Perut Diikat Batako, Dibuang ke Embung, Wanita 21 Tahun Tewas Mengenaskan

Jajaran Polres Sekadau melakukan olah TKP di lokasi penemuan mayat Nisa di embung kompleks kantor Bupati Sekadau, Jumat (22/4) sore. ABDU SYUKRI

eQuator.co.id – Sekadau-RK. Nisa, 21, ditemukan tewas mengenaskan di embung kawasan perkebunan sawit, sekitar 1 Km dari kompleks perkantoran Bupati Sekadau, Desa Bokak Sebumbun, Sekadau Hilir, Jumat (22/4) pukul 15.00.

Mayat ibu muda itu sudah membusuk. Setelah ditelusuri Rakyat Kalbar, Nisa merupakan warga RT 13/RW 13, Desa Merapi, Sekadau Hilir. Dilihat dari tanda-tanda fisik mayat, diduga kuat Nisa dibunuh, lalu dibenamkan dalam embung untuk menghilangkan jejak. Di perut Nisa terikat karung goni yang di dalamnya terdapat empat butir batako sebagai pemberat.

Saat ditemukan, Nisa mengenakan celana training biru tua berles dua garis putih di sampingnya. Dia memakai baju hitam lengan panjang dengan rambut terikat ke belakang. Di lehernya juga ada kain biru muda seperti kerudung.

Lokasi penemuan mayat Nisa cukup jauh dari pemukiman warga. Karena berada di pinggiran hutan belantara dan perkebunan sawit. Kountur tanah di sekitar lokasi cukup lembek dan gambut.

Di sekitar lokasi, tampak ada bekas bergumul. Ini bukti kuat Nisa tewas dibunuh dan dibenamkan dalam embung.

“Waktu awal ditemukan, mayat keluarga saya itu sudah timbul dengan posisi telungkup. Tapi di tubuhnya ada diikat batako,” ucap Kaden, 37, paman Nisa kepada Rakyat Kalbar di lokasi penemuan mayat.

Kaden mengaku, dirinya bersama keluarga sudah lama mencari Nisa. Diketahui wanita yang berstatus tenaga honorer kebersihan di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sekadau tersebut pergi dari rumahnya, Selasa (19/4) sekitar pukul 06.00.

“Dia sudah setahun ini bekerja di BLH. Tiap pagi turun dari rumah. Sekitar pukul 11.00 atau 12.00, biasanya sudah pulang. Tapi hari itu, dia tidak pulang,” ucap Kaden.

Nisa meninggalkan seorang anak bernama Wit yang masih berusi tiga tahun. Selama hidupnya, Nisa tinggal di rumah orangtuanya, Jailani di Desa Merapi bersama anaknya. Sementara sang suaminya, Dani, warga Penanjung, Desa Mungguk, hanya sesekali pulang, karena bekerja sebagai sopir mobil ekspedisi jurusan Sekadau-Balai Sepuak, Belitang Hulu.

Ayah korban, Jailani mengatakan, putrinya itu tidak menunjukkan keanehan beberapa hari menjelang kematiannya. “Biasa-biasa saja. Tidak ada yang aneh,” kata Jailani.

Jailani mengaku terakhir kali bertemu Nisa, malam sebelum sang anak berangkat bekerja. Namun pagi Selasa, dirinya lebih dulu berangkat kerja menyadap karet. “Sedangkan dia (korban), berangkat setelah saya pergi,” tuturnya.

Jailani mengaku, anaknya tidak ada mengeluh atau menceritakan ada persoalan. “Dia biasa-biasa saja,” jelas Jailani.

Suami korban, Dani, 22, mengaku terakhir kali bertemu dengan istrinya, Senin (18/4) pagi. Malam harinya, Dani mengaku menginap di tempat sang istri.

“Sedangkan malam Selasa, saya tidak pulang ke rumah. Saya tidur di rumah bapak saya di Penanjung, Desa Mungguk, karena siang harinya mau berangkat ke Belitang Hulu,” ucap Dani.

Dani mengaku baru mengetahui kabar istrinya hilang, ketika sudah berada di Belitang Hulu, Selasa (19/4) malam.

“Saya di telepon mertua saya (ayah korban, Jailani) yang mengatakan kalau istri saya tidak ada pulang,” beber Dani.

Mengetahui kabar itu, Dani pun pulang ke Merapi. Mereka kemudian memutuskan melapor polisi. Mereka bersama keluarga besarnya juga berinisitaif mencari Nisa.

Ramli J, keluarga Nisa bersama keluarganya yang lain memfokuskan pencarian ke sekitar kompleks perkantoran Pemkab Sekadau. Sebab dia sehari-hari bekerja sebagai tenaga honorer kebersihan BLH khusus untuk wilayah Taman Kehati di kawasan kompleks perkantoran Pemkab Sekadau, sekitar 3 Km dari lokasi penemuan mayatnya.

Pihak keluarga mengaku Kamis (21/4) pukul 16.00, menemukan sepeda motor Jupiter merah yang masih berplat XX, terparkir di jalan poros akses perkebunan sawit, sekitar 500 meter dari lokasi penemuan mayat. Sepeda motor yang biasa digunakan Nisa bekerja itu dikunci stang.

Mengacu pada petunjuk itulah, pihak keluarga memfokuskan pencarian di sekitar lokasi. Jumat sore, mereka menemukan Nisa sudah jadi mayat. Meski belum ada kepastian ibu satu anak itu dibunuh, namun pihak keluarga meyakini Nisa menjadi korban pembunuhan. Mereka meminta polisi mencari pelakunya.

“Kami minta kasus ini diusut tuntas. Sebab keluarga kami itu dibunuh,” kata Usfiandi, 42, keluarga korban.

Kata Usfiandi, pihak keluarga sangat berharap agar pelaku pembunuhan Nisa dicari sampai dapat. “Ini kan masih dekat dengan kantor polisi (wilayah dalam kota). Masak ada kasus pembunuhan,” tegasnya.

Berdasarkan latar belakang kehidupannya, Nisa awalnya sempat menikah dengan seorang lelaki, warga Desa Mungguk, Sekadau Hilir. Namun pernikahannya tidak berlangsung lama. Setelah bercerai, Nisa pun menikah dengan Dani, suaminya yang sekarang.

Kapolres Sekadau, AKBP Muslikhun SIK melalui Kasat Reskrim, AKP Kadir Poerba mengaku belum bisa menyimpulkan penyebab pasti kematian Nisa. “Tapi dari hasil olah TKP sementara yang kita lakukan, korban meninggal dengan cara tak wajar,” ucap Poerba.

Poerba mengatakan, untuk memastikan kematian Nisa, polisi akan meminta bantuan dari tim forensik Biddokes Polda Kalbar. “Nanti akan kita otopsi untuk mencari kepastiannya,” imbuh Poerba.

Poerba mengaku jajarannya akan meminta keterangan dari sejumlah saksi. “Kasus ini masih kita selidiki,” tegasnya.

Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Sekadau, Stefanus Emanuel membenarkan, kalau Nisa sudah setahun terakhir bekerja di kantornya. “Dan beberapa hari terakhir, memang dia tidak masuk kerja,” kata Emanuel.

Emanuel memastikan selama Nisa bekerja, berkelakuan baik. “Dia juga tidak menunjukkan ada masalah,” ungkap Emanuel.

Laporan: Abdu Syukri

Editor: Hamka Saptono