Haus hiburan ternyata apapun bunyi berirama, jadi perhatian.’Lima Menit Band’ bekincah menyelingi pengumuman juara sejumlah lomba rangkaian Explore Karimata, di Desa Betok Jaya, Kecamatan Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara.
Ocsya Ade CP, Kepulauan Karimata
Wew, Pulau Karimata mendadak berbeda dari malam-malam selama puluhan tahun. Gemerlap lampu warna-warni menyoroti setiap sudut dermaga pulau yang biasanya gulita. Malam itu adalah puncak gawai bertajuk Explore Karimata 2015, sebuah aktivitas menuju Sail Selat Karimata 2016. Warga Kecamatan Kepulauan Karimata pun larut dan berguncang menikmati hembusan angin malam itu. Tua muda berbaur, buntutnya kursi undangan yang semula tersusun rapi pun berserakan. Yang hadir lebih memilih berdiri dan bergoyang.
Dangdut memang merasuki semua orang di setiap penjuru Indonesia bahkan dunia. Warga kepulauan pun bergoyang bak kapal oleng ikut irama empat musisi lokal besutan jurnalis Pontianak. Band mendadak itu berlabel Lima Menit Band ambil bagian menghibur. Sebenarnya panitia hanya memberikan satu slot dengan penampilan dua lagu. Rupanya panitia terpesona dan warga terpana keasyikan, lima lagu pun tembus dimainkan band yang dibentuk dan latihan hanya lima menit ini.
Padamu Negeri, dipilih sebagai lagu pembukan penampilan Lima Menit Band ini. “Para tamu dan peserta Explore Karimata harap berdiri. Kita lantunkan dulu lagu ini untuk menunjukkan bahwa kita meski berada di tengah laut, kita tetap jaga rasa nasionalisme,” ucap vocalis Barlian Pasore, sambil diiringi lentikan melody Yudi Fio, pukulan drum Danang dan ketukan bass Diko Eno perwakilan Video Jurnalis Pontianak, malam itu.
Awalnya, semua penonton hanya menderukan lirik Padamu Negeri dengan mengepalkan tangan kanan kedepan. Namun, ketika lagu Sungai Kapuas, Kopi Pancong, Pesawat Tempur dan Bento digeber, semua hadirin lupa diri semua maju kedepan untuk jingkrak-jingkrak. Ini bukan sekali, malam sebelumnya band dadakan ini juga manggung membawa lagu Bali Bagus yang diarasemen ulang manjadi Betok Bagus. Guncangan Karimata bertambah disaat DJ asal Jogjakarta perfome di panggung tanpa atap itu. Tak ada rasa capek malam Selasa itu. Keakraban sesama manusia berbeda agama, suku dan budaya, bahkan cinta lokasi pun mulai tumbuh terjalin malam itu.
Sebelum malam penghujung Explore Karimata 2015, dermaga Pulauan Karimata sempat penuh pada sorenya. Angin laut sepoi-sepoi yang menghembus membuat betah para peserta dan para wisatawan asing (yachter) untuk menikmati makanan khas Karimata yang disajikan dalam ajang Festival Food, satu diantara rangkaian Explore Karimata.
Ada 17 dari 40-an yacht 15 negara yang berlabuh di kawasan dermaga Karimata, seperti dari Amerika, Australia dan Nederland. Para yachter kapal layar ringan itu merapat ke dermaga naik speedboat untuk mengikuti Festival Food ini. “This is like Baracuda fish,” kata salah satu yachter sambil meraup potongan ikan panggang tenggiri.
Rebutan makanan? Sudah pasti. Apalagi makanan khas Karimata yang disajikan selain panggang tenggiri, juga sotong isi ketan, kempang, jebong dan bakso ikan. Salah satu menu yang hanya bisa didapat di Betok Jaya adalah ikan Jebong panggang bumbu. Meski aneh, ikan ini satu-satunya hanya ada di Betok. Ikan khas ini untuk menyantapnya pun hanya bisa dipanggang. Karena kulit atau sisiknya sangat keras. Jadi musti dibelah, baru bagian belah kulitnya dibakar jadi pemanas sehingga bagian dalamnya masak.
Khusus ikan tenggiri, Nunung Prasetyo, salah satu juri lomba Karimata Photo Hunt 2015 yang menjadi Master Cheff-nya. Pria asal Jogjakarta ini pehobi travelling dan masak. “Ini warisan nusantara. Setiap daerah yang saya kunjungi, saya catat resep makanan khasnya. Biar bisa dipraktekan di daerah saya. Di Karimata ini saya coba untuk membantu ibu-ibu masak. Saya laki-laki, tapi masak? Justru saya senang,” katanya.
Indonesia, khusunya Kalimantan Barat harus menumbuhkembangkan citarasa masakan khasnya, untuk lebih dikenal setiap orang. “Soal makanan, kita sebenarnya tidak kalah dengan negara lain, seperti Thailand. Kita, Indonesia sangat kaya, asal kita bisa jaga kekayaan negara kita. Ini supermarket kita. Kita harus jaga,” ujar Nunung yang sudah melanglang ke seluruh kabupaten di Kalbar.
Para yachter merupakan peserta Wonderful Sail 2 Indonesia 2015. Tahun ini, Karimata untuk kali pertamanya juga akan menjadi titik singgah para yachter. Explore Karimata 2015 menjadi spesial karena bertepatan dengan moment kedatangan peserta Wonderful Sail2Indonesia 2015 ini.
“Kita infokan operator mereka, kalau kita ada acara. Mereka datang dan antusias. Karena mereka merasa ini tidak pernah dijumpai di negara mereka, di tengah laut,” kata Hildi Hamid, Bupati KKU di sela menikmati tontonan sore itu.
Selain Food Festival, Jukong and Boat Race juga digelar sore itu. Jukong adalah sampan atau perahu yang dibentuk dengan pahat dari sebatang balok, tanpa sambungan alias kayu bulat. Jukong menjadi nafas transportasi tradisional setiap masyarakat pesisir, temasuk di Karimata. “Jukong ini memang hanya ada di dareah pesisir. Asli terbuat dari sebatang kayu. Ini dipakai sehari-hari masyarakat pesisir. Kita mengenalkan alat transportasi ini agar semua orang, baik lokal maupun luar negeri,” jelas Hildi.
Para yachter juga diberi kesempatan untuk ikut lomba Jukong. Karena mereka belum terbiasa, mereka kerap tenggelam. Hingga akhirnya sesam yachter, mereka mengadakan lomba speedboat sendiri. “Bule’ juga ada ikut. Mereka para turis dari berbagai negara, yang memang sengaja singgah untuk ikut berpatisipasi memeriahkan festival ini,” kata Mas Yuliandi, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga KKU.
Mas Yuliandi mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Kepulauan Karimata dan semua peserta Explore Karimata yang sudah ikut mensukseskan kegiatan persiapan untuk KKU sebagai tuan rumah Sail Karimata 2016. Ia berharap, kegiatan ini menumbuhkan kebanggaan masyarakat KKU, khususnya di sekitar pulau terhadap potensi wisata yang ada di wilayahnya, agar mereka siap apabila suatu saat kawasannya menjadi destinasi ekowisata andalan KKU.
Mike, yachter dari Australia mengatakan secara keseluruhan mereka menikmati Explore ini. “Kami suka dengan Karimata. Tapi sedikit terganggu dengan kabut asap, sehingga tidak bisa menikmati keindahan landscape pulau secara jelas,” katanya. (*)