eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Bagai dua sisi mata uang. Internet tidak hanya memberikan kemudahan. Kecanggihan teknologi informasi juga berdampak negative. Tak terkecuali penyebarluasan kekerasan terhadap perempuan.
Tuti Suprihartini dari YLBH PIK mengatakan, tidak sedikit perempuan yang mengalami kekerasan di dunia maya akibat kemajuan teknologi internet. “Ada pelaku yang menyebarkan gambar atau video di medsos dengan tujuan menyakiti perempuan. Seperti Facebook sebagai sarana bagi pelaku untuk melakukan kejahatan terhadap perempuan,” kata Tuti saat menghadiri kegiatan Seminar Internet Aman untuk Permpuan yang digelar Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK), Minggu (31/3).
Diaa mengatakan, biasanya pelaku menggunakan akun palsu untuk menggaet korban, khususnya pria menggaet wanita, sehingga terjebak dalam asmara palsu.
Namun diakui Tuti, sebetulnya untuk korban permpuan di medsos tidaklah sedikit, hanya saja memang korban enggan melapor kepada pihak berwajib. “Sebagai organisasi yang melakukan pendampingan terhadap perempuan, dalam kasus kekerasan perempuan di medsos tentu berdampak dari harkat dan martabat korban manusia direndahkan, kemudian korban mengalami tekanan psikologis, dari pelaku menggunakan media internet,” ungkapnya
Mewakili SAFEnet Indonesia Kalbar, sekaligus sebagai Ketua JPK Kalbar, Aseanty Pahlevi menyebutkan, dari data SAFENet, Data Kasus UU ITE ada 260 kasus dari tahun 2008-2018, bahkan jumlah ini terus meningkat.
Kekerasan berbasis gender online (KBGO) sepanjang tahun 2017 ada 8 bentuk yang dilaporkan kepada Komnas Perempuan. “Yaitu pendekatan untuk memperdaya (cyber grooming), pelecehan daring, peretasan, konten ilegal, pelanggaran privasi , ancaman distribusi foto/video pribadi , pencemaran nama baik dan rekrutmen daring,” paparnya
Sementara Ketua Hoax Crisis Centre (HCC) Kalbar, Reinargo Sinaga memaparkan, tips yang paling gampang yang perlu dilakukan saat menggunakan medsos. “Pertama adalah membaca, jangan gampang ngeklik, jangan gampang ngeshare. Tanpa baca, akhirnya malware atau spy masuk dalam akun kita,” katanya.
Sebab kata Reinardo, di medsos khususnya Facebook kerap ada postingan atau share mengenai gambar-gambar porno. “Kemudian ada di massanger Facebook, ada yang minta duit padahal akun ini kita kenal, dan ini juga dikarenakan kita tidak menjaga privasi. Namun, poin pentingnya adalah menjaga password medsos kita,” imbuhnya.
Sedangkan Youth and Community dari Telkomsel, Aditia Vivaldi mengatakan, sebagai salah satu provider terbesat di Indonesia, mengenai medsos, pihaknya terus melakukan literasi yang lebih mengarah pada informasi yang diperoleh melalui sosial media. “Namun literasi ini adalah informasi yang terpecaya. Contohnya literasi di publish di sosial media, missal melalui WA, ada info yang tidak benar di share, kita membantu untuk meliterasi masyarakat, dengan mengajak masyarakat untuk membaca terlebih dahulu,” pungkasnya.
Laporan: Nova Sari
Editor: Yuni Kurniyanto