Di setiap perlombaan dia selalu berusaha tetap tenang. Pikirannya dipusatkan pada satu titik yang merupakan sasaran tembak.
***
LINDA Kurniati masih ingat kali pertama menembak pada pendidikan bintara TNI AD sekitar sepuluh tahun silam. Peluru pertamanya jauh dari sasaran dan menyentuh tanah. Kesal tentu saja. Tapi itu justru membuat dia semakin penasaran. Jemari dan tangannya pun kian merasa familier dengan senjata yang digunakan.
Sejak awal mengikuti masa pendidikan tersebut, dia sudah penasaran dengan dunia tembak. Berbekal rajin berlatih, kemampuan menembaknya semakin terasah. Dia pun rutin mengikuti berbagai ajang perlombaan menembak. Hasilnya pun memuaskan.
Seperti dalam perlombaan yang baru-baru saja diikuti, 18 Agustus lalu. Dia berhasil membawa pulang medali perak pada match I dan emas pada match III, di ajang Lomba Tembak Piala Kasad, Cilodong, Depok, Jawa Barat. Dia menggunakan pistol G2 Combat.
Pistol G2 Combat merupakan senjata keluaran PT Pindad, yang banyak digunakan anggota TNI maupun Polri. Berat senjata genggam semi otomatis ini hampir mencapai 1 kg. Kapasitas peluru yang tersimpan di magazine mencapai 15. Peluru yang digunakan berkaliber 9 mm. Dengan jarak efektif mencapai 25 meter.
Semasa uji coba lapangan, dia hampir batal mengikuti perlombaan bahkan dinyatakan diskualifikasi, karena dianggap telah mengikuti laga internasional. Padahal ajang bertaraf dunia belum pernah diikutinya. Tak terbukti, Linda kembali mengikuti pertandingan dan begitu yakin dengan dirinya sendiri.
“Sudah punya target dari awal, meski saat itu sempat cuti lebaran dan terlambat ikut latihan, Alhamdulillah bisa bawa hasil bagus. Cukup berat (pistol) memang tapi harus dibiasakan,” tutur ibu dua anak ini.
Sebelum bertanding dalam ajang itu, dia punya cerita tersebut. Linda yang telah menikah dan memiliki anak ini sebenarnya lebih ingin menghabiskan waktu untuk keluarga. Dia sempat menolak ikut serta dalam kejuaraan itu. Tapi rekan dan juniornya terus membujuk agar dia berpartisipasi. Hati Linda pun akhirnya luluh.
Setelah lulus seleksi, dia dikirim bersama dua orang anggota Kowad lainnya. Perlombaan kali itu menjadi terakhir yang diikuti, sesuai ketentuan bahwa prajurit maksimal dibatasi mengikuti dua kali pertandingan besar.
Mengumpulkan lebih dari enam medali sepanjang kariernya di TNI, Linda belum merasa cukup. Meski begitu, dia sangat mendukung para juniornya untuk meneruskan generasi penembak Kowad.
Cukup andal dalam dunia tembak, Linda mengungkapkan bahwa menjadi seorang penembak mestilah memiliki konsentrasi tinggi. Tarikan napas haruslah lembut, selayaknya ketika dia melepas anak peluru. Tidak boleh dalam keadaan emosi ataupun dalam kondisi tertekan. Rileks. “Terpenting itu doa, yakin dan lakukan yang terbaik,” timpal perempuan yang sempat berkeinginan menjadi anggota Polwan mengikuti jejak sang ayah yang merupakan anggota Polri di Kota Pontianak. (*)