-ads-
Home Nasional Peringati Hari Berkabung Daerah di Makam Juang Mandor

Peringati Hari Berkabung Daerah di Makam Juang Mandor

Mengenang Hilangnya Satu Generasi Kalbar

CUNGKUP 10. Wagub Christiandy Sanjaya didampingi Forkopimda Kalbar melakukan tabur bunga di Cungkup 10, tempat dikuburkannya para raja dan tokoh Kalimantan Barat, di Makam Juang Mandor, Landak, Selasa (28/6). ISFIANSYAH

eQuator.co.id – Pemerintah Provinsi Kalbar memperingati Hari Berkabung Daerah yang dilaksanakan setiap 28 Juni untuk mengenang para korban pembunuhan massal masa penjajahan Jepang. Apa saja yang dilakukan untuk memperingatinya?

Syarief Slamet Yusuf Alkadrie, anak dari salah seorang korban keganasan Jepang, turut hadir memperingati Hari Berkabung Daerah di Makam Juang Mandor, Landak, Selasa (28/6). Orangtuanya dibantai penjajah Indonesia selama 3,5 tahun itu pada 28 Rokutgatsu 2604 atau 28 Juni 1944.

“Kami anak korban agresi,” tuturnya kepada wartawan. Lanjut Slamet, saat itu sekitar 60 orang dari Kesultanan Pontianak yang menjadi korban.

-ads-

Ia berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi Kalbar. “Yang saat itu Gubernurnya Pak Kadarusno (periode 1972-1977). Yang telah membangun lokasi makam juang mandor. Tentunya ini untuk mengingatkan bahwa kita kehilangan satu generasi,” ujar Slamet.

Ahli waris korban lainnya, Juliana Layan menyatakan, dua keluarga dari orangtuanya yang menjadi korban dan dimakamkan di Makam Juang Mandor. “Ketika diambil (diculik Jepang,red) waktu itu, dibawa dengan muka ditutup. Jadi dia tidak tahu mau dibawa kemana. Ternyata dikumpulkan lalu dibunuh,” cerita Juliana.

Ia mengakui, selama ini belum ada mendapat perhatian khusus dari pemerintah. “Tapi kami selalu berdoa semoga kami dari anak cucunya, diberkati Tuhan, dan dia juga mendapat tempat yang indah di sisi Tuhan,” harapnya.
Ia juga berharap, semoga dengan pengorbanan keluarganya ini, pemerintah Indonesia semakin jaya. “Kita bersyukur di jaman sekarang sudah menikmati hasil perjuangan itu. Dan ini benar-benar sejarah bangsa kita, semoga tetap hidup rukun dan damai,” harap Juliana.

Berdasarkan data surat kabar Jepang yang terbit di Pontianak, Borneo Shinbun, edisi Sabtu, 1 Sigatsu 2604 atau tanggal 1 Juli 1944, menyebut korban jiwa pembunuhan massal itu berjumlah 21.037 orang yang dikuburkan di sepuluh makam di Mandor.

Wakil Gubernur (Wagub) Kalbar, Christiandy Sanjaya menyatakan, berdasarkan Perda nomor 5 tahun 2007 tentang peristiwa Mandor, setiap 28 juni ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar. “Wajib dilaksanakan setiap tahun dengan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk merenungi dan memaknai kejuangan nasional tersebut,” tuturnya.

Momentum ini diperingati Pemerintah Provinsi Kalbar dengan menggelar upacara dan ziarah serta tabur bunga di Makam Juang Mandor. Christiandy lah yang memimpin upacara peringatannya kemarin.

Usai upacara, peletakan karangan bunga di Monumen Makam Juang Mandor pun dilakukan. Wagub bersama forum komunikasi pimpinan daerah (Forkompimda) Kalbar beserta keluarga korban mengunjungi satu persatu makam massal yang terletak di atas bukit tersebut disertai tabur bunga serta doa bersama.

Christiandy menyatakan, yang dikubur dalam makam-makam itu merupakan tokoh-tokoh sentral Indonesia dan khususnya Kalbar. “Memperingati hari berkabung ini, mari kita ajak semua melihat dan mengamalkan, serta menerapkan nilai dari apa dilakukan para pejuang ini,” pintanya.

Terkait hal tersebut, ia menginginkan generasi penerus untuk bergotong-royong membangun Kalbar. Meski berbeda latar belakang agama maupun sukunya.

Di Pontianak, upacara Hari Berkabung Daerah mengenang tragedi Mandor juga dipimpin orang nomor dua di pemerintahan setempat. Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, mengajak masyarakat memupuk rasa nasionalisme menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Juga menjunjung tinggi semangat kepahlawanan dalam melaksanakan dan mesukseskan pembangunan Kota Pontianak.

“Dengan tidak memandang perbedaan suku, agama, ras dan golongan, sehingga nantinya masyarakat Kota Pontianak dapat menjadi masyarakat yang unggul dan maju dalam segala aspek,” tuturnya, saat menjadi instruktur upacara di halaman Kantor Wali Kota Pontianak.

Pada peristiwa Mandor, banyak korban yang gugur dibantai penjajah Jepang. Korbannya dari berbagai kalangan yang bepengaruh, mulai dari cendikiawan, raja, sultan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

“Oleh karena itu, sudah sepatutnya nilai-nilai persatuan dalam perjuangan dari para pahlawan tersebut dapat kita teladani dengan cara bersama-sama membangun Kota Pontianak,” imbaunya. (*)

Isfiansyah, Antonius (Mandor), dan Gusnadi (Pontianak)

Exit mobile version