Pernah Disetrika, Pulang ke Sambas Mata Nyaris Buta

Sembilan Tahun Jadi PRT di Malaysia, Kerap Disiksa Majikannya

DIJENGUK. Selasa (3/9), Rosita Nengsih (jilbab pink) melihat kondisi Sumiati (tak berhijab) yang dianiaya di Malaysia, di Desa Sungai Kelambu, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Sairi-RK

Harga diri bangsa, khususnya rakyat Kalbar, kembali ditampar. Kali ini oleh majikan di Malaysia, yang setelah menganiaya seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Kecamatan Tebas, Sambas, lalu ditelantarkan begitu saja di Entikong, Sanggau.

Sairi, Tebas

eQuator.co.id – Sumiati, warga Desa Sungai Kelambu, pada 2010 dijanjikan upah untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Wanita berumur 36 tahun itu disalurkan oleh penyalur TKW. Setelah sembilan tahun bekerja di rumah majikannya di Kampung Datu, Sibu, Malaysia Timur, malah nyaris buta.

“Ya dijanjikan dapat gaji RM 600 sebulan, tapi tidak digaji,” tutur Sumiati, di Desa Sungai Kelambu, Selasa (3/9).

Lihatlah, betapa menyedihkannya perempuan itu. Dia pulang dengan sekujur tubuh penuh bekas luka. Dan terancam buta permanen. Ada juga bekas luka bakar yang lebar.

”Saya juga pernah disetrika,” ungkapnya.

Betapa sadis dan kejamnya warga Malaysia itu. Tak berperikemanusiaan. Mata Sumiati mengalami kerusakan karena dipukul majikan di bagian belakang kepala.

“Kejadiannya, ketika saat itu saya bekerja di rumah makan milik majikan di wilayah Sibu, Kampung Datu, tak sengaja saya memecahkan piring, kemudian kepala saya dipukul, sejak itulah mata saya mengalami kerusakan,” tutur Sumiati.

Lantaran tidak bisa melihat secara normal, akhirnya dia dipulangkan oleh majikannya ke perbatasan Entikong. Tanpa secarik pengenal pun. Dia dibuang begitu saja sementara seluruh berkas dan dokumen miliknya tidak dikembalikan oleh majikan.

“Saya sudah dua bulan dikembalikan dengan diantar ke Entikong, kemudian dinaikkan ke bis,” jelasnya.

Setiba di Tebas, ia turun di Desa Mensere, Kecamatan Tebas. Beruntung ada ojek pangkalan yang mengenali Sumiati. Yang kemudian mengantarkannya pulang ke rumah.

Setelah dua bulan kepulangannya, baru terungkap kejadian yang dialami Sumiati. Ketika keluarganya, Najimah, membawanya mengecek kesehatan mata ke RSUD Pemangkat.

“Kata dokter, mata Sumiati harus secepatnya dioperasi,” tutur Najimah.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum Perempuan dan Keluarga (PeKa), Rosita Nengsih, kemarin menjenguk Sumiati. Lembaganya akan mengawal kasus yang menimpa Sumiati yang sangat menyakitkan. Secara fisik dan psikis itu.

“Setidaknya dimulai dari siapa pembawanya bekerja, bagaimana pertanggungjawabannya saat Sumiati di sana,” tegas Rosita, geram.

PeKa juga mencoba mengakses sejumlah pihak terkait untuk mengusahakan agar hak-hak Sumiati berupa gaji dapat dibayarkan oleh majikannya. “Miris dan sangat disayangkan sekali perlakuan yang didapat Sumiati. Dengan kondisi tubuh yang banyak bekas luka, mata nyaris buta, ia tidak mendapatkan hak-haknya,” jelasnya.

Direktur RSUD Pemangkat, Dr Achmad Hardin, SpPd, memastikan Sumiati akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dari pihaknya. “Nanti jika sudah dibawa ke rumah sakit, silakan pihak keluarga menghubungi, nanti akan kita urus,” ujarnya.

Bupati Sambas, Atbah Romin Suhaili, LC MH, mengatakan akan segera membantu Sumiati. “Saya belum menerima laporan spesifik. Dan saya akan menugaskan Dinas Sosial untuk turun langsung melihat kondisi Sumiati,” tutur Atbah yang menegaskan warganya harus dilindungi dan mendapatkan bantuan dari pemerintah. “Ya kita akan berusaha untuk membantu Sumiati,” ujarnya.

 

Laporan: Sairi

Editor: Mohamad iQbaL