Perlintasan Tapal Batas Aruk-Biawak Dilonggarkan

Pekan Depan, Festival Wonderful Indonesia di Perbatasan Sambas

RAKOR. Rapat koordinasi delegasi dua negara, Indonesia dan Malaysia, di Imperial Hotel, Kuching, Sarawak, Kamis (8/9). Ocsya Ade CP

eQuator.co.id –  Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kembali menggelar Festival Wonderful Indonesia (FWI) di perbatasan Indonesia-Malaysia pada 17-18 September mendatang. Beragam penampilan wisata dan budaya itu akan disajikan di terminal Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, yang berbatas langsung dengan Biawak, Sarawak, Malaysia.

 

Ocsya Ade CP, Kuching

 

Festival ini bertujuan agar potensi destinasi pariwisata di Sambas lebih dikenal internasional. Daerah perbatasan sendiri disebut sebagai pasar pariwisata potensial.

“Festival Wonderful Indonesia ini merupakan salah satu strategi kunci untuk meningkatkan wisatawan dari negara tetangga,” tutur Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, I Gde Pitana, melalui Kepala Bidang Festival Asia Tenggara Kemenpar, Eddy Susilo.

Hal tersebut dikatakannya saat Rapat Koordinasi (Rakor) pematangan FWI dengan Pemerintah Sarawak di Imperial Hotel, Kuching, Kamis (8/9). Lanjut Eddy, FWI diadakan secara terus menerus di daerah perbatasan untuk mempromosikan keindahan wisata dan budaya yang dimiliki Indonesia. Diharapkan, dapat membantu pencapaian target 12 juta kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) ke Indonesia tahun ini.

“Perbatasan negara di Sambas merupakan beranda terdepan, serta menjadi salah satu perlintasan pelintas batas selain border Entikong. Sehingga, Kemenpar mencoba menerapkan konsep cross-border tourism untuk menggaet wisatawan Malaysia berkunjung ke perbatasan,” ujarnya.

Sama seperti perhelatan bulan Februari 2016 yang lalu, FWI kali ini juga menyuguhkan hiburan yang digemari masyarakat di perbatasan kedua negara. Konser musik menjadi salah satu konten hiburan.

Sebelum memutuskan menyajikan konser musik ini, telah dilakukan survei dan riset terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang disukai masyarakat setempat. “Kenapa musik, ya kita melihat apa yang disukai oleh masyarakat, apa yang disukai pasar. Kalau suka musik dangdut, ya kita adakan dangdut. Ibarat berdagang, kita menyediakan apa yang masyarakat butuhkan, bukan menawarkan apa yang kita punya,” jelas Eddy.

Nah, itu sebabnya, masyarakat nanti akan dihibur dengan aksi goyangan dan merdu suara dua artis dari Indonesia dan Malaysia. Mereka adalah Viola Arsa, pendangdut Indonesia, dan Najwa Latif penyanyi Malaysia.

“Kenapa kita menampilkan artis dangdut, karena seperti yang kita ketahui seluruh komponen masyarakat di sana sangat mencintai musik dangdut. Sehingga kita berharap masyarakat dapat berbondong-bondong turut hadir dalam festival ini,” terangnya.

Dijelaskan Eddy, artis Viola akan manggung di panggung hiburan rakyat yang terletak di Terminal Sajingan Besar pada hari pertama, Sabtu 17 September. Ada enam lagu favorit yang akan disajikannya seperti Goyang Dumang, Aku Mah Apa Atuh, dan KPK alias Kangen Pengen Ketemu.

Sedangkan Najwa akan manggung keesokan harinya dengan menyajikan sebelas lagu andalannya. “Tentu saja ini dengan berbagai pertimbangan, salah satunya fans Najwa nanti juga bisa turut hadir menyaksikan performa Najwa dalam festival ini,” tukas Eddy.

Selain digoyang kedua artis ini, DJ asal Malaysia, DJ Ivy, juga ikut meramaikan festival. Ia didaulat sebagai pembawa acara berpasangan dengan master of ceremony (MC) Kota Pontianak, Ilham Kurniawan.

“Saya rasa mereka ini sangat popular dalam membawa suatu acara,” ucapnya.

Tak kalah penting, masyarakat perbatasan akan disajikan pertunjukan seni dan budaya dari seniman lokal, nasional, dan artis dari Jakarta maupun Malaysia. Juga pentas seni budaya Dayak dan Melayu, kuliner, dan bazar multiproduk. Pun dipamerkan permainan tradisional, kekayaan seni, budaya, dan kuliner khas Kabupaten Sambas.

Dengan demikian, Indonesia dapat memperkenalkan keberagaman budaya, terutama kepada masyarakat Sarawak. “Indonesia dan Malaysia memiliki beragam budaya yang bisa ditampilkan ke panggung internasional. Dan juga memiliki akar budaya yang dapat memperkuat ikatan antara negara-negara, mendorong kolaborasi yang lebih untuk kesejahteraan masyarakat,” tutup Eddy.

MINTA KELONGGARAN

MELINTAS TAPAL BATAS

Kemeriahan FWI di perbatasan Aruk-Biawak ditambah kehadiran Wakil Ketua Menteri Sarawak, Datuk Amar Abang Haji Abdul Rahman Zohari. Pria yang lebih dikenal sebagai ‘Abang Jo’ ini dikonfirmasi akan hadir dengan beserta ratusan anggota komunitasnya.

“Abang Jo katanya akan hadir dalam festival ini bersama sekitar 200 big bikers atau komunitas motor gedenya,” kata Jahar Gultom, Kepala Kantor Konsulat Jenderal RI (KJRI) Kuching, yang juga hadir dalam rapat koordinasi pematangan FWI antardelegasi dua negara.

Selaku perwakilan RI di Kuching, Jahar meminta petugas yang bertugas di perbatasan Indonesia maupun Malaysia memberikan kelonggaran dalam pelintasan border. Supaya kunjungan dari delegasi dan masyarakat yang ingin hadir menikmati sajian dari FWI ini dapat dipermudah.

“Kami tidak ingin membuat kunjungan itu perlu ini, perlu itu. Kita ingin supaya kunjungan Abang Jo dan masyarakat lainnya dapat memeriahkan festival,” pintanya.

Ia juga berharap supaya masyarakat dari Lundu dan Sematan yang lebih dekat dengan Sajingan dapat datang ramai-ramai ke FWI ini. “Kami sangat senang dengan dukungan untuk mendukung kegiatan ini. Saya percaya dengan kegiatan ini dapat meningkatkan hubungan yang saling pengertian dan erat,” ujar Jahar.

Ditimpali Tuan Haji Hamsien bin Atar, DO Pejabat Kecil (Camat) Lundu, “Kita akan bantu mengajak masyarakat Sarawak terutama di Lundu dan Sematan untuk bisa hadir menyaksikan festival ini beramai-ramai”. 

Memang, berbagai potensi wisata dan budaya yang akan disuguhkan ke masyarakat perbatasan Aruk-Biawak telah disiapkan. Namun, penggarapan potensi wisata di wilayah perbatasan dengan tujuan memikat wisatawan Malaysia tersebut bukanlah hal mudah. Harus terjalin komunikasi yang baik.

Dalam rapat koordinasi di Kuching ini, sejumlah poin dibahas serius guna mensukseskan perhelatan tersebut. Pembahasan yang belajar dari pengalaman penyelenggaraan FWI di tempat yang sama, beberapa bulan lalu.

Salah satu poin, seperti disebut Jahar, memberikan kelonggaran bagi masyarakat Sarawak yang ingin melintas border demi menyaksikan FWI di Sambas. “Kita akan memberi kelonggaran bagi masyarakat Sarawak untuk melintasi border Biawak tanpa passport. Tapi minimal membawa identitas card lainlah,” kata Suwadi, Perwakilan Pengarah Jabatan Imigresen Malaysia Negeri Sawarak.

Gayung disambut Pelaksana Fungsi Imigrasi KJRI Kuching, Edwan Febiarman. Indonesia pun akan memberikan kelonggaran bagi masyarakat Sarawak untuk melintasi border Sajingan.

“Kalau tidak ada kartu pas lintas batas untuk masyarakat di sekitar perbatasan atau passport untuk masyarakat Sarawak, ya minimal bawa dokumen identitas lain (KTP),” tutur Edwan. Walhasil, setiap warga Sarawak nantinya akan diberikan tanda pengenal khusus.

Liaison Officer (LO) Polri di Kuching, Komisaris Polisi Taufik Noor Isya menambahkan, pihaknya dan petugas di perbatasan Aruk akan memberi keleluasaan bagi mobil dan motor gede (Moge) untuk melintasi border Aruk tanpa harus membayar atau membawa dokumen apapun. Begitu juga dalam jaminan pengawasan dan pengamanan kendaraan.

“Seperti ini sudah kami lakukan di Border Entikong waktu FWI lalu. Yang penting dia ada surat yang membuktikan bahwa kendaraan yang dibawa warga Sarawak itu benar miliknya dan jangan melibihi batas waktu dan keluar dari wilayah yang ditentukan. Kalau melebihi itu, kami tidak tanggung jawab,” tegas Taufik.

Nantinya, panitia akan memberikan tanda pas masuk yang didalamnya ada masa berlaku dan batas wilayah. Cuma boleh melintas Indonesia sampai Sajingan.

“Jadi jangan sampai 200 motor masuk, keluar kurang dari itu. Hal ini yang dikhawatirkan jika diberi kebebasan tanpa batas,” tukasnya.

Sepeda motor cc kecil diberi fasilitas parking zone di area perbatasan sepanjang 900 meter. Parkiran itu akan selalu dimonitor petugas yang telah ditugaskan. 

Khusus bagi masyarakat Sarawak tak membawa kendaraan sendiri, dan memang jarak dari border ke border cukup jauh, panitia menyediakan dua bus gratis untuk mengakomodir warga tersebut.

Koordinasi seperti ini sebelumnya juga telah dilaksanakan dengan Pemerintah Kabupaten Sambas. Wakil Bupati Sambas, Hairiah, menyambut baik penyelenggaraan FWI di wilayah perbatasan yang dipimpinnya tersebut.

Saat ini, kata dia, pemerintah kabupaten bersama DPRD sedang merancang Rencana Jangka Panjang Menengah (RPJM) dengan menggodok potensi pariwisata yang ada di Sambas. Karena dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Sambas salah satu wilayah yang dinobatkan sebagai kawasan strategis pariwisata nasional.

“Kami targetkan Kabupaten Sambas menjadi salah satu destinasi wisata nasional,” terang Hairiah. (*)