Pekan Gawai Dayak ke-31 Dihadiri Tamu Luar Negeri

Irenius: Tak Boleh Sampai Mabuk dan Jual Arak

Panitia Pekan Gawai Dayak ke-31 menjelaskan rencana pelaksanaan agenda tahunan pelestarikan adat budaya Dayak di rumah Betang, Jumat (22/4) sore. Pemaparan dilakukan Ketua Panitia Irenius Kadem (berkaca mata) dan Ketua Sekber Kesda Kalbar Yoseph Odilo Oendoen di sebelah kanannya. OCSYA ADE CP

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Tak sampai sebulan lagi, Pekan Gawai Dayak ke-31 digelar di rumah Radakng, Pontianak. Start 20 Mei berakhir 27 Mei, karnaval pelestarian adat dan budaya ini diyakini lebih meriah. Banyak agenda baru, mulai dari penambahan lomba, dihadiri tamu mancanegara, serta dilarang mabuk-mabukan.

“Sudah kami konfirmasi kepastiannya, sekitar 200 masyarakat dayak dari Kinibalu, Malaysia, dan Brunei, akan ikut. Ini tamu istimewa kita, termasuk masyarakat Dayak dari Kalimantan lain dan Jakarta juga akan hadir. Untuk pemerintah pusat, kita tengah menunggu konfirmasi (kehadiran,red),” ungkap Irenius Kadem, Ketua Panitia Pekan Gawai Dayak ke-31, di rumah Betang Pontianak, Jumat (22/4) sore.

Panitia pun terlihat berupaya mengemas gawai dengan nuansa Dayak Kanayatn ini berlevel internasional, bertemakan “Masyarakat Adat Dayak Kalbar Siap Mensukseskan MEA dalam Hal Kebudayaan”. Dan, seperti tahun sebelumnya, pembukaan gawai bakal meriah. Ada display budaya, upacara adat, pameran kerajinan rakyat, hingga wisata kuliner. Pun panitia telah seia sekata untuk mengubah stigma masyarakat luas bahwa Gawai Dayak itu identik dengan mabuk-mabukan.

“Tahun ini disepakati tidak boleh ada yang sampai mabuk dan tidak boleh ada yang jual arak,” tegas Iren.

Pelestarian budaya identik dengan permainan rakyat. Skill menyumpit yang telah jadi ciri khas masyarakat Dayak pasti jadi salah satu yang dilombakan. Juga pangka gasing.

Kemudian, ada pementasan seni. Mulai dari tarian Dayak dan tari kreasinya, sastra lisan, peragaan busana Dayak, lomba bujang dan dara gawai, melukis perisai, memahat, mematung, dan seni lukis tato.

“Yang berbeda dengan tahun sebelumnya itu, ada perlombaan yang baru, yakni lomba menangkap babi. Memang sempat menjadi pembicaraan panitia, tapi sudah disepakati,” jelasnya.

Gawai ini disusun dengan aturan yang harus ditaati pengunjung maupun penyelenggara. Akan diberlakukan hukum adat bagi pelanggar aturan.

“Siapapun dia, apalagi panitia. Bahkan, kalau panitia melanggar hukum adatnya bisa sampai dua kali lipat, yakni hukum Nahkoda Macah Timba. Artinya apa, mereka yang melaksanakan kok buat rusuh,” ujar Iren.

Perencanaan gawai tentunya, lanjut dia, atas kesepakatan rapat Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (Sekber Kesda) Kalbar. Panitia penyelenggara gawai inipun sudah disahkan dengan Surat Keputusan Nomor 01-Sekber Kesda-SK/II/2016.

“Semua telah kita sepakati. Termasuk waktu dan tempat. Kenapa 20 Mei, karena itu bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Dengan harapan, juga kebangkitan kebudayaan,” paparnya.

Soal anggaran penyelenggaraan, Iren menjelaskan, menggunakan uang kas. Juga dibantu dana dari Pemprov Kalbar dan Pemkot Pontianak, dan sejumlah sponsor.

“Meski kecil, tetap diapresiasi. Kita juga perlu kerja sama dengan rekan media untuk mensukseskan kegiatan ini. Karena panitia mempunyai keterbatasan informasi,” imbuh dia.

Ia juga memastikan gawai ini menjaga toleransi antarumat beragama. Seperti diketahui, pembukaan pada 20 Mei nanti bertepatan dengan Hari Jumat.

“Kami masyarakat Dayak juga ada yang muslim. Kami sangat toleransi akan hal itu dan menghormati saudara-saudara kita. Sehingga diputuskan pembukaan Pekan Gawai Dayak ini dilaksanakan setelah Salat Jumat,” terang Iren.

Ketua Sekber Kesda Kalbar, Yoseph Odilo Oendoen menambahkan, Pekan Gawai Dayak yang pertama dilaksanakan pada tahun 1986. Kala itu, hanya ada sembilan sanggar kesenian di bawah naungan pihaknya. Pada 2016 ini sudah mencapai 54 sanggar.

“Mulai dari sanggar seni pertunjukan, seni tari, musik, teater, sastra, dan seni rupa. Jadi hampir semua cabang seni sudah ada,” jelasnya.

Dengan gawai ini, Oendoen berharap muncul kreatifitas dan inovasi serta produktivitas dari pelaku-pelaku seni ini. Tujuannya agar bisa memberikan warna dan hiburan pada masyarakat umum maupun turis mancanegara.

Laporan: Ocsya Ade CP

Editor: Mohamad iQbaL