eQuator – Masa jabatan Emmanuel Haraan Ryanto STh sebagai Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kapuas Hulu berakhir Minggu (8/11). Bagaimana nasib PDAM ke depan? Mantan bos perusahaan plat merah pengurus ledeng itu menjawab, tergantung komitmen Eksekutif dan Legislatif setempat.
Arman Hairiadi, Putussibau
Lima tahun masa jabatan Ryanto, PDAM melayani 10.136 pelanggan dan sejumlah kendala ia hadapi. “Selama saya menjabat, ada beberapa hal yang menjadi kendala pelayanan air bersih, terutama di Kota Putussibau maupun Kedamin,” ujarnya kepada Rakyat Kalbar.
Selama ini, Ryanto mengakui, PDAM masih sangat bergantung dengan air dari Sungai Kapuas. Ketergantungan ini tentu karena tidak ada sumber air lain yang relatif baik.
“Dari awal berdirinya pada 1981, waktu itu dikelola oleh BPAM, air Sungai Kapuas masih sangat baik,” ungkapnya.
Kala itu, pelanggan pun belum begitu banyak. Tetapi sekarang, baik musim kemarau maupun hujan, air Sungai Kapuas sudah sangat tidak layak digunakan, jika tidak melalui proses yang cukup panjang.
“Bila musim kemarau, debit air Sungai Kapuas sangat kecil karena surut. Sehingga PDAM kesulitan dalam menyuplai air kepada pelanggan,” papar Ryanto.
Jika musim hujan atau pasang, tambah dia, air Sungai Kapuas relatif keruh akibat longsornya tebing-tebing pantai di hulu sungai. “Sehingga, paket pengelolaan PDAM relatif berat menyaring atau mengelola air dengan baik. Air yang sampai kepada pelanggan pun bisa menjadi keruh,” terang Ryanto.
Begitu pula dengan jaringan saat ini, kata dia, perlu perbaikan secara menyeluruh. Sebab, belum pernah dilakukan pengukuran secara teknik seberapa besar pipa yang diperlukan untuk menyambung kepada pelanggan.
“Jadi, perlu analisa kembali, baik di kota Putussibau maupun Kedamin. Hal ini dikarenakan permintaan sambungan baru di Kota Kabupaten sangat besar. Permasalahan-permasalahan besar ini harus segera diatasi Pemkab bersama DPRD Kapuas Hulu,” sarannya.
Baru-baru ini, menurut Ryanto, PDAM sudah mendapatkan sumber air baru, yaitu dari Sungai Potan. Bahkan, untuk menggarap sumber air itu, pemerintah pusat telah turun tangan melalui BKSDA di Pontianak. Seandainya proyek pengerjaan sumber air baru tersebut dalam waktu dekat bisa difungsikan, maka permasalahan air bersih di Kota Putussibau dan Kedamin bisa ditanggulangi sebab air Sungai Potan relatif bersih.
“Permasalahan sekarang, apakah jaringan di Kota Putussibau dan Kedamin dapat dipergunakan secara maksimal? Hanya tim teknis yang tahu ketahanan maupun jaringan yang ada. Kerja sama antara PDAM dan Dinas Cipta Karya untuk mendata ulang pipa mana yang sudah diremajakan atau yang sudah tua, bahkan yang harus dibuat baru jaringannya,” ulas dia.
Selama ini, Ryanto melanjutkan, semua pernah mendengar bahwa Anggota DPRD memiliki dana pokok-pokok pikiran (aspirasi). Ia menganalisa, jika ingin air mengalir dengan baik dan dinikmati masyarakat Putussibau dan Kedamin, sisihkan dana tersebut. Misalnya setiap Anggota DPRD menyisihkan Rp2 Miliar dari jumlah 30 yang ada, maka akan terkumpul Rp60 milyar.
Atau, jika dikurangi lagi 1 orang Anggota DPRD Rp1 milyar, maka ada Rp30 Miliar untuk perbaikan atau pembuatan jaringan baru di Putussibau Utara dan Putussibau Selatan. Dengan dana segitu, pasti jalur air bersih dapat dibangun.
“Ini semua tergantung dengan keinginan Pemkab dan DPRD Kapuas Hulu, apakah mereka berani melakukanya? Kita tunggu gebrakan Anggota Dewan yang terhormat pada 2016,” tutur Ryanto.
Terkait keinginan Anggota DPRD Kapuas Hulu, jika PDAM selalu merugi lebih baik diswastanisasi, Ryanto menyambut baik hal itu. Kalau, memang ada pihak swasta yang berminat dan mau membangun jaringan baru.
Hanya saja, perlu diingat, pengelolaan dari pihak swasta yang notabene berbasis bisnis murni bisa menyebabkan harga jual per kubik meningkat. Apakah masyarakat mampu membeli air tersebut? Pada level harga ledeng sekarang per kubiknya, Rp3.125 untuk golongan A, saja masih banyak pelanggan yang menunda pembayaran.
“Pengelolaan PDAM tidak seperti pengelolaan depot air minum seperti yang dikatakan salah satu anggota dewan. Kerugian ini disebabkan masih ada daerah, antara lain Jongkong, Selimbau, Bunut, yang menggunakan solar. Saran saya, agar Pemkab mendorong PLN untuk menambah daya sehingga PDAM di unit tersebut bisa menggunakan listrik. Atau dengan cara menggunakan solarcell,” imbuhnya.
Seandainya permasalahan-permasalahan itu bisa diatasi, PDAM dapat membuat unit usaha baru dengan memanfaatkan sumber air Potan untuk memproduksi air galon dan air kemasan. Jika dikelola dengan baik, Ryanto yakin PDAM akan menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kapuas Hulu.
“Pemanfaatan air Potan akan mengurangi biaya operasional PDAM, baik listrik maupun bahan kimia,” jelasnya.
Pembuatan penampungan air yang relatif tinggi perlu dilakukan Pemkab di beberapa titik di Kota Putussibau seperti di Danau Kayan, Sawai, dan Jalan Pancasila. Sedangkan, untuk daerah Kedamin, seperti Kihajar dan Lintas Timur, perlu kajian yang benar dan tepat melalui survei.
“Kritikan yang disampaikan kepada PDAM baik langsung dari konsumen maupun dari DPRD bahwa air tidak lancar pasti bisa diatasi dengan adanya jaringan baru. PDAM tidak bisa bekerja sendiri tanpa perhatian dari Pemkab dan DPRD,” tegas Ryanto.
Dengan pemanfaatan air Potan, Ryanto meyakini pertambahan pelanggan akan meningkat. Sebab, penduduk di daerah yang dilewati, seperti Sibau, Hulu, Yonif 644/Wls, Sibau Hilir, Mupa, Pala Pulau, dipastikan akan menjadi pelanggan.
Air potan juga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kolam renang oleh Pemda maupun pihak swasta. Apalagi, Putussibau belum ada tempat rekreasi.
“Saya sangat berharap komitmen Pemda dan DPRD untuk membantu Direktur baru maka permasalahan PDAM segera teratasi. Selamat datang Direktur baru, selamat membenahi PDAM. Jangan sampai PDAM menjadi perusahaan daerah air mandi/mengalir. Selamat bekerja,” ucapnya.
Selama menjadi Direktur PDAM, Ryanto telah merenovasi paket pengelolaan IPA 2 yang selama ini sudah keropos dan pasir quarsanya belum pernah diganti sejak dibangun. Sekarang sudah diganti baru, karena itu dalam penyertaan modal diperbaiki sehingga tidak menganggu operasinya.
Kemudian, jalur Danau Kayan yang selama ini pada musim kemarau relatif susah air telah dibuatkan jaringan baru melalui Pala Pulau. “Tidak hanya di Putussibau kota dan Kedamin, penyertaan modal juga dibagikan di beberapa unit seperti Nanga silat, Jongkong, Selimbau, Bunut, Semitau, Nanga embaloh, Kalis, dan Tepuai,” beber dia.
Sementara untuk unit Nanga Dankan, tambah Ryanto, belum bisa dikelola. Hal ini karena sampai sekarang belum ada serah terima dengan pelaksana proyek.
“Saya sampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Kapuas Hulu, secara khusus pelanggan PDAM, selama saya menjabat direktur tidak bisa melayani pelanggan dengan baik karena air masih keruh dan kadang-kadang tidak lancar mengalir. Semoga dengan pergantian direktur yang baru nanti, pelayanan PDAM tambah baik dan lancar,” tutupnya. (*)
Editor: Mordiadi