Pembom Layak Dihukum Mati

ilustrasi : internet

eQuator.co.id – Samarinda-RK. Minggu pagi yang damai mulanya dirasakan Tetty Siahaan. Bersama keluarga, dia beribadah di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda. Semua berubah karena tiga ledakan di halaman parkir tempat ibadah itu.

Anita Kristobel Sihotang, putri kecil Tetty, menjadi korban. Saat itu, cerita Tetty, putrinya berlari duluan ke luar gereja. Anita hendak bermain bersama teman sebaya.

“Saya tidak khawatir. Lingkungan gereja itu aman karena sudah 36 tahun saya beribadah di situ,” jelasnya kepada Kaltim Post, Ahad (13/11), ketika ditemui di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda. Anita menderita luka bakar sekitar 17 persen, tepatnya di lengan kanan juga kaki. Punggung Anita ikut terluka.

Di unit gawat darurat, tangis anak berusia 2 tahun itu pecah di pangkuan ibunya. Tim medis membalut tubuhnya dengan perban. Tetty berusaha menghibur demi meredakan tangis sang anak.

Selain Anita, tiga korban lain semuanya anak-anak. Mereka adalah Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), Triniti Hutahaya (3), dan Intan Olivia (2,5). Intan telah menghembuskan nafas terakhirnya.

Kepala Bidang Dokkes Polda Kaltim drg Triawan Marsudi menjelaskan, semua korban mengalami luka bakar. Seorang anak mengalami luka bakar hingga 70 persen. Dikatakan, berdasarkan keterangan saksi pada saat kejadian, beberapa anak memang sedang bermain di teras gereja selepas ibadah. Hal itulah menjadi penyebab aksi teror tersebut melukai anak-anak.

Triawan menjelaskan, luka bakar yang dialami anak-anak cukup dalam. Perlu waktu tak sedikit untuk pemulihan. Namun, dia bersyukur luka bakar ini tak mengganggu organ vital mereka.

“Kami masih terus memantau perkembangan kondisi korban,” kata dia.

Memang, di lokasi kejadian, banyak serpihan pasir. Diduga, teknik ini dipakai agar efek panas dari bom lebih lama. Jika terkena kulit, pasir itu membuat luka yang lebih dalam dan besar.

Sementara itu, dr Andri Ariasta Wicaksono yang bertugas sebagai dokter jaga UGD RSUD Inche Abdoel Moeis, mengatakan bahwa luka bakar yang diderita paling banyak di wajah, tangan, kaki, dan badan. Andri menjelaskan, luka bakar menyebabkan pasien kekurangan cairan. Menurutnya, cairan alami tubuh otomatis menguap bersamaan dengan kulit yang mengelupas.

Dua pasien dinyatakan dalam kondisi stabil. Namun, tetap dirawat untuk memulihkan luka dan mencegah risiko infeksi.

Berdasarkan kedalaman dan jenis luka, Andri mengatakan, sebagian korban mengalami luka bakar stadium dua atau biasa disebut partial thickness. Pada kondisi luka ini, lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis hilang. Luka superficial terjadi dengan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister, atau lubang yang dangkal.

“Alvaro dan Anita dirawat inap di rumah sakit ini. Sedangkan Triniti dan Intan kami rujuk ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda,” jelas Andri. Triniti dan Intan dirujuk karena kondisi mereka cukup parah.

Intan, sebut Andri, menderita luka bakar di sekujur tubuh. Luka bakar yang masuk stadium IV atau full thickness, yakni destruksi atau kerusakan luas. Saat pemindahan, mereka harus mengenakan alat bantu pernapasan.

Jatuhnya korban anak-anak ini membuat Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda, Sri Lestari Nusyirwan, geram luar biasa. Dia pun meminta pelaku dihukum maksimal.

“Hukuman mati pantas untuk pelaku atas ulahnya yang menimpa anak-anak yang tidak mengerti apapun,” ucap Sri saat mengunjungi seorang korban bersama suaminya, Wakil Wali Kota Nusyirwan Ismail, di RSUD AW Sjahranie, Ahad (13/11) malam. Untuk diketahui, Intan Olivia, salah seorang korban yang berusia 2 tahun 6 bulan, meninggal dunia, 03.45 dini hari kemarin.

Sementara itu, Nusyirwan Ismail bersyukur lantaran para pasien mendapat perawatan optimal. “Mari kita doakan anak-anak yang menjadi korban agar nyawanya bisa terselamatkan dan melewati masa kritisnya,” ucap pria yang juga ketua PMI Kaltim itu.

Kehadiran mereka ke sana juga untuk memberikan dorongan moril kepada keluarga korban. “Apalagi ibu dari Intan dalam keadaan mengandung. Semoga bisa kuat menerima keadaan ini,” imbuh Nusyirwan. Dia menggaransi, pengobatan para korban akan ditanggung pemerintah.

Tidak hanya ke RSUD AW Sjahranie, mereka lanjut mengunjungi dua korban lain yang masih dalam penanganan RSUD IA Moeis, Alvaro (4) dan Anita (2). “Kondisinya membaik dan Alvaro luka bakar kena di muka sebelah kanan, sedangkan Anita kena di tangan,” beber Nusyirwan. (*/Kaltim Post/JPG)