antipeluru kendali), infrared jammer dan laser warning.
Untuk memenuhi alat-alat tersebut, biaya tambahan yang diperlukan hanya USD 5 juta. Dengan demikian, harga satu unit Super Puma secara keseluruhan sekitar USD 40 juta. “Maka, negara untung 30 persen dari harga dasar,” terangnya.
Selain itu, perawatan dan pengadaan suku cadang akan lebih murah dan terjamin. Berbeda dengan suku cadang AW101 yang lebih mahal dalam status impor serta tidak ada jaminan tidak diembargo. (jpnn)
Pindad perusahaan anak bangsa yang patut dibanggakan