eQuator.co.id – Demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan klasik di Indonesia. Beragam upaya sudah dilakukan, namun masih saja ada kasus akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berhasil mengembangkan teknologi radiasi nuklir untuk menekan demam berdarah.
Peneliti radiasi nuklir Batan Ali Rahayu menjelaskan riset radiasi nuklir untuk nyamuk Aedes aegypti termasuk proyek teknik serangga mandul (TSM). ’’Sesuai dengan namanya, dengan teknologi radiasi kita buat nyamuk Aedes aegypti jantan menjadi mandul,’’ katanya di kantor Batan, Lebak Bulus, Jakarta Selatan kemarin (7/11).
Ali menjelasan dengan radiasi itu, dilakukan rekayasa sel DNA-nya. Sehingga nyamuk jantan menjadi cacat reproduksi alias mandul. Setelah berhasil dimandulkan, nyamuk jantan itu dilepas di rumah-rumah. Kemudian nyamuk jantan ini akan menjadi rebutan nyamuk betina yang menjadi vector atau perantara virus demam berdarah Dengue.
’’Nyamuk jantan ini menjadi semacam playboy,’’ katanya lantas tertawa. Setelah terjadi pembuahan, telur hasil perkawinan nyamuk jantan mandul dengan betina normal bersifat kopong dan tidak bisa menetas. Sehingga dalam beberawa katu, populasi nyamuk hilang secara alami.
Secara alamiah nyamuk Aedes aegypti jantan akan segera mati setelah kawin. Sementara nyamuk betina setelah bertelur baru kemudian mati. Karena telur yang dihasilkan tadi kopong alias tidak bisa menetas, maka populasi nyamuk akan berkurang sampai habis.
Menurut Ali teknologi radiasi nuklir sudah lama dikuasai Batan. Namun kunci dalam pengendalian demam berdarah ini adalah, keberhasilan mereka budidaya nyamuk. Dalam sehari Batan bisa membudidayakan seratus ribu lebih nyamuk Aedes aegypti baru. Di Indonesia saat ini, belum banyak lembaga yang bisa membudidaya nyamuk Aedes aegypti. Selain di Batan, ada juga di Bogor dan Salatiga.
Ali mengatakan 26 Oktober lalu membawa satu koper berisi 1.000 tabung rumah nyamuk jantan mandul ke Tebing Tinggi. Kemudian nyamuk itu disebar ke rumah-rumah penduduk. Dia menuturkan selama perjalanan dari Jakarta ke Tebing Tinggi, nyamuk-nyamuk itu tidak mengalami masalah.
Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan banyak tantangan pengembangan teknologi pemandulan nyamuk Aedes aegypti itu. Diantaranya adalah, apakah nantinya user atau pengguna selalu bergantung pada nyamuk yang dibudidaya Batan.
’’Kita ingin kembangkan alat radiasi portable atau mobile,’’ tuturnya. Sehingga ketika alat itu dipancarkan, nyamuk jantan yang ada di dalam radius menjadi mandul. Dia menjamin alat tersebut aman buat manusia. Efek mandul akibat radiasi, hanya untuk nyamuk saja.
Ide gila lain yang disebutkan Djarot adalah menjual secara umum nyamuk-nyamuk jantan mandul di toko umum. Kemudian masyarakat dengan mandiri bisa menyebar nyamuk itu di rumah masing-masing. (wan)