Olahan Tradisional Bernilai Ekonomis

Tidak Hanya Membuat Ikan Menjadi Tahan Lama

JEMUR IKAN. Ikan yang diasinkan ini merupakan hasil olahan masyarakat di kawasan Danau Mawan, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, belum lama ini. Dok

eQuator.co.id – Putussibau – RK. Tradisi mengawetkan ikan konsumsi menjadi salah satu alternatif yang bisa dilakukan para nelayan tradisional sungai dan danau di Kabupaten Kapuas Hulu untuk menjadikannya bernilai ekonomis.

Ketua Danau Sunjung Desa Bunut Hilir Kecamatan Bunut Hilir Abang Marhaban, menjelaskan bentuk pengolahan ikan secara tradisional tersebut seperti pengolahan ikan asin, salai (ikan asap), jukot (ikan pekasam) dan ruset (ikan yang dipermentasi) hingga kerupuk basah (temet) kerupuk kering dan lain-lain.

“Pengolahan ikan secara tradisional tidak hanya membuat ikan menjadi tahan lama, tapi juga dapat memberikan cita rasa nikmat tersendiri,” ujarnya ditemui di Putussibau, Minggu (30/10).

Marhaban menjelaskan, dahulu olahan ikan yang diawetkan itu tidak diperjualbelikan, melainkan hanya disimpan untuk cadangan makanan masyarakat. Namun sekarang, tradisi pengolahan tersebut bernilai ekonomis, sehingga mampu mendongkrak perekonomian masyarakat. Tak tanggung-tanggung, pangsa pasarnya juga tembus ke luar negeri, seperti ke Malaysia.

“Ikan-ikan yang diolah secara tradisional itu dijual ke berbagai tempat seperti Putussibau, Sintang, Sanggau, Pontianak bahkan sampai Malaysia,” ujarnya.

Harga hasil olahan ikan secara tradisional tersebut bervariasi. Ikan asin berkisar Rp15 ribu-Rp35 ribu per kilogramnya, Ikan Salai Rp60 ribu-Rp100 ribu per kilogaram, kerupuk kering Rp40 ribu – Rp50 ribu per kilogram, jukot Rp50-Rp60 ribu per kilogram, ruset Rp30 ribu-Rp40 ribu per kilogram.

“Untuk tinggi rendahnya harga dipengaruhi oleh jenis bahan baku ikan yang digunakan,” jelas Marhaban.

Sementara nelayan danau Kecamatan Bunut Hilir lainnya Agoi mengungkapkan, ikan hasil olahan secara tradisional itu tahan disimpan hingga beberapa bulan.

“Saya berharap ke depan pemerintah dapat membina para nelayan untuk mengolah ikan secara modern,” harapnya.

Dia pun berharap, Pemerintah Kapuas Hulu melalui instansi teknis dapat mempromosikan hasil olahan ikan secara tradisional tersebut ke berbagai daerah, termasuk mancanegara.

“Kami sebagai nelayan meminta pemerintah memperhatikan kesejaheteraan kami yang ada di danau ini,” ucapnya.

Selama ini kata Agoi, sejumlah nelayan danau dan Sungai Kapuas menggantungkan hidup dari penjualan hasil tangkapan ikan serta olahan ikan secara tradisional. “Olahan ikan secara tradisional ini sangat membantu perekonomian kami,” tuntas Agoi.

 

Laporan: Andreas

Editor: Armn Hairiadi