Pesta Sudah Usai, Waktunya Cuci Piring

Dandim Sanggau, Letkol (inf) Herry Purwanto menyerahkan seperangkat alat olahraga pada tokoh masyarakat sesaat usai acara, Jumat (29/6)—Kiram Akbar
Dandim Sanggau, Letkol (inf) Herry Purwanto menyerahkan seperangkat alat olahraga pada tokoh masyarakat sesaat usai acara, Jumat (29/6)—Kiram Akbar

eQuator.co.id – Sanggau-RK. KPU Kabupaten Sanggau memang belum menetapkan siapa yang terpilih menjadi Bupati Sanggau periode 2018-2023. Namun berdasarkan quick count (hitung cepat) pasangan nomor  urut 2, PH-YO unggul dari pasangan nomor urut 1, YAS.

Kepada para kontestan dan pendukung kontestan, diharapkan untuk kembali seperti biasa. Dalam arti, sudah saatnya rekonsiliasi. Demikian diungkapkan Kapolres Sanggau, AKBP Rachmat Kurniawan, dalam acara Penyelenggaraan Komunikasi Sosial Dengan Komponen Masyarakat, Jumat (29/6).

“Pesta sudah usai, ini waktunya cuci piring. Untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin timbul ketika pesta terjadi. Sudah saatnya rekonsiliasi, tidak harus menunggu pengumuman siapa yang terpilih dan tidak,” kata Kapolres.

Dalam acara yang diinisiasi Kodim Sanggau itu juga ia kembali menegaskan, bahwa Pilkada adalah kontestasi, bukan kompetisi. Ia mengibaratkan dengan aktivitas perdagangan. “Banyak di Tanah Abang itu orang jualan baju. Bahannya mungkin sama, katunnya sama. Tinggal model dan cara memasarkan. Kalau cara memasarkannya baik, santun, dengan pola-pola yang humanis, menarik simpatik,bukan provokatif, jelas menuai hasil yang baik,” terangnya.

Berbeda halnya jika pedagang yang ingin barangnya laku dengan menjelek-jelekkan pedagang lain.  “Pasti yang bisa berpikir logis lebih baik mencari toko yang lain sebagai pengganti,” ujarnya.

Berbeda dengan komptesisi, dalam kontestasi tak ada menang dan kalah. Yang ada hanyalah terpilih atau tidak terpilih. Inilah, lanjut Kapolres, yang harus digaungkan hingga 2019 nanti.

“Menang dan kalah itu hanya ada kompetisi. Ada juaranya, ada pemenangnya. Tapi kalau kontestasi ada jurinya ada yang memilih. Yang memilih siapa? Ya kita semua,” jelasnya.

Rachmat juga menegaskan, Kabupaten Sanggau adalah miniatur Indonesia. Semuanya suku ada di dalamnya. Keberagaman yang ada adalah keindahan. “Ketika saya bermain tenis kemarin, di atas langit Sanggau ini ada pelangi. Pelangi itu tidak satu warna. Kalau satu warna justeru jelek. Artinya apa? Sanggau diberikan tanda oleh Tuhan, bahwa keberagaman di Sanggau ini indah, membawa kedamaian dan kenyamanan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, perwira dengan dua melati di pundak itu mengatakan tak kurang dari 700 suku di Indonesia dengan ratusan bahasa daerah. Bahkan untuk satu suku saja, bahasanya bisa beragam. Itulah, kata Rachmat, merupakan kekayaan bangsa Indonesia.

“Bahwa dalam agama Islam, Aku ciptakan kalian berbagsa-bangsa untuk saling mengenal. Kemarin setelah Pilkada, saya menyambangi setiap pasangan. Kami tidak tahu dan tidak mau tahu siapa yang terpilih dan tidak. Yang ingin kami tahu adalah bagaimana Sanggau ini kondusif, damai, masyarakatnya yang ngail tetap ngail, yang mau sekolah bisa tetap sekolah,” bebernya.

Pun demikian diharapkan di media sosial (medsos). Kapolres mengaku ‘berpatroli’ di sana, dengan memberikan komen-komen yang edukatif. “Saya bilang, sudahlah, pesta sudah usai, pemilihan sudah selesai. Medsos itu jangan yang menggiring pada hal-hal perpecahan. Kalau ucapan-ucapan selamat silahkan. Tapi jangan menyinggung pihak-pihak lain,” akunya.

Ia sendiri mengaku belum bisa mengetahui siapa yang terpilih dalam Pilkada Sanggau 2018, meski hasil quick count berseliweran. “Karena saya akan berpegang pada perhitungan dari KPU. Jadi jangan ada euforia yang tidak terkontrol, jaga perasaan yang lain,” pesannya.

Laporan: Kiram Akbar