Penanganan Terlambat, Sang Abang Wafat

DBD Serang Dua Bocah Bersaudara di Desa Munggu

AKIBAT DBD. Anugrah Ananda Putra meninggal dunia di RSUD Landak setelah terserang DBD, Minggu (18/2). Warga for RK

eQuator.co.idNGABANG-RK. Demam Berdarah Dengue (DBD) menyerang dua anak bersaudara di Desa Munggu Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Malangnya, sang kakak akhirnya wafat saat dibawa ke rumah sakit.

Korban bernama Anugrah Ananda Putra. Anak 12 tahun itu meninggal dunia Minggu (18/2) sekitar pukul 14.15 WIB di RSUD Landak. Bocah malang tersebut menghembuskan nafas terakhir setelah mengidap penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti lebih kurang empat hari. Sedangkan adik korban yang juga divonis positif DBD adalah Nouval. Bocah 11 tahun itu masih mendapatkan perawatan intensif pihak rumah sakit.”Sekarang masih dirawat inap di RSUD Landak,” ujar salah seorang keluarga Ananda, Toni Akbar, Senin (19/2).

Kasus DBD ini tentu harus mendapat perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah. Di antaranyam selalu menjaga lingkungan masing-masing agar tetap bersih dan sehat.

“Kita juga meminta supaya Dinas Kesehatan Landak melakukan fogging di Desa Munggu. Sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi di Desa Munggu,” pinta Toni.

Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Landak, Sri Wahyuni, mengakui sudah mendapat kabar berkaitan wafatnya seorang anak akibat DBD di Desa Munggu. Dinkes Landak mengintruksikan Puskesmas Ngabang untuk melakukan Penyelidikan Epidemologi (PE) ke Dusun Munggu Desa Munggu Kecamatan Ngabang. “Hari ini (kemarin, red) petugas Puskesmas melakukan PE di daerah yang dimaksud,” ujarnya.

PE dilakukan untuk melihat kondisi di daerah yang dimaksud. Apakah masih ada masyarakat di sekitar rumah pasien yang mempunyai gejala sama dengan penderita. “Kita juga mengupayakan akan melakukan fogging focus di daerah tersebut,” ujar perempuan yang akrab disapa Yuni ini.

Selain PE, juga dilakukan penyuluhan, abatenisasi dan anjuran Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN dapat mengurangi risiko terjadinya kasus DBD. “Tapi kadang-kadang masyarakat selalu lupa untuk melakukan PSN tersebut,” ungkapnya.

Dinkes Landak memang mendapat informasi jika korban meninggal sudah empat hari sakit. Namun korban berobat ditempat yang bukan pelayanan kesehatan. Padahal di Desa Munggu juga ada Pustu. Sehingga tidak terekam oleh Dinkes Landak dan Puskesmas Ngabang. “Tau-taunya sudah dibawa ke rumah sakit dan korban meninggal dalam perjalanan. Sampai ke UGD RSUD Landak, korban sudah meninggal dunia,” jelasnya.

Ia menilai, penanganan terhadap korban memang sudah terlambat, sehingga penyakitnya semakin parah. Pembuluh darahnya pecah atau mungkin trombositnya sudah drop.

“Adik korban juga masuk ruang ICU RSUD Landak. Rencananya pihak keluarga meminta supaya korban dirujuk ke rumah sakit di Pontianak,” ungkap Yuni.

Kepala Desa (Kades) Munggu Kecamatan Ngabang, Mulyadi membenarkan jika ada warganya yang meninggal dunia akibat terkena DBD. Sedangkan korban satunya lagi masih berada di RSUD Landak.

“Mereka ini memang dua beradik. Abangnya meninggal dunia. Sedangkan adiknya dirawat di RSUD Landak. Kemungkinan adiknya ini akan di rujuk ke rumah sakit di Pontianak,” ujar Mulyadi.

Pihak desa kata dia, sudah melaporkan kasus DBD ini ke Dinkes Landak.

“Kita juga meminta supaya instansi bersangkutan untuk melakukan fogging di desa kami, sehingga tidak ada lagi korban DBD yang lainnya di desa kami,” pintanya.

Mulyadi berharap warganaya tenang menghadapi kasus DBD yang sedang menimpa desa tersebut.

“Mari kita sama-sama melakukan penanggulangan DBD ini dengan menjaga lingkungan sekitar. Tetap tingkatkan semangat gotong-royong membersihkan lingkungan,” imbuh Mulyadi.

 

Laporan: Antonius

Editor: Arman Hairiadi