eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Langkah pemerintah dan Bank Indonesia yang menaikan angka Loan to Value (LTV) menjadi 100 persen untuk sektor properti diapresiasi. Dengan demikian untuk uang muka kredit perumahan rakyat (KPR) bisa menjadi nol persen.
“Saya sangat setuju dan mengapresiasi langkah pemerintah untuk DP nol persen ini. Karena memang sektor properti nonsubsidi sekarang lesu,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) Kalbar Junaidi Abdillah belum lama ini
Kendati begitu, penjualan rumah subsidi masih belum sesuai harapan. Kenaikan jumlah KPR tidak signifikan. Sebab masih banyak perbankan sulit meloloskan kredit dengan uang muka minimum.
“Terlebih KPR tanpa uang muka, inginnya DP nol persen, namun perbankan di lapangan sepertinya belum mendukung,” tuturnya.
Menurutnya, untuk menembuskan KPR sangat sulit. Syaratnya banyak. “Mungkin perbankan menganggap jika tanpa DP maka pembeli cenderung kurang tanggung jawab. Disamping khawatir, kreditnya tersendat,” paparnya.
Sebenarnya kata dia, potensi kredit macet yang ditakutkan perbankan dari DP nol persen tidak benar. Pasalnya, dalam transaksi jual beli rumah, konsumen harus mengeluarkan biaya besar, di luar KPR itu sendiri. Misalnya untuk bea balik nama, BPHTB pajak lainnya dan administrasi perbankan yang cukup besar. “Sebenarnya konsumen mampu membayar cicilan. Terlebih kita melihat untuk pajak dan lainnya saja sanggup,” ucapnya.
Saat ini penjualan rumah komersial sangat lesu. Bahkan sangat anjlok. Tidak sedikit developer menghentikan sementara proyek pembangunan rumah komersial. “Sebab anggaran yang dikeluarkan cukup besar utamanya untuk biaya pemeliharaan rumah yang sudah dibangun,” jelasnya.
Dia menilai, lesunya pemasaran rumah komersial lantaran ekonomi yang belum bergairah. Karena berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat. “Kalau ekonomi sudah stabil dan membaik, tentu daya beli akan baik pula,” tukasnya.
Makanya saat ini, sebagian besar pengembang beralih membangun rumah bersubsidi. Lantaran penjualannya masih bagus.
Laporan: Nova Sari
Editor: Arman Hairiadi