eQuator.co.id – PONTIANAK-SEKADAU-PUTUSSIBAU-RK. Pemilu Serentak Pilpres dan Pileg, 17 April lalu dinilai paling rumit. Bahkan melelahkan para penyelenggara pemilu. Lembur hingga subuh, Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) ada yang meninggal dunia dan sakit.
Demi menjalankan tugas. Menghitung lima jenis surat suara yakni Pilpres, DPD, DPR-RI, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Pasca 17 April, tersiar banyak kabar. Soal penyelenggara tingkat bawah. Ada yang meninggal dunia. Akibat kelelahan. Mereka yang gugur dianggap sebagai pejuang pemilu. Tagar#pejuangpemilu di jagat maya Twiter, sempat menjadi trending topic.
Di Kalbar, setidaknya ada tiga petugas pemilu yang meninggal dunia. Diduga mereka gugur karena kelelahan. Saat menjalankan tugas.
Satu petugas yang gugur adalah petugas Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Seberuang, Kabupaten Sekadau. Almarhum bernama Syafei.
Sementara dua orang lainnya yang gugur adalah petugas KPPS di Kabupaten Kapuas Hulu. Masing-masing mereka bernama Lubertus Ferdisinata dan Bonipasius Nenggang. “Untuk penyelenggara pemilu ada tiga orang (meninggal dunia,red). Data ini dihimpun oleh KPU Provinsi Kalbar,” kata Ketua KPU Kalbar, Ramdan, Senin (22/4) disela-sela konferensi pers penambahan dua TPS yang akan dilakukan PSU tanggal 25 Mei mendatang.
Selain tiga orang penyelenggara pemilu yang meninggal dunia, terdapat satu petugas KPPS di Kabupaten Sintang mengalami sakit. Akibat terjatuh. Ketika hendak mengantarkan logistik pemilu dari TPS ke Panitia Pemungutan Suara (PPS). “Yang bersangkutan sudah kami mintakan datanya, untuk dilaporkan ke KPU RI,” imbuh Ramdan.
Atas musibah itu, Ramdan mewakili jajaran KPU Kalbar, menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Baginya, petugas pemilu yang gugur merupakan orang-orang yang berdedikasi tinggi. “Ini merupakan pengorbanan yang luar biasa bagi bangsa dan negara,” tuturnya.
Sesuai arahan KPU RI, maka kata Ramdan, seluruh data petugas pemilu yang meninggal dunia maupun yang sakit, sudah dilaporkan ke KPU RI. “Nanti dari KPU RI akan menindaklanjuti. Kami (KPU Kalbar, red) berharap, keluarga korban bisa mendapatkan santunan,” katanya.
Syafei, 47, petugas KPPS di TPS 03, Dusun Sidap, Desa Setawar, Kecamatan Sekadau Hulu yang meninggal dunia, Selasa malam (16/4). Diduga Syafei meninggal dunia karena sakit jantung dan kelelahan. “Beliau meninggal sekitar pukul 23.00 WIB,” ujar Ketua KPU Sekadau, Drianus Saban, Senin (22/4).
Menurut Saban, sebelum meninggal, korban sempat membantu mempersiapkan pelaksanaan pemilu di TPS tempatnya bertugas. Malam harinya, pria kelahiran Sidap, 11 Februari 1972 itu langsung pulang untuk istirahat. Ketika berbaring di kamar sekitar pukul 23.00 WIB, almarhum meninggal dunia. “Kita sudah laporkan hal ini ke KPU RI. Siapa tahu ada santunan yang diberikan,” ujar Saban.
Komisioner KPU Sekadau, Gita Rantau juga membenarkan hal tersebut. Gita mengatakan, Syafei meninggal dunia setelah menjaga logistik Pemilu 2019. “Setelah distribusi (logistik, red) dari PPS ke TPS, almarhum pulang ke rumahnya, berbaring setelah itu meninggal sekitar pukul 23.00 WIB, Selasa (16/4). Setelah bergilir menjaga kotak suara di rumah Ketua TPS 03,” ujar Gita.
Gita mengatakan, KPU Provinsi Kalbar sudah meminta data almarhum kepada pihaknya. “Kemungkinan ada santunan dari KPU. Kami masih menunggu instruksi dari provinsi,” tambahnya.
Gita menambahkan, setelah almarhum meninggal memang tidak ada waktu untuk mengganti anggota KPPS. Sehingga, kata dia, alternatifnya anggota KPPS pada hari H pemungutan suara dibanti oleh PAM TPS. “Jadi KPPS pada 17 April tetap 6 orang. Karena tidak ada waktu untuk mengganti,” ungkapnya.
Resiko dari sebuah pekerjaan pasti ada, begitulah nasib yang dialami para petugas penyelenggaraan pemilu, bahkan ada yang bertaruh nyawa seperti yang dialami anggota PPPK dan PPS di Kabupaten Kapuas Hulu, mereka meninggal saat menjalankan tugasnya.
Ketua KPU Kapuas Hulu, Ahmad Yani mengungkapkan, dua anggota PPK dan PPS meninggal dunia jelang dan sesudah pemungutan suara Pemilu 2019, 17 April lalu. “Dua petugas yang meninggal dunia yaitu Robertus Verdi Sunarta dan Bonefasius Nyegang,” terang Ahmad Yani, Senin (22/4).
Dikatakan Yani, Robertus Verdi Sunarta, 29, meninggal karena kecelakaan pada 16 April 2019, sepulang distribusi logistik ke PPS. Yang bersangkutan merupakan petugas PPK Kecamatan Seberuang.
Sedangkan Bonifasius Nyegang, 48, meninggal dunia pada 18 April 2019. Yang bersangkutan menjabat anggota PPS Desa Lanjak Deras, Kecamatan Batang Lupar. Diduga kelelahan hingga sakit, setelah mengantar logistik ke PPK.
Sedangkan satu petugas pemilu lainnya adalah Simson, 21, anggota KPPS Desa Nanga Nyabau, Kecamatan Putussibau Utara mengalami kecelakaan lalu lintas sepulang mengantar logistik ke PPS. Yang bersangkutan saat ini sedang dalam perawatan medis. “KPU Kapuas Hulu turut berduka yang mendalam kepada petugas yang meninggal dalam menjalankan tugas di jajaran penyelenggara pemilu,” ucap Ahmad Yani.
Dia berdoa, agar pahlawan demokrasi itu diterima di sisi Allah SWT, dan untuk keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan. “Mereka adalah pahlawan demokrasi sesungguhnya,” tutur Yani.
Terkait langkah selanjutnya, Yani menjelaskan bahwa pihaknya sedang melaporkan ke KPU RI “Nanti akan ada santunan untuk keluarga korban,” pungkasnya.
Menyikapi kondisi petugas pemilu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sekadau menginisiasi keterlibatan secara langsung tenaga kesehatan untuk memeriksa kesehatan jajaran pengawas pemilu di lapangan. Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan jajaran pengawas pemilu yang saat ini sedang melakukan pengawasan terhadap proses rekapitulasi suara di tingkat kecamatan.
Ketua Bawaslu Sekadau, Nur Soleh menuturkan, pemeriksaan kesehatan tersebut dilakukan bersama Puskesmas di tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Sekadau. Ia menjelaskan, para petugas kesehatan tersebut secara langsung memeriksa jajaran pengawas pemilu, hingga memberikan vitamin secara gratis. “Siapapun boleh memeriksakan kesehatannya, baik itu PPK dan lain sebagainya. Bukan sekadar untuk kalangan pengawas pemilu saja,” ujar Nur Soleh, Senin (22/4).
Bawaslu Kabupaten Sekadau terjun secara langsung memantau proses pemeriksaan kesehatan jajarannya di lapangan, dan proses rekapitulasi suara di tingkat kecamatan. Nur Soleh memastikan, pemeriksaan kesehatan dilakukan hingga tahapan pleno selesai.
Nur Soleh menjelaskan, ada jajarannya sempat dilarikan ke rumah sakit karena lelahan, hingga ada yang mengalami kecelakaan saat menjalankan tugas. Ia pun memastikan, mereka sudah mendapatkan penanganan medis. “Yang sakit Ketua Panwaslu Kecamatan Sekadau Hilir, sempat dilarikan ke RSUD Sekadau karena kelelahan. Anggota Panwaslu Belitang itu jatuh dalam menjalankan tugas, bahu kanan retak. Semua sudah ditangani,” ucap Nur Soleh.
Diharapkan dengan tersedianya pelayanan kesehatan tersebut, bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh petugas yang ada di lapangan. Upaya yang dilakukan Bawaslu Kabupaten Sekadau itu sebagai langkah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. “Kami harapkan para petugas dan jajaran di lapangan menjaga kesehatannya. Dengan kondisi yang sehat dan prima diharapkan tugas yang ada bisa melaksanakan tugas secara maksimal,” pungkas Nur Soleh.
Laporan: Abdul Halikurrahman, Abdu Syukri, Andreas
Editor: Yuni Kurniyanto